Yeji menghampiri ibunya yang ada di dapur. Ternyata ibunya tidak sendirian. Ia memberi hormat untuk dua orang yang ada di sana.
"Dimana Ryujin dan Yuna, Sayang?"
"Aku tidak tahu, Bu. Apa ibu butuh sesuatu?"
"Iya, ibu butuh sesuatu."
"Aku bisa melakukannya, Bu. Apa itu?"
"Tidak bisa, ibu ingin mengambil bunga Radvich dan Yuuly untuk membuat kue."
Yah, sayang sekali Yeji tidak bisa melakukannya. Bisa saja jika ia memaksa, tapi ibunya tidak akan meminta itu padanya, juga setelahnya ia bisa terserang flu jika memaksa.
"Aku bisa melakukannya. Dimana aku bisa mengambilnya?"
"Tidak perlu, Yang Mulia. Aku yang akan mengambilnya."
"Tidak, Bibi. Bibi disini saja melanjutkannya dengan ibu, biar aku yang mengambil."
"Benar, biarkan saja Minho yang mengambilnya," Martha menyetujui.
"Yeji, bisa temani Yang Mulia Minho?"
"Aku bisa."
"Jangan terlalu dekat, kau bisa menunjukannya dari jauh, ya Sayang?"
"Iya, Bu."
Minho dan Yeji meninggalkan dapur untuk mengambil bunga yang akan menjadi pewarna untuk kue.
Ya, Minho ada disana karena mengikuti Martha. Lebih tepatnya Martha yang mengajak Minho untuk menemaninya membuat kue. Karena tidak melakukan apapun, Minho menurut saja, lagian terlalu bosan jika hanya berdiam di kamar.
Felix dan Jisung kompak minta dibuatkan kue oleh Martha. Mereka pernah dibuatkan kue oleh Martha, karena itu mereka memintanya lagi. Martha belum percaya diri jika harus membuatnya sendiri, maka itu ia perlu Winaa untuk membantunya lagi.
Martha tidak merasa repot sama sekali atas permintaan putranya. Ia malah senang jika putranya menyukai apa yang ia buat untuk mereka. Ada kebanggaan tersendiri saat mereka memintanya lagi. Karena itu tanpa pikir apapun lagi, ia meminta Winaa membantunya.
"Kenapa Yeji tidak bisa melakukan itu?" Martha hanya penasaran dengan alasannya.
"Yeji alergi terhadap serbuk bunga. Ia bisa flu jika terkena. Aku tidak akan membiarkan dia dekat dengan bunga."
"Wah, bukankah itu sangat langka?"
"Ya, benar. Yeji jadi tidak bisa dekat dengan bunga. Terkadang ia nekat, aku sampai harus pasrah saat ia flu karena dirinya sendiri."
Martha tertawa pelan. Pasti sangat menyebalkan jika tidak bisa menyentuh bunga. Hampir semua wanita menyukai bunga dan jatuh cinta pada kecantikan tumbuhan itu. Tapi Yeji malah tidak bisa menyentuhnya, sayang sekali bukan? Dan itu mengingatkan Martha dengan seseorang yang juga tidak bisa menyentuh bunga karena alergi.
Martha kembali terkekeh, saat mengingat dulu ia pernah memberikan bunga pada orang yang tidak bisa menyentuh bunga, bodoh sekali rasanya hingga membuat orang itu sakit karenanya. Meski saat itu Martha tidak tahu, tetap saja rasanya bersalah.
Yeji pergi ke sebuah perkebunan di istana. Perkebunan yang biasanya menjadi tempat didapatnya bahan-bahan untuk membuat makanan. Yeji sudah tahu dimana mereka bisa mendapatkan apa yang mereka butuhkan. Maka gadis itu menunjukkan kemana mereka harus pergi.
"Berjalanlah di sampingku. Aku tidak tahu harus kemana."
"Saya tidak bisa, Yang Mulia."
Minho menoleh ke belakang, menatap pada Yeji. Gadis itu seketika menunduk, mana berani ia menatap Minho, itu tidak sopa sama sekali untuk dilakukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARTHEIRE
FanfictionEND Keadaan membuatnya tidak bisa melakukan apapun. Dia yang seharusnya bisa diandalkan, justru tidak bisa melakukan apapun. Lantas bagaimana kelanjutan Artheire? Arye tidak memiliki pilihan untuk menentukan kelanjutannya, seolah menyimpan permata i...