Tidurnya terusik saat tiba-tiba tubuhnya seperti tertiban sebuah beban besar. Ia tersentak kaget dalam tidurnya, itu benar-benar mengejutkannya.
"Adik, ayo bangun! Ini sudah siang!"
"Hm."
"Ayo bangun, dasar pemalas!"
Tangannya ditarik-tarik oleh seseorang. Kedua pipinya dicengkeram hingga bibirnya mengerucut ke depan. Itu menyebalkan, membuatnya terpaksa bangun dari lelapnya.
"Lepas!"
"Makanya cepat bangun! Jangan jadi pemalas."
"Hey, Felix. Dia memang pemalas!"
"Aku tidak sepeti itu!"
"Ayo bangun!" Felix berusaha menarik tangan adiknya sampai duduk. Tapi susah sekali, adiknya sudah lebih besar. Ia terkadang kesulitan menghadapinya.
"Ayo cepat! Apa kau ingin membuat ayah dan ibu menunggu?"
"Ini bahkan masih gelap!"
"Jisung, bantu aku."
Keduanya menarik satu persatu tangan Jeongin agar segera bangun. Menariknya masuk ke dalam kamar mandi dan mendorong paksa anak itu memasuki tempat pemandian yang sudah penuh dengan air yang mereka siapkan sebelum aksi membangunkan adiknya.
Jeongin terkejut dengan semua perlakukan paksa kedua kakaknya. Sebenarnya ia sudah sering sekali dipaksa seperti ini. Tapi hey! Ini masih pagi. Nyawa Jeongin belum terkumpul sepenuhnya saat tiba-tiba air dingin menyapa kulithnya, bahkan ia masih dengan piyamanya.
Jisung dan Felix kompak tertawa saja, seperti tidak bersalah atas apa yang mereka lakukan.
"Cepat selesaikan urusanmu, Adik! Kami akan menunggu di luar."
Jisung dan Felix meninggalkan Jeongin di dalam kamar mandi. Tidak ada sedikitpun rasa bersalah atas perlakuan pada adiknya itu.
"KAK JISUNG! KAK FELIX! KALIAN MENYEBALKAN!" Jeongin berteriak. Ia sungguh sangat kesal dengan dua orang itu.
"Hahaha, puas sekali rasanya."
"Kau benar, aku juga merasa puas mengganggunya."
"Lebih baik kita tunggu di luar saja. Anak itu pasti akan membalas dendam."
"Benar. Ayo!"
Jika baru saja mengganggu Jeongin, keduanya pasti akan mencari ibu mereka. Tentu saja untuk berlindung, memangnya apa lagi? Adiknya itu tidak akan berani berbuat apapun jika di depan ibunya.
Hari ini mereka sepakat untuk bangun pagi, memberi kejutan untuk adik yang sangat mereka sayangi. Oh tunggu, kejutan? Sepertinya sejak tadi tidak ada sesuatu yang bisa dikatakan kejutan, selain Jisung dan Felix yang mengejutkan adiknya dan mengerjai si bungsu.
"Tumben sekali kalian sudah ada di sini."
"Selamat pagi, Ibu."
"Pagi, Sayang."
KAMU SEDANG MEMBACA
ARTHEIRE
FanfictionEND Keadaan membuatnya tidak bisa melakukan apapun. Dia yang seharusnya bisa diandalkan, justru tidak bisa melakukan apapun. Lantas bagaimana kelanjutan Artheire? Arye tidak memiliki pilihan untuk menentukan kelanjutannya, seolah menyimpan permata i...