36. Provocation

1.8K 67 0
                                    

Felicia panas dingin setelah melihat Dylan berkunjung ke kafe untuk mengundurkan diri secara resmi. Sialan. Bukan begini rencananya. Lelaki itu benar-benar tidak dapat diprediksi aksi dan pikirannya.

"Terima kasih, Felicia, atas bimbingannya selama ini. Aku juga ingin meminta maaf dengan sungguh-sungguh atas sikap kasarku padamu kemarin. Aku pamit."

Langkah kaki Dylan terhenti ketika Felicia mencekal lengannya. Ia mengangkat sebelas alisnya seolah bertanya, "Ada apa?", tetapi wanita itu hanya diam dengan wajah cemasnya.

"Aku minta maaf, Dylan. Tapi apakah kau harus berhenti bekerja dari sini?"

"Keputusanku sudah bulat."

Dylan bukan lawannya. Lelaki itu terlalu berat untuknya.

"Bagaimana dengan atasan? Apa yang dia katakan?"

"Tidak ada masalah."

"B-Baiklah. Hati-hati di jalan." Dylan mengangguk.

"Omong-omong, itu sepeda siapa? Tumben sekali kau mengendarai sepeda."

"Kekasihku."

"O-Oh, begitu, ya." Felicia yang tersenyum getir tanpa sadar mengeratkan genggamannya pada apron yang dipakainya.

"Aku juga minta maaf pada kekasihmu sudah membentaknya."

"Akan aku sampaikan."

Lalu setelah itu ia hanya bisa memandangi punggung Dylan yang menjauh dibawa jarak.

***

Dylan memeriksa ponselnya dan mendapati Alea yang mengirimi pesan. Gadis itu meminta dijemput lebih awal karena salah satu dosennya tidak masuk.

"Aku harus pergi," pamitnya pada beberapa rekan kerjanya di gerai tato.

"Hei!" Dylan segera menangkap sebuah surat kabar yang terbang ke arah dirinya.

"Ambil saja jika kau membutuhkan lowongan pekerjaan," ucap Emily.

"Thanks."

"Hati-hati di jalan."

Lalu Dylan segera pergi keluar dengan sedikit tergesa-gesa karena khawatir membuat Alea menunggu lama.

***

Dylan celingukan mencari keberadaan Alea karena gadis itu mengatakan bahwa sedang menunggu di toko buku sebrang universitas. Ya, Dylan menemukannya. Tetapi hatinya sedikit memanas setelah tahu bersama siapa Alea sekarang.

Dylan segera menghampiri Alea yang terlihat tidak nyaman bersama seorang lelaki yang kemungkinan adalah teman kuliahnya.

"Pulang saja bersamaku, Alea. Kekasihmu itu sepertinya ingkar janji dan tidak peduli padamu," ucap lelaki bernama Nicholas itu.

"Aku akan menunggu saja," jawab Alea sambil melirik sekeliling mencari keberadaan kekasihnya.

Raut wajahnya seketika berbinar mendapati Dylan yang tengah menghampirinya dengan sepeda putihnya.

"Dylan!"

Alea langsung setengah berlari menghampiri Dylan yang masih setia duduk di sepeda. Bahkan Nicholas mengikuti langkah Alea menghampiri kekasihnya.

"Jadi dia adalah kekasihmu?" tanya Nicholas dengan tatapan dan senyum remehnya sambil mengamati Dylan dari ujung kepala hingga ujung kaki.

MiracleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang