20. Bad News

1.9K 90 0
                                    

BRAKK!

"Apa kau bilang? Dylan menghilang? Dia kabur lagi?"

"KALIAN MEMBIARKANNYA KABUR? HAH?!"

Sepasang lelaki dan perempuan yang terlihat seumuran dengan putranya itu tertunduk karena merasa takut.

"Ampuni kami, Tuan. Sepertinya Tuan Muda Dylan keluar rumah lewat pintu belakang rumahnya sehingga dua hari kemudian kami baru menyadari bahwa rumah itu dalam keadaan kosong."

Pria paruh baya itu melangkahkan kakinya mendekati Sebastian— salah satu anak buahnya yang bertugas untuk mengawasi putranya.

Aura mencekam dan tatapan dinginnya yang tenang tetapi mengintimidasi membuat atmosfer di dalam ruangan berubah mencekam. Bahkan kaki Julia yang sedari tadi berdiri di samping Sebastian dibuat gemetaran.

BUGH!

BRAKK!

Tubuh pemuda itu terlempar membentur meja kaca yang berada di belakangnya. Sebastian yakin bahwa tulang rusuknya patah karena tendangan kuat dari Tuan-nya.

Kaki pria paruh baya yang sudah terangkat tinggi karena berniat menendang kuat dada Sebastian menggunakan tumitnya— tepat di jantung— seketika berhenti ketika mendengar suara wanita.

"Tuan... Aku mohon ampuni kami... Jangan bunuh Sebastian..." mohon Julian dengan suara bergetar, bahkan ia sudah tidak mampu berhenti.

Pria itu menghampiri Julia dan mengelus pipinya dengan lembut.

"Apa kau berani berbicara seperti itu karena sudah siap menggantikan Sebastian?"

Tangisan wanita itu pecah setelah melihat Tuan-nya tersenyum hangat padanya. Senyuman yang memiliki sebuah arti.

"ARRGGHHH!"

Pria itu menjambak rambutnya dan membenturkan kepalanya ke tembok beberapa kali dengan keras hingga membuat Julia tidak sadarkan diri.

***

"Daddy, jangan siksa Mommy! Ini semua adalah salahku!" teriak anak kecil yang suaranya masih kalah keras oleh tangisan wanita dan bentakan seorang pria.

Pria itu menghentikan aksinya lalu menghampiri putranya.

"Jadi kau siap untuk dihukum?" Dylan mengangguk.

"Jangan! Dia masih kecil! Tolong jangan hukum dia!" Irene memeluk kaki jenjang ayah dari anaknya itu.

"Aku mohon beri dia kebebasan..."

Pria yang asalnya menatap Irene, mengalihkan pandangannya pada Dylan.

"Aku tidak jadi menghukummu karena ibumu sudah menyerahkan diri menggantikanmu."

Dylan hanya bisa diam. Di satu sisi ia merasa lega karena tidak harus dihukum, tetapi ia juga merasa sakit melihat ibunya yang harus dihukum oleh ayahnya.

"Masuk kamarmu dan bersihkan diri, Irene. Jangan lupa pakai pakaian terbaikmu. Satu jam lagi aku akan datang menghukummu," bisik pria itu dengan seringai jahatnya.

Setelah itu Dylan menghampiri ibunya yang terduduk di lantai, lalu memeluknya. Mereka berdua menangis bersama.

Hiks hiks hiks

Dylan terbangun dari tidurnya karena sesak nafas. Ternyata ia tidur sambil menangis. Dirinya hanya bisa memandang langit-langit kamar dengan nafas yang terengah-engah.

MiracleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang