Pembelajaran kali ini tidak seperti biasanya, ada dua orang yang tidak ikut kegiatan. Para putra raja yang tengah mengikuti pelajaran itu terlihat tenang dan serius dengan apa yang disampaikan guru yang mengajar mereka.
Hari ini sesuai jadwal yang telah ditentukan, pelajaran yang mereka ikut mengenai kepemimpinan di Kerajaan Artheire. Mereka memang tidak akan menggantikann raja, namun pelajaran itu wajib mereka dalami. Karena selain putra mahkota, mereka tetap akan membantu kerajaan dalam semua kegiatan yang terlaksana di kerajaan.
Mereka yang nantinya akan membantu raja berikutnya dalam mempimpin kerajaan. Mereka juga memiliki peran yang sangat penting meski bukan mereka yang akan menjadi raja. Mereka adalah penopang terbesar seorang raja.
"Apa peraturan itu bisa dirubah?"
"Bisa saja, Pangeran Jisung. Peraturan bisa dirubah jika rakyat mengingikannya."
"Saat rakyat meminta, peraturan itu bisa langsung disahkan?"
"Pertama pemimpin akan mencari dampak baik dan buruknya. Memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi. Sebelum memutuskan, pihak kerajaan akan merundingkannya dulu. Pasti ada yang setuju dan juga menentang, tapi keputusan disepakati bersama. Baru raja bisa merubah peraturan."
"Jika peraturan mendesak dan ada yang mengharuskan mereka melanggarnya, bagaimana?"
"Itu tergantung kondisi, Pangeran Jisung. Peraturan memang tidak bisa dilanggar, peraturan dibuat juga ada yang mendasari, jika dilanggar kemungkinan memiliki dampak buruk. Tapi jika mendesak dan keadaan tidak memungkinkan, itu bisa dirundingkan kembali."
Jisung mengangguk. Sejak tadi, diantara yang lain, Jisung adalah orang yang memiliki banyak pertanyaan. Sementara yang lain hanya mendengar dan menyimak pertanyaan dan jawaban yang dilempar oleh murid dan guru itu.
"Baiklah, ada lagi?"
Mereka sudah berada di ruangan itu sejak pagi. Beristirahat sejenak untuk makan siang. Kembali melajutkan pembelajaran sampai sore hari. Dan sekarang, pelajaran hampir berakhir, sudah berada di penguhujung waktu.
"Baiklah jika tidak ada. Saya mengakhiri pelajaran hari ini sampai disini. Sisanya akan dilanjut di pertemuan berikutnya. Semoga pelajaran ini membantu dengan baik. Terima kasih, Pangeran-pangeran semua," guru itu memberi hormat sebelum meninggalkan para anak raja di ruangan itu.
"Kemana? Buru-buru sekali," Felix menahan tangan Jeongin yang sudah berdiri.
"Kau tidak harus tahu, Kak."
"Tinggal katakan saja, apa susahnya?"
"Bukan urusanmu."
"Sudahlah, Felix biarkan adikmu itu. Jeongin, pergilah."
Jeongin mengangguk, ia melepas tangan Felix dan segera pergi dari sana.
"Kau mengacau saja, Kak."
Changbin menggeleng atas protesan Felix. Apa yang akan Felix lakukan sudah terbaca dengan jelas di otak Changbin. Dan itu bukan sesuatu yang bagus untuk Jeongin.
"Aku ingin menemui Seungmin, mau ikut tidak?" tanya Jisung pada Felix
"Ikut."
Saat mereka berada di kamar Seungmin, ternyata Jeongin sudah ada di sana lebih dulu. Jadi kamar Seungmin yang menjadi tujuan Jeongin sampai anak itu terburu-buru sekali. Oh atau sebenarnya Jeongin menghindari Felix dan Jisung? Entah, hanya Jeongin yang tahu alasannya.
Changbin juga ikut ke kamar Seungmin, ingin tahu bagaimana keadaan adiknya, apakah sudah lebih baik atau belum. Saat makan pagi dan siang tadi Seungmin belum bergabung, berarti ia masih belum membaik.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARTHEIRE
FanfictionEND Keadaan membuatnya tidak bisa melakukan apapun. Dia yang seharusnya bisa diandalkan, justru tidak bisa melakukan apapun. Lantas bagaimana kelanjutan Artheire? Arye tidak memiliki pilihan untuk menentukan kelanjutannya, seolah menyimpan permata i...