51. Break Up?

1.4K 49 2
                                    

"Lepaskan Renata, Daddy!" teriak Diana ketika melihat ayahnya mencekik renata dan mengangkatnya, bahkan kakinya saja sampai tidak menapak di lantai.

Saat ini Dominic dan Diana memang sedang berada di kediaman wanita itu. Pria itu mengancam akan menyakiti Renata jika Diana tidak jujur padanya.

"Pilihan ada di tanganmu, Diana."

"B-Baiklah, baiklah. Tapi lepaskan dulu dia."

BRAKK!

Dengan santainya, Dominic melempar Renata menabrak sebuah lemari besar.

Uhuk! Uhuk!

Renata langsung terbatuk dan menyentuh lehernya yang memerah.

"Kemarin kau pasti bukan hanya berlibur, 'kan?" Dominic menghampiri Diana yang tengah menciut, lalu ia menangkup kedua pipi putri kecilnya.

"Aku jujur, Dad."

"Aku tahu bahwa kau sedang berbohong, Diana sayangku. Kau terlalu menunjukannya."

"Kau bertemu dengan Dylan, 'kan?"

Diana yang tengah menunduk langsung mendongakkan kepalanya. Ia melihat ayahnya sedang tersenyum bahagia.

"Hmm? Iya, 'kan?"

Diana tidak sanggup menjawab, ia hanya bisa menangis seperti anak kecil.

"Kenapa menangis, putri kecilku?" Dominic mengusap air mata Diana menggunakan kedua ibu jarinya.

"Katakan, di mana kakakmu berada?"

***

Semalam setelah mendapat mimpi indah yang menurutnya buruk, Dylan langsung mengajukan izin tidak bekerja. Hari ini ia akan pergi ke toko perhiasan untuk membeli sebuah cincin.

Ia bermimpi menikah dengan Alea semalam. Alea terlihat sangat cantik dan bercahaya, sedangkan dirinya terlihat sangat bahagia hingga rasa bahagianya menular pada raga aslinya. Bagaimana tidak, bahkan ibunya dan Kevin terlihat menghadiri pernikahannya.

Mendapat mimpi seindah itu membuat Dylan merasa janggal dan curiga karena biasanya ia hanya bermimpi buruk. Setelah membersihkan unit apartemen dan mengemasi barang-barangnya, saat ini ia sudah bersiap berangkat menuju toko perhiasan.

Hari ini sangat tepat untuk dirinya menyampaikan sesuatu pada Alea karena kebetulan kekasihnya itu sedang libur. Setelah sampai di sebuah toko perhiasan besar dan terkenal, Dylan memilih sebuah cincin emas putih dengan sebuah permata kecil di tengahnya. Terlihat sederhana namun elegan seperti Alea.

Setelah menyelesaikan urusannya di luar sana, Dylan segera kembali ke apartemen untuk membersihkan diri terlebih dahulu sebelum bertemu dengan Alea. Tidak lupa ia juga mengirim pesan untuk menanyakan apakah Alea memiliki waktu untuk sekedar berbincang dengannya.

Pesan yang dikirim oleh Dylan benar-benar membuat Alea merasa janggal. Jika Dylan ingin bertemu biasanya pria itu akan langsung berkunjung, tidak bertanya apa pun karena Dylan tahu jadwal kegiatannya sehari-hari.

Ting tong!

Alea segera membuka pintunya dengan perasaan berdebar. Di hadapannya saat ini Dylan sedang berdiri dengan penampilan yang membuatnya terlihat lebih tampan. Biasanya pria itu akan langsung masuk ketika Alea membuka pintu, tetapi kenapa sekarang hanya diam saja seolah menunggu dirinya mempersilakan masuk.

MiracleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang