1

810 23 4
                                    

Hai, aku ada cerita baru nih.

Baca aja kalo mau baca, tapi kasih vote sama comment nya yoooo.


Enjoy!


***


Rasanya ia sangat bahagia. Tidak pernah merasakan sebahagia ini sebelumnya. Meski ia harus mengorbankan kebahagiaan lainnya. Tapi ia tidak pernah menyesal. Karena sadar, tidak ada kebahagiaan yang benar-benar bahagia. Bahkan terkadang kita harus merelakan sesuatu untuk sesuatu yang lebih baik, benar bukan?

Pohon yang rindang, udara yang sangat bersih, sejuk lebih kearah dingin. Hening, hanya kicauan burung dan gemerisik pohon yang tertiup angin yang terdengar.

Hanya ada dirinya yang sedang duduk dengan senyum memukau menghiasi. Menatap pemandangan bentang alam yang begitu indah. Hari sudah hampir sore, ia akan menunggu senja, menatap indahnya langit sebelum sang surya kembali pada peraduannya.

Udara semakin dingin terasa, ia memilih untuk masuk ke dalam rumah yang sangat sederhana, yang menjadi tempat tinggalnya. Menutup pintu dan jendela agar tidak terlalu banyak angin yang masuk ke dalam. Karena disini sangat dingin, terlebih saat malam hari. Terkadang dinginnya sampai menusuk ke tulang, tapi ia sudah terbiasa dengan itu. Tubuhnya beradaptasi dengan baik.

Sebelum benar-benar gelap, ia menyalakan api pada lampu-lampu gantung yang ia letakkan di beberapa sudut rumahnya. Meski tidak terlalu terang, tapi setidaknya ia tidak kegelapan dan masih bisa melihat dengan baik. Jika siangnya senggang, ia akan membuat tempat-tempat lampu agar ada lebih banyak lampu di rumahnya, jadi rumahnya akan semakin terang.

Di luar hari sudah semakin gelap. Suara hewan malam mulai terdengar saling bersaut, menjadi salah satu ciri khas malam.

Setiap siang ia tidak akan lupa untuk menyiapkan semua perbekalan makanannya. Ia akan mengambil buah-buahan yang sekitaranya cukup untuk semalam. Jadi tidak perlu repot untuk mencari makanan dan tidak harus keluar.

Ia belum pernah sekalipun keluar saat malam hari. Tidak tahu bagaimana kondisi di luar saat malam. Yang pasti akan sangat gelap, apakah ia bisa melihat saat berada di luar malam hari tanpa penerangan? Ia tidak tahu apa sinar bulan mampu menerangi bumi sebagaimana matahari menerangi bumi dengan baik. Yang jelas, bulan tidak akan sesempurna matahaari, karena itulah malam gelap, bulan tidak seterang matahari, itu yang ia pikir.

Sebagai masyarakat biasa, ia tidak mendapat pendidikan apapun selain dari orang tuanya yang hanya berdasarkan pengalaman mereka. Selain itu ia mengambil kesimpulan dari apa yang ia lihat, dari apa yang terjadi. Hanya seperti itu, ia bukan seorang yang pintar, karena latarnya tidak mumpuni.

Mungkin jika latarnya bagus, seperti anak-anak bangsawan, ia bisa jadi adalah seorang yang cerdas. Sayang sekali hanya anak-anak beruntung yang bisa mendapat pembelajaran, orang biasa sepertinya tidak mendapat kesempatan.

Sepertinya malam semakin larut, ia yang tidak memiliki kegiatan apapun memilih untuk merebahkan dirinya di atas tempat tidur yang sama sekali tidak nyaman. Tidak ada bantalan apapun yang membuat tempat tidur itu terasa empuk. Karena sudah terbiasa, itu bukan masalah sama sekali.

Terlelap dengan nyenyak ditemani dinginnya malam dan suara hewan malam yang menjadi lagu pengantar tidur nan alami. Mulai mengarungi mimpi dengan tenang.

***

Tidak ada yang menarik untuk dilakukan, tidak terlalu banyak kegiatan. Hari-harinya banyak ia habiskan di dalam rumah.

Tapi pagi ini entah kenapa rasanya ia sangat menginginkan buah anggur. Ia tidak tau dimana bisa mendapatkan buah bulat itu. Ia belum pernah menemui buah anggur selama tinggal disini. Di sekitarnya hanya ada buah pisang, semangka, stroberi, mangga, jambu. Buah anggur itu tidak pernah sama sekali ia temui.

ARTHEIRETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang