55. His Life

1.2K 51 4
                                    

Menceritakan segalanya pada Devon dan Laura membuat Alea merasa tenang. Ia tidak menyangka bahwa Devon terlihat menikmati ceritanya, bahkan ayahnya itu terlihat senang melihat hamster pemberian dari Dylan.

Saat ini ia sedang mengotak-atik ponselnya untuk mencari tahu tentang kabar dari kekasihnya. Walau pun Alea merasa kesal karena sudah ditinggalkan, tetapi ia juga khawatir terlebih setelah melihat Dylan dipenuhi luka karena ulah Dominic.

Yang membuat Alea semakin kesal saat ini adalah Dylan sama sekali tidak memiliki satu pun media sosial membuatnya kesulitan mencari jejak tentang pria itu. Entah kenapa di dalam pikirannya terbesit nama seseorang yang semoga dapat membantunya.

Diana Odelia Graham. Ia segera mengetikan nama itu di kolom pencarian, dan ketemu. Untung saja saat itu ia menanyakan nama lengkap dari gadis itu, ternyata berguna juga. Alea segera melakukan pemintaan sebagai pengikut yang ternyata beberapa menit kemudian langsung diterima bahkan akunnya diikuti balik.

Dengan segera Alea mengirim pesan yang direspon dengan sangat cepat. Pada intinya Alea meminta agar Diana selalu menunjukan kegiatan sehari-hari Dylan di sana baik berupa foto atau video.

Di tengah obrolan mereka via pesan, Alea terkejut mendapat kabar bahwa Dylan sedang sakit, bahkan tanpa diminta pun Diana mengirimkan foto kekasihnya— ralat mantan kekasih— yang sedang tertidur pulas. Memang ia bisa melihat bahwa wajah pria itu terlihat pucat.

Diana mengatakan bahwa penyebab Dylan sakit adalah karena banyak meminum alkohol di saat perutnya kosong, bahkan semenjak hari di mana pria itu pulang, sama sekali belum ada makanan yang masuk ke dalam perutnya.

Hal lain yang membuatnya terkejut adalah bagaimana penampilan kamar yang ditempati oleh mantan kekasihnya itu. Terlihat sangat mewah dan megah, mungkin hampir seukuran dengan unit apartemennya, bahkan kamar miliknya di Milan tidak sampai sebesar itu.

Ya, setelah mendapati Dylan sakit, Dominic langsung memindahkan putranya secara paksa. Dylan memang terpaksa menurut, tetapi ia tidak mau jika harus diperiksa oleh dokter atau tenaga kesehatan lainnya. Mungkin itu sebagai tanda protes kepada ayahnya karena sudah membawanya pulang.

Setelah sembuh dari sakitnya, Dylan memulai aktifitas seperti kehidupan sebelumnya. Melanjutkan kuliah, menjalan misi, dan sesekali ia membantu mengelola perusahaan ayahnya.

Alea yang berkumpul bersama temannya segera mengalihkan atensinya pada ponselnya yang berdenting menandakan ada pesan masuk dari sebuah aplikasi media sosial. Lalu ia membuka pesan yang dikirimkan oleh Diana dengan semangat.

Send a video
Lihatlah, Dylan sudah sembuh dan memulai harinya dengan berlatih menembak.

Rrasanya Alea semakin jatuh cinta ketika melihat Dylan sedang berlatih menembak di dalam video itu. Tanpa sadar ia tersenyum sendiri membuat kedua sahabatnya merasa aneh.

"Kenapa senyum-senyum sendiri? Kau sedang jatuh cinta pada pria lain?" gurau Chloe.

"Sembarangan. Aku sedang menonton video Dylan sedang berlatih menembak," ucap Alea sambil menunjukan video itu pada Alona dan Chloe.

"Sialan, keren sekali. Tidak salah aku dulu pernah jatuh hati padanya."

"Oh, ini pertama kalinya aku melihat kekasihmu— maksudku mantan kekasih."

Alea hanya cemberut menyadari bahwa memang ia dan Dylan sudah bukan sepasang kekasih lagi.

"Oh, ada pesan lagi."

Kali ini Diana mengirimkan sebuah video yang menampilkan Dylan sedang bermain golf membuat Alea, Alona, dan Chloe yang menonton video semakin terpesona.

"Bau uangnya tercium sampai sini," celetuk Chloe.

"Benar. Kau ingin melihat kamarnya?" tanya Alea sambil menggulir layar ponselnya mencari foto yang pernah dikirimkan oleh Diana.

"Lihatlah, ini kamarnya. Dia tinggal di mansion, bukan rumah mewah lagi."

Alona dan Chloe hanya bisa berdecak kagum melihat apa yang ditampilkan.

"Aku tidak menyangka dia sekaya itu." Kali ini Alona yang berkomentar. "Dulu saat masih tinggal di sini, dia terlihat sederhana."

"Kita tertipu," sahut Alea.

"Andai saja kau mengetahuinya ketika saat masih menjadi kekasih, kau dapat membanggakannya pada kami. Jika seperti ini, rasanya..."

"Benar. Untuk apa aku membanggakan mantan kekasihku, ya?"

Alea masih terus menonton video-video berdurasi lumayan panjang itu, bahkan selalu diulangnya. Ada yang ia sadari setelah melihat Dylan saat ini. Ketika orang-orang memuji kehebatan Dylan dalam menembak, pria itu sama sekali tidak merespon apa pun, bahkan terlihat sangat dingin dan sombong pada orang lain.

Dan saat melihat ke kamera dan mendapati Diana yang menyapa, senyum tipis pun tidak diberikan membuat Alea merasa asing karena itu terlihat seperti bukan Dylan-nya. Apakah itu adalah sikap asli dari seorang Dylan? Jadi selama ini ia belum sepenuhnya mengenalnya pria itu ternyata.

Tanpa sadar Alea menghela nafasnya. Benar, bukankah Dylan memang orang yang tertutup bahkan padanya yang notabenenya adalah kekasih pada saat itu? Mungkin juga sikap yang selama ini ditunjukan oleh pria itu hanyalah kepalsuan.

Alea merasa kasihan pada dirinya sendiri membuatnya tidak bisa menahan air matanya untuk tidak keluar. Ia merasa bodoh karena malah semakin mencintai pria itu setiap harinya.

***

Saat ini Laura tengah sibuk menyisiri rambut Alea yang sudah memanjang, sementara si empunya tengah sibuk menangisi mantan kekasihnya. Laura tidak bisa berbuat apa-apa, ia hanya bisa membiarkan Alea mengeluarkan bebannya dengan menangis.

"Sekarang Renata pasti dapat mendekati Dylan di pelatihan penembakan dengan bebas," gerutu Alea.

Padahal dalam video tersebut terlihat bahwa Dylan tidak terlalu merespon Renata yang bertanya, apakah Alea cemburu? Sangat cemburu. Dan yang membuatnya semakin uring-uringan adalah kenyataan bahwa status mereka hanya mantan kekasih, membuatnya tidak berhak untuk cemburu.

Setelah melihat video yang ditunjukan Alea membuat Laura sadar bahwa Dylan hanya tidak merasa nyaman tinggal di negara itu sehingga membuat suasana hatinya memburuk, sedangkan di sini Dylan bersama kekasihnya yang sudah pasti akan membuat nyaman dan bahagia, tapi sepertinya Alea salah mengartikan itu semua.

"Dylan itu tampan, ya."

"Memang," sahut Alea sambil mengelap ingusnya menggunakan punggung tangan.

"Mirip seseorang."

"Apakah Mama sedang bernostalgia pada ayahnya?"

"Tidak," jawab Laura dengan cepat. "Mama juga tidak tahu dia mirip siapa. Mama lupa."

Alea mendengus tidak percaya.

"Sudah selesai," ucap Laura setelah selesai mengepang rambut putrinya.

"Ayo kita pergi."

Entah kenapa Alea merasa sedih mengetahui bahwa sekarang ia akan pulang ke kediamannya di Milan karena akan merayakan hari natal di sana. Sebelum pergi ia mengamati seluruh penjuru unit apartemennya yang menjadi saksi bisu kisah percintaannya dengan Dylan.

Dan di sepanjang perjalanan pun Alea hanya bisa menangis sambil melihat foto-fotonya bersama Dylan di ponsel pria itu. Mudah saja baginya membuka ponsel pria itu yang terkunci karena kata sandinya adalah tanggal hari jadi mereka, bahkan wallpaper-nya pun menggunakan foto dirinya karena memang galeri ponsel itu dipenuhi oleh fotonya dan mereka berdua.

***

͙ THANKS FOR READING͙

└── ⋆⋅☆⋅⋆ ──┘

JANGAN LUPA BERIKAN VOTE ⭐️

MiracleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang