5

158 12 0
                                    


Hari yang sudah dipersiapkan jauh hari sudah datang. Kerjaan terlihat ramai dipenuhi orang-orang penting dari berbagai daerah, yang dekat maupun jauh. Beberapa kerajaan di luar juga turut hadir.

Suasana yang penuh suka cita. Semua turut berbahagia atas pasangan yang baru saja sah menjadi suami istri. Ada wajah baru di kerajaan yang akan sering terlihat mulai saat ini, yang turut membantu sang raja dalam menjalani tanggung jawabnya.

Pasangan baru itu terlihat berbahagia. Meski hanya sesekali senyum terlihat dari pihak laki-laki. Sebagai pemimpin, ia selalu terlihat tegas dan berwibawa. Sementara di sampingnya ada sosok manis dengan senyum lembut yang memikat banyak orang.

Istri dari raja itu terlihat sangat manis. Banyak orang yang memandangnya tanpa sungkan. Di acara seperti ini saja mereka bisa melihat dengan puas bagaimana paras manis itu. Karena setelahnya, mereka tidak akan bisa melihat. Menatap saja tidak diperkenankan. Menatap istri raja sama saja bertindak kurang ajar dan tidak sopan, hal itu dilarang.

"Istri raja itu terlihat sangat manis dan muda. Aku kira umurnya memang masih sangat muda," seseorang berbisik pada yang lainnya.

"Kau benar. Sepertinya dia masih sangat belia. Itu terlihat jelas dari wajahnya."

"Diamlah, kalian tidak bisa membicarakan hal seperti itu."

"Memangnya kenapa? Itu tidak menjelekkan."

"Memang tidak menjelekkan, tapi rasanya tidak pantas membicarakan istri raja. Tidak sopan."

"Ya ya ya. Terserahmu."

Pembicaraan itu berhenti. Memang tidak pantas membicarakan raja seperti itu, tidak sopan.

"Apa saya bisa membantumu menjaganya, Yang Mulia?"

"Terima kasih. Tapi aku bisa sendiri."

"Baiklah. Jika butuh sesuatu, bisa meminta pada saya."

"Akan aku lakukan."

"Yang Mulia," seorang menyapanya.

"Ada apa?"

"Ah, tidak ada. Aku hanya ingin menghampirimu."

Senyum itu tercetak dengan tulus sebagai balasan.

"Aku membawa ini, apa boleh memakannya?"

"Hm," sebelum menjawab, ia berpikir sejenak.

"Ah, jika tidak boleh, tidak masalah. Maafkan aku."

"Dia bisa, terima kasih," akhirnya ia menerima kue coklat pemberian Winaa.

"Sebaiknya tidak usah, Yang Mulia."

"Tidak apa-apa," Martha menerima kue itu untuk putranya. Ia terlebih dulu memakannya, baru menyuapkan makanan manis itu pada putranya.

Sebenarnya ia tidak diizinkan memberi sembarang makanan pada putranya itu. Semua yang dimakan putranya haruslah makanan yang baru saja selesai dibuat. Tapi Martha pikir, tidak masalah memberikan kue coklat untuk anaknya. Toh semua orang yang datang juga memakannya. Pihak istana pasti menyediakan semuanya dengan baik.

"Dia benar-benar menggemaskan dan semakin bulat saja."

"Kau benar, Winaa. Aku selalu gemas padanya."

"Tumbuhlah dengan baik, Sayang."

Martha tersenyum senang. Ia senang saat orang-orang juga menyayangi putranya. Winaa orang yang membantunya saat kelahiran buah hatinya satu tahun yang lalu. Martha juga dekat dengan Winaa sejak mengandung putranya. Winaa sudah membantunya banyak hal. Martha sendiri menganggap Winaa sebagai temannya. Kebetulan mereka seumuran, jadi bisa dekat satu sama lain dengan baik.

ARTHEIRETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang