Kerajaan Artheire berduka atas kepergian dua keturunan raja di waktu yang bersamaan. Meski rakyat hanya tahu Artheire berduka atas Minho. Namun semua yang ada di dalam istana berduka atas kepergian Bangchan dan Minho.
Upacara kematian diadakan hanya untuk keluarga inti saja. Dilakukan secara bersamaan untuk dua orang yang sangat berarti bagi raja.
Changbin sejak tadi tidak melepaskan Martha dari pegangannya. Ibunya terlihat sangat hancur saat ini. Masih tidak menerima kepergian Minho. Apalagi pada akhirnya ia juga tahu Bangchan juga pergi.
Jeongin menjaga jarak dari ibunya. Ia hanya bisa melihat ibunya dari kejauhan. Jeongin tidak tahu harus bagaimana. Ingin memeluk ibunya, tapi ia takut. Entah takut karena apa. Tapi Jeongin takut mendekati ibunya untuk sekarang. Mungkin takut ibunya semakin terluka jika ia mendekat.
Arye sebagai ayah memimpin ucapara kematian itu. Dengan luka besar di hatinya, ia tetap mengantarkan kepergian untuk dua putra tertuanya.
Sama sekali Arye tidak pernah berpikir ia yang akan mengantar kepergian putranya. Mereka masih sangat muda. Bahkan sekalipun Minho yang keadaannya tidak pernah baik sejak ia lahir, tidak pernah Arye bayangkan akan pergi darinya lebih dulu.
Semua keluarga Arye mengikuti upacara yang dipimpin Arye. Ada Arina juga, yang hanya bisa menyaksikan dalam diam.
Arye mengakhiri ucapara tersebut.
"Kau yang membunuh putraku kan?!" Arina menghampiri Martha dan mendorongnya dengan keras.
Untungnya Changbin masih setia memegangi ibunya. Ia tahan tubuh sang ibu saat Arina mendorong.
"Maaf, Yang Mulia. Tolong jangan salahkan ibuku."
"Kau diam saja! Ini tidak ada urusannya denganmu! Ibumu ini yang membunuh putraku!"
"Atas dasar apa menyalahkan ibuku?" Jisung ada disana, jelas ia marah ibunya dituduh seperti itu.
"Ibumu yang menemaninya sejak tadi! Jika bukan dia, siapa yang harus disalahkan?!"
"Ibuku tidak melakukannya!"
"Kau diam saja! Aku tidak ada urusan denganmu, sialan!"
"Bukan berarti kau ratu, kau bisa seenaknya bersikap!"
"Berani mengatakan itu padaku? Apa ibumu ini tidak mengajarkanmu sopan santuh, huh?!"
"Untuk orang sepertimu tidak perlu bersikap sopan!"
"Jisung, cukup!"
Jisung segera terdiam saat ayahnya langsung yang menginterupsi dirinya.
"Bisakah kau menjaga sopan santunmu?"
"Aku akan bersikap sopan jika dia juga memperlakukan ibuku seperti itu. Aku tidak akan biarkan siapapun menyakiti ibuku!" dengan berani Jisung berkata demikian pada ayahnya.
"Jisung."
"Apa? Ayah akan membiarkan ibuku tersakiti juga?"
"Lebih baik kau pergi."
"Dan membiarkan ibuku tersakiti lagi?" Jisung tahu sekali bagaimana sikap Arina pada ibunya. Bukan hanya Jisung, bahkan semua putra Martha tahu bagaimana Arina. Tidak hanya pada Martha, tapi pada putra Martha pun Arina tidak pernah bersikap baik sejak dulu. Jadi Jisung tidak akan membiarkan orang itu menyakiti ibunya.
"Changbin, bawa adikmu pergi sekarang juga."
Changbin menuruti, ia paksa Jisung agar pergi dari sana.
"Seungmin. Jeongin."
"Ayah, jangan sakiti ibu," ujar Jeongin.
"Ayah tidak akan menyakiti ibumu. Seungmin, bawa adikmu."
Belum sempat Seungmin menyentuh adiknya, Jeongin lebih dulu pergi dari sana. Seungmin hanya mengikuti untuk pergi dari sana. Membiarkan tiga orang dewasa itu menyelesaikan urusan mereka.
"Arina, tolong jangan salahkan Martha dalam hal ini."
"Lalu aku harus menyalahkan siapa?"
"Minho pergi atas keinginan Dewa, cukup pahami. Dewa tidak ingin Minho menderita lagi. Dengan begini, putraku tidak akan merasakan sakit lagi."
"Minho selalu seperti itu sejak dulu. Selama ini tidak pernah dia sampai pergi. Dan sekarang putraku pergi, pasti ada sebabnya. Martha bersamanya sejak pagi, dia pasti melakukan sesuatu pada putraku, Arye."
"Martha tidak akan melakukan itu padanya."
"Kau tidak tahu bagaimana perasaanku, Arye! Aku hancur setelah putraku meninggalkanku! Kau harus mengambil sikap tegas untuk ini. Aku yakin semua ini karena Martha!"
"Jangan berpikir seolah kau yang paling hancur atas kepergiannya. Aku pun kehilangan, Arina. Martha juga sama sepertimu. Martha menyayangi Minho seperti dia menyayangi putranya sendiri."
"Jika bukan Martha. Kau adalah orang yang harus disalahkan, Arye! Kau membuat hidup putraku menderita bahkan sejak dia belum lahir! Kau menyakitinya terlalu banyak! Kau benar-benar ayah yang buruk untuknya! Dia pasti membencimu jika tahu kebenarannya!"
"Ya, kuakui semua adalah kesalahanku. Aku yang membuatnya menderita sejak awal. Aku sadar akan hal itu."
***
Jeongin menangis sendirian di dalam kamarnya. Dua kakaknya pergi di waktu yang bersamaan. Hanya tiga orang yang menjadi kesayangan Jeongin, Changbin menempati urutan pertama, kedua adalah Bangchan, dan Minho yang ketiga.
Anak itu terisak keras, namun wajahnya ia benamkan di atas kasur, membuat suaranya teredam. Ia sangat terkejut dengan kepergian dua kakaknya sekaligus. Dan ini kali pertama ia merasakan kehilangan. Apalagi satu kakaknya pergi tepat di depan matanya, setelah mereka bersama.
Tidak ada yang menemani anak itu. Tidak ada Martha yang biasanya akan menenangkan saat ia menangis. Jeongin sendirian dikesedihannya, dan ini pertama kali untuknya. Rasanya sangat kacau sampai ia tidak bisa berhenti menangis.
Semua putra Arye memilih berada di kamar masing-masing. Memilih untuk memendam luka sendirian. Bahkan Changbin tidak terpikirkan keadaan adiknya. Tidak tergerak untuk menghampiri adiknya. Padahal biasanya Changbin akan selalu memikirkan adik bungsunya dalam keadaan apapun. Tapi kali ini ia juga merasakan kesedihan itu.
Mungkin memang mereka tidak dekat dengan Minho maupun Bangchan, tapi tetap saja rasa kehilangan itu ada. Apalagi Changbin sangat menghormati Minho yang sebelumnya adalah kakak satu-satunya. Begitu Bangchan hadir dan dikatakan adalah kakakknya juga, Changbin tidak menolak. Ia juga menghormati Bangchan sebagaimana ia menghormati Minho.
Diam-diam Changbin terkesan dengan Bangchan. Meski hanya memerhatikan dari jauh saja, ia terkesan. Bangchan yang tidak terlalu banyak bicara, terkesan berwibawa. Meski asalnya dia hanya orang biasa, mungkin terbiasa dengan kehidupan biasanya di luar sana. Tapi melihat Bangchan memiliki kemiripan dengan ayahnya. Bangchan membuat Changbin merasa segan berada di dekatnya. Bahkan Changbin merasa harus menjaga sikap padanya.
Changbin juga tahu bagaimana adik bungsunya sangat tertarik pada Bangchan. Terlihat sekali anak itu saat mendekati Bangchan. Sampai Changbin pikir Jeongin sudah tidak peduli pada Seungmin, dan berputar arah pada Bangchan.
Jeongin belakangan ini memang terlihat jelas mendekati Bangchan. Mungkin dia mencari perhatian orang yang juga kakaknya itu. Yang Changbin yakin, Jeongin merasa nyaman berada di dekat Bangchan. Changbin pikir lebih baik Jeongin mencari perhatian Bangchan daripada Seungmin. Karena Bangchan bisa menanggapi adiknya dengan baik. Setidaknya Bangchan memilih diam, tidak seperti Seungmin yang tidak bisa mengontrol ucapannya.
Sayangnya, sosok berwibawa itu sudah tidak ada. Padahal, Changbin percaya Bangchan bisa menjadi kakak yang jauh lebih baik daripada dirinya seiring berjalannya waktu.
TBC...
KAMU SEDANG MEMBACA
ARTHEIRE
FanfictionEND Keadaan membuatnya tidak bisa melakukan apapun. Dia yang seharusnya bisa diandalkan, justru tidak bisa melakukan apapun. Lantas bagaimana kelanjutan Artheire? Arye tidak memiliki pilihan untuk menentukan kelanjutannya, seolah menyimpan permata i...