66

55 6 0
                                    


"Aku rasa, sebaiknya kita memberi tahu hal ini pada Yang Mulia Arye."

"Tidak bisa."

"Alasannya?"

"Aku takut dengan ancaman Yang Mulia Arina. Kumohon, jangan lakukan itu."

"Urusan Yang Mulia Arina, aku bisa urus belakangan. Aku ingin Yang Mulia Raja tahu tentang hal ini."

"Kumohon, aku tidak ingin terjadi hal apapun. Aku masih bisa terus seperti ini. Bahkan untuk selamanya."

"Kau tahu, Winaa. Itu tidak adil, tidak sepantasnya hal itu dilakukan. Untuk Yang Mulia Ratu, aku tahu satu hal tentang dia. Yang Mulia Raja melarangnya kembali ke kerajaan. Yang Mulia Ratu tidak akan pernah bisa masuk ke sini lagi. Sekalipun alasannya menemui putranya."

"Apa yang terjadi?"

"Aku tidak bisa memberi tahu hal itu. Raja melarangku berbicara pada siapapun, termasuk dirimu. Yang Mulia Martha saja tidak tahu hal ini."

"Kau tahu, Rafleen, Yang Mulia Martha sangat kecewa padaku yang telah menjauhkan Minho dan Yeji. Seharunya aku tidak melakukan itu. Apalagi tidak jauh dari yang aku lakukan, Yang Mulia Minho pergi. Yang Mulia Martha benar-benar marah padaku. Bahkan sapaku tidak lagi dibalas olehnya."

"Itu hal yang wajar terjadi. Yang Mulia Martha begitu menyayangi semua putranya, termasuk Yang Mulia Minho. Seperti yang sama-sama kita tahu, bagaimana Yang Mulia Martha menjaga Yang Mulia Minho disaat keadaannya menurun."

"Aku sadar telah melakukan kesalahan. Tidak seharusnya aku bersikap seperti itu. Aku sangat menyesal telah melakukan itu."

"Aku tahu alasanmu. Tentang hal itu, lupakan saja. Kau bermaksud baik dengan yang lakukan, meski caranya salah."

"Apa kau tetap akan mengatakannya pada Yang Mulia Raja?"

"Aku rasa, aku harus. Itu bukan hal yang pantas, aku harus mengakui kesalahanku pada Yang Mulia Raja. Kau tahu soal aku yang begitu dipercaya Raja kan, Winaa? Dengan melakukan hal ini, aku telah merusak kepercayaannya."

"Aku tidak bisa melepasnya."

"Kau harus. Cobalah memahami keadaan, kumohon, Winaa."

Pada akhirnya Winaa menyerahkan segala urusan pada suaminya. Rafleen berhak melakukan apa yang ia kira benar. Lagian, Winaa setuju dengan apa yang suaminya katakan, meski dalam hati ia masih menyangkal.

"Aku akan menemui Raja sekarang."

"Boleh aku ikut?"

Rafleen menatap Winaa sebelum menjawab. Tapi akhirnya ia biarkan Winaa bersamanya. Toh, Winaa juga memiliki hak yang sama dengannya. Akhirnya sepasang suami istri itu bersama-sama menemui Arye.

Saat ditemui, ternyata Arye tengah berbicara dengan Changbin di ruang kerjanya. Tapi karena kedatangan Rafleen, Arye meminta Changbin untuk istirahat sejenak. Anak itu meninggalkan ruang kerja ayahnya setelah mendapat perintah.

"Apa yang ingin kau bicarakan?" sebenarnya sudah biasa Rafleen akan menemuinya untuk mengatakan beberapa informasi. Tapi kali ini, melihatnya datang bersama sang istri, membuat Arye bingung.

"Ada hal yang ingin saya katakan, Yang Mulia."

Arye tidak mengatakan apapun. Hanya menatap Rafleen, menunggu kalimat berikutnya.

"Sebelum hal yang ingin saya katakan, saya ingin meminta maaf kepada Yang Mulia. Saya meminta maaf, atas nama diri saya dan Wina," Rafleen membungkuk hormat, meminta maaf sebelum mengatakan apa yang ingin ia katakan. Winaa mengikutinya.

ARTHEIRETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang