Setelah Dylan mencium pipi Alea, ia langsung berdiri dan berjalan menuju pintu, namun lagi-lagi langkahnya terhenti ketika mendengar suara Alea.
"Aku memiliki satu permintaan."
"Aku mohon kabulkan."
"Aku mohon..."
Rasanya benar-benar menyakitkan melihat Alea yang sedang tidak berdaya. Wanita itu terduduk sambil mengulurkan tangannya, mencoba meraih dirinya.
"Temani aku tidur malam ini."
Tanpa banyak bicara Dylan langsung menghampiri dan menggendong Alea ala bridal menuju kamar. Ia merebahkan tubuh Alea yang terasa rapuh di atas kasur namun tidak bisa melepaskan rangkulan wanita itu di lehernya, dengan begitu saat ini mereka tidur saling berpelukan.
Alea mungkin sudah tertidur, tetapi Dylan tidak. Pria itu masih setia memandangi Alea yang meringkuk seperti janin di dalam kandungan. Ia elus dan kecup pipi Alea yang sesekali mengernyitkan alisnya karena bermimpi.
"Maafkan aku, Alea..."
"Hubungan ini tercipta karena keegoisanku. Seharusnya aku tidak nekat mencintai dan membawamu masuk ke dalam kehidupanku."
"Seharusnya saat itu aku langsung pindah apartemen saja setelah mengetahui bahwa kita bertetangga."
"Semoga kau menemukan pria yang lebih baik dariku."
"Jika di masa depan kita mendapati kesempatan untuk bertemu pun aku tidak pantas untuk bersanding denganmu."
Dylan mencium kening Alea lumayan lama sebelum kembali ke unit apartemennya.
"Selamat tinggal, Alea," ucap Dylan dengan bibir begetar karena menahan tangis.
***
Saat ini Dylan sedang memandangi sebuah foto kesukaannya. Ia sebenarnya memiliki banyak foto Alea di ponselnya, tetapi entah kenapa foto Alea kecil adalah foto kesukaannya. Bahkan foto itu dipajang di meja nakasnya dalam figura kecil. Tidak lupa boneka anjing berwarna abu-abu yang bernama Alea ikut menghiasi meja nakasnya.
Tidak lama indera pendengarannya menangkap suatu benda terjatuh di dalam unit apartemennya. Ia yakin ada seseorang berhasil masuk. Apakah seorang pencuri? Mungkin lebih baik karena ia bisa melawannya. Tapi firasatnya berkata lain. Bagaimana jika orang tersebut adalah pria itu.
Dylan bangun dari tidurnya. Siapapun orang yang masuk ke dalam rumahnya tanpa seizinnya bukanlah orang baik. Ia harus kabur sebelum orang itu menemukan dirinya. Satu-satunya jalan untuk kabur adalah jendela kamarnya. Unit apartemennya memang berada di lantai dua, tapi itu bukan masalah besar untuknya.
Belum sempat ia membuka jendela untuk kabur, pintu kamarnya sudah terbuka menampilkan seorang pria paruh baya yang masih terlihat gagah tersorot oleh cahaya bulan yang remang-remang karena keadaan kamarnya yang gelap.
Tidak perlu melihat wajahnya pun Dylan tahu siapa pria itu. Orang itu adalah Dominic, ayahnya kandungnya.
"Mau kemana, putraku? Hari sudah malam, kenapa tidak tidur?"
Nafas Dylan sudah terengah-engah. Sosok yang ada di depannya adalah orang yang paling ia benci dan takuti. Dominic adalah mimpi buruknya. Saat ini dirinya bimbang, apakah ia harus melompat atau mengambil obatnya yang berada di dalam tasnya.
Belum sempat ia memutuskan, Dominic sudah berhasil menangkapnya. Sekuat apapun dirinya melawan, maka ia akan berakhir kalah melawan traumanya. Kerah bajunya ditarik dan sekarang ia dilempar ke lantai membuat dadanya semakin sesak karena benturan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Miracle
Romance[SEQUEL OF DESTINY] Untuk pertama kalinya Aleandra jatuh cinta pada seorang lelaki misterius yang telah menyelamatkan hidupnya. Walau pemuda itu selalu menghindar ketika mereka bertemu, tetapi Aleandra tidak akan mudah menyerah. Gadis itu akan melak...