"Kau bodoh, Hyunjin!"
"Apa lagi yang aku lakukan, Bu? Kesalahan apa lagi yang aku perbuat padamu?" Hyunjin menatap tidak mengerti pada ibunya.
"Aku menyuruhmu untuk melakukan semuanya dengan baik, Hyunjin! Kau tidak bisa diandalkan sama sekali! Kau tidak berguna!"
Hyunjin menatap datar pada ibunya. Ia menantang tatapan marah sang ibu tanpa ekspresi apapun.
"Apa yang kau lakukan selama ini, huh?! Aku menyuruhmu berlatih setiap saat! Aku tidak mengizinkanmu bermain-main! Kau selalu saja membuang waktumu untuk hal tidak berguna! Untuk apa dekati anak sialan itu?! Itu hanya membuat sial hidupmu!"
"Siapa lagi yang mau ibu salahkan?"
"Bajingan! Beraninya, kau!"
"Aku sudah melakukan semua yang ibu inginkan! Kapan aku pernah bermain-main, Bu?! Aku bahkan tidak tahu apa itu 'main'! Aku selalu melakukan apa yang ibu perintahkan, meskipun aku terpaksa melakukannya! Lalu apa lagi salahku?!"
"Kau tidak melakukan apapun! Kau bahkan tidak bisa membuat raja percaya padamu."
"Aku bahkan melakukan semuanya tanpa kesalahan! Aku melakukannya lebih baik dari pada yang lain! Kau bisa menanyakan itu pada semua pelatihku, Bu. Bunuh aku jika ada satu yang mengatakan aku tidak bisa! Aku yakin tidak akan ada yang mengatakannya! Apa ibu pernah mendengar mereka mengatakan kelemahanku?!"
"Tapi kenyataannya apa? Raja tidak bisa mempercayaimu sebagai penerusnya! Raja lebih percaya pada putra selir itu! Apa yang bisa kau lakukan, Hyunjin!"
"Siapa? Changbin? Bahkan si bodoh itu tidak lebih baik dariku. Mereka semua itu bodoh, Bu!"
"Kau yang lebih bodoh, Hyunjin!"
"Aku melakukannya dengan baik tanpa cacat! Dan ibu masih mengatakan aku bodoh?!"
"Itu kenyataannya, Hyunjin! Tidak ada yang bisa aku harapkan darimu!"
"Apa lagi yang harus aku lakukan untukmu, Bu?! Bagaimana lagi aku menjadi berguna untukmu?!"
"Kau tidak bisa melakukan apapun karena kebodohanmu itu!"
"Lalu apa yang ibu inginkan dariku? Katakan padaku apa yang harus aku lakukan!"
"Bodoh! Kau sama sekali tidak berguna!" Arina meninggalkan Hyunjin karena ia benar-benar marah pada anak itu.
"Apa aku harus membunuh Changbin agar ayah tidak memberikan tahta itu padanya?!"
Tidak ada jawaban dari Arina, karena ia tetap berjalan lurus.
"SIALAN! BAJINGAN! ARGHHH!" Hyunjin benar-benar marah dan ia tidak tahu pada siapa ia harus melampiaskan kemarahannya. Ia tertekan karena ibunya sendiri. Dan ia membeci semua orang saat ini juga, tidak ada siapapun di pihaknya, bahkan ibunya sendiri hanya mengatakan kesialan tentang dirinya.
Kaki jenjangnya ia bawa melangkah cepat. Tangannya mengepal erat, bahkan urat di lehernya terlihat jelas. Hyunjin tidak bisa mengendalikan dirinya sendiri karena emosinya berada di tingkat tertinggi.
Membuka dengan kasar pintu kamar. Membuat orang yang ada di dalamnya terkejut. Langkah Hyunjin tergesa menghampiri kakaknya yang tengah memandang keluar dari jendela kamarnya. Tangannya langsung mencekik leher Minho tanpa perasaan, sebagai pelampiasan amarahnya.
Minho yang tidak tahu apa-apa terkejut. Hyunjin menekan di titik yang benar, membuat napasnya terkecat. Minho hanya bisa memegangi tangan Hyunjin tanpa ada hal yang bisa ia lakukan lagi.
"Kau benar-benar tidak berguna, Minho! Kau hanya membuat kesialan dalam hidupku! Kau lebih baik mati daripada hanya menyusahkan hidupku! Bajingan! Tidak berguna!"

KAMU SEDANG MEMBACA
ARTHEIRE
FanficEND Keadaan membuatnya tidak bisa melakukan apapun. Dia yang seharusnya bisa diandalkan, justru tidak bisa melakukan apapun. Lantas bagaimana kelanjutan Artheire? Arye tidak memiliki pilihan untuk menentukan kelanjutannya, seolah menyimpan permata i...