25

68 7 0
                                    

2 Part deh, soalnya aku udah lama ga up. Sebenarnya bisa aja up kemaren kemaren, soalnya udah ada di draft, cuma mager wkwkwkwkwwk.

***

Ada lima orang di dalam ruang kerja raja. Arye meminta mereka untuk datang, ia akan membicarakan sesuatu yang begitu penting. Keputusan yang sudah ia ambil setelah memikirkan semuanya dengan cukup rumit.

"Sebagai kesepatakan yang sudah Yang Mulia Raja putuskan dari beberapa hal yang telah dipertimbangkan. Yang Mulia Raja memilih Pangeran Changbin untuk menaiki tahta berikutnya."

"Tidak bisa!"

"Aku sudah mengambil keputusan, Arina."

"Changbin tidak bisa menaiki tahta, karena dia bukan putraku."

"Dia memang bukan putramu, tetapi aku sudah membuat keputusan."

"Ada apa denganmu, Yang Mulia. Apa yang kau pikirkan?"

"Kita tahu bagaimana kondisi Minho. Aku tidak bisa menyerahkan tahta padanya."

"Minho memang tidak bisa. Tapi ada Hyunjin."

"Aku juga tidak bisa menunjuk Hyunjin."

"Atas dasar apa?"

"Karena Changbin kakaknya."

"Alasan tidak masuk akal apa yang kau katakan, Yang Mulia?"

"Aku sudah memutuskannya. Jadi mengertilah, Arina."

"Kau bermaksud mengubah ketentuan kerajaan yang sudah ada sejak dulu? Kau merubahnya atas dasar dirimu sendiri? Kau tidak bisa melakukannya, Yang Mulia! Kau tidak memilih hak untuk itu!"

"Keputusanku tidak bisa diubah apapun alasannya."

"Arye, kau keterlaluan!" Arina emosi atas keputusan Arye yang sama sekali tidak sesuai dengan harapannya. Dan lagi, Arye memang salah telah menunjuk Changbin sebagai calon penerus kerajaan. Karena Hyunjin adalah orang yang paling berhak jika memang Minho tidak bisa menaiki tahta.

"Apapun alasanmu, Yang Mulia. Changbin sama sekali tidak memiliki hak untuk tahta berikutknya. Dia hanya anak dari seorang selir yang tidak memiliki hak apapun dalam pemerintahan Artheire!"

"Berhenti disana, Arina!" Arye menegaskan istri pertamanya yang keterlaluan.

"Tidak usah mengelak dari fakta. Memilih Changbin sama saja dengan mengacaukan Artheire untuk kedepannya. Jika itu semua terjadi, maka kau adalah orang yang pertama kali harus disalahkan. Keputusanmu sama sekali tidak masuk akal! Kau seorang raja, bisakah kau berpikir dengan baik dan mengambil keputusan dengan tegas?"

Ruangan itu seketika hening. Arina memilih pergi setelah mengatakan kalimat panjangnya. Dan Arye yang lagi-lagi disalahkan membuatnya bungkam. Arye begitu menyadari bahwa ia salah. Tapi semua keputusan yang ia ambil adalah yang terbaik sejauh yang bisa ia pertimbangkan.

Martha menghampiri suaminya. Berdiri di sisi sang raja dan mengusap lembut punggung tangan raja yang mengepal kuat. Arye memang terlihat diam, tapi dalam benaknya pasti sedang kacau.

"Pergilah!" satu kata yang terucap mampu membuat orang yang ada di sana meninggalkan ruang kerja raja. Tapi Arye menahan tangan Martha yang akan beranjak, mengisyaratkan wanitanya untuk tetap bersamanya.

"Rafleen."

"Ya, Yang Mulia."

"Bisakah kau mencari cara agar Minho lebih baik?"

Rafleen tidak menjawab. Karena ia yakin rajanya sudah tahu apa jawabannya. Ia selalu mencari cara untuk Minho. Ia bahkan sudah mencoba banyak cara sejak Minho lahir. Bahkan sampai mencari tamanan langka untuk obat. Menemui tokoh kesehatan yang memiliki ilmu lebih banyak untuk berdiskusi tentang keadaan Minho. Arye tahu Rafleen sudah melakukan berbagai cara, Rafleen tidak hanya diam dan merawat Minho.

ARTHEIRETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang