15. Plan

2.1K 91 0
                                    

Setalah pulang dari tempat itu, saat ini Dylan tengah uring-uringan sendiri. Entah kenapa ia menyesal telah meninggalkan Alea di tempat itu. Tidak ada yang tahu bahwa detak jantungnya tidak karuan semenjak Alea menyatakan perasaannya dan menciumnya.

Menciumnya.

Ia refleks menyentuh bibirnya. Kejadian itu berhasil membuat mukanya memanas. Bibirnya berkedut menahan senyum. Bahkan dirinya sudah lupa kapan terakhir kali ia bisa tersenyum atau tertawa lepas.

Lelaki itu membuka lacinya dan menemukan sebuah botol yang masih terisi penuh karena memang jarang ia konsumsi jika tidak membutuhkannya. Obat yang berbeda dengan yang biasa ia konsumsi.

Ia bimbang apakah harus dikonsumsinya atau tidak. Masalahnya dari tadi malam dirinya tidak kunjung tenang hingga membuat jam tidurnya terganggu. Ia kembali meletakan botol itu pada tempatnya. Masih ada satu cara yang mungkin dapat membuatnya tidur tenang.

Ia melirik jam dinding yang sudah menunjukan pukul sembilan malam. Dipakainya hoodie hitam yang dikenakannya ketika pertama kali bertemu dengan Alea, lalu menyalakan motornya yang akan mengantarnya pada suatu tempat.

***

Setelah sampai tujuan, Dylan sedikit terkejut mendapati seorang perempuan berambut pendek dengan gaun putih lengan pendek sedang menangis di balkon kamarnya.

Ia memberhentikan motornya di tempat tersembunyi, lalu mematikan mesinnya. Ia membuka kaca helm full face-nya untuk melihat lebih jelas perempuan yang terlihat familiar itu baginya.

Fakta yang ini lebih mengejutkan. Ternyata itu adalah Alea dengan model rambut pendeknya. Saking pendeknya, tengkuk mulusnya terpampang bebas.

Kenapa Alea menangis? Apakah karena dirinya yang menolak dan meninggalkan Alea di tempat itu membuatnya sedih atau kesal? Lama juga gadis itu menangis, pikir Dylan.

"Cengeng."

Ia kembali menghidupkan mesin motornya dan berlalu dari depan rumah mewah kediaman Griffith sebelum ada orang yang mencurigainya. Ya, hanya melihat Alea saja sudah membuatnya tenang.

Sementara itu, Alea yang tengah sibuk menangis sambil menikmati belaian angin malam sedikit merinding ketika melihat seorang lelaki serba hitam tengah mengamatinya lalu pergi dengan motornya.

Alea segera masuk ke dalam kamarnya karena takut. Ia takut jika yang tadi melihatnya adalah orang yang sama dengan penguntit itu. Karena terlalu lama menangis ia jadi merasa pusing, apalagi dirinya tadi cukup lama berada di luar.

Alea segera menghampiri Laura di dalam kamarnya agar dibuatkan lemon tea hangat untuknya. Ia harus menjaga kesehatan karena lusa akan diadakan ujian di sekolahnya.

***

"Bagaimana?"

"Tuan Muda Dylan berencana bunuh diri, tetapi aksinya berhasil digagalkan oleh seorang gadis yang menyukainya."

"Diketahui gadis itu bernama Aleandra Adita Griffiths yang merupakan putri sulung dari Devan Galata Griffiths."

"Dilihat dari interaksinya, mereka berdua belum mengetahui apa pun," jelas seorang pria dengan panjang lebar.

"Hmm, kerja bagus. Kau boleh istirahat dari pekerjaanmu. Aku akan membiarkan Dylan menghirup udara bebas terlebih dahulu walau pun ia tidak bisa kabur dariku."

MiracleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang