Nungguin vote chapter sebelumnya, ga naik-naik wkwkwkwk, huft.
Tidak ada yg mau kasih vote lagi kah? wkwkwk
***
Rafleen baru saja tiba setelah perjalanannya keluar. Tapi dua kabar buruk sekaligus ia terima. Dua-duanya dari putra raja. Ia sendiri sampai tidak tahu harus melihat siapa dulu. Dua kabar yang ia terima buruk dua-duanya.
"Yang Mulia Raja memanggilmu segera, Rafleen."
"Baiklah," akhirnya Rafleen menghampiri Bangchan yang ada di kamar pengobatan, karena tadi ia dibawa kesana.
"Rafleen!"
"Maaf, Yang Mulia Ratu, Yang Mulia Raja memanggil saya sekarang."
"Tidak! Kau harus menyelamatkan putraku sekarang!"
"Maaf, Yang Mulia. Tapi Raja memerintahku."
"Rafleen, kau mendengarku?!"
"Maaf, Yang Mulia."
"Iku aku sekarang!"
Mau tidak mau Rafleen mengikuti ratu. Tapi langkahnya ditahan, karena seorang pengawal memintanya untuk menemui Arye yang tengah bersama Bangchan. Pria itu sempat bingung harus bagaimana. Tapi akhirnya ia memilih menemui Arye, karena perintah raja adalah hal yang utama.
Memasuki kamar pengobatan itu dengan tergesa dan mendapati Bangchan yang tidak sadarkan diri, ada Arye yang berdiri di sisinya.
"Selamatkan Bangchan segera, Rafleen!"
"Baik, Yang Mulia," Rafleen tanpa berlama-lama segera memeriksa keadaan putra pertama Arye. Sambil memeriksa, ia juga menanyakan pada tabib yang menangani Bangchan lebih dulu, apa yang sudah didapatkan dari pemeriksaan Bangchan.
Rafleen menghela napas. Sebenarnya ia sangat tidak yakin. Karena sudah terlambat, racun yang berada di tubuh Bangchan telah menyebar. Kondisinya juga terus menurun. Bahkan detak jantungnya sulit untuk dirasakan.
"Maaf, Yang Mulia. Saya tidak bisa melakukan apapun. Sudah sangat terlambat. Karena racunnya menyebar sangat cepat."
"Apa yang kau katakan, Rafleen?!"
Rafleen berdiri, membungkuk untuk mengucapkan maafnya.
"Apa maksudmu!" Arye yang kesal segera mendekati tabib sekaligus tangan kanannya itu. Amarahnya memuncak dan ia tidak suka dengan penjelasan Rafleen.
"Jika dia mati, kau adalah orang yang berhak mati juga, Rafleen!"
Tidak ada balasan apapun dari Rafleen, ia menerima apapun yang ingin Arye lakukan padanya. Jika Arye membunuhnya, ia pun tidak bisa melawan.
Semua orang di ruangan itu tidak berani melakukan apapun.
Sampai Bangchan benar-benar pergi tidak lama setelahnya. Tabib pertama yang menangani Bangchan mengatakan jantung pemuda itu tidak lagi berdetak, tidak lagi bernapas seperti sebelumnya.
Bangchan pergi, untuk selamanya. Pemuda itu tidak akan kembali, tidak akan membuka matanya. Pada akhirnya, ia kembali menemui ibunya yang telah pergi lebih dulu.
Arye melepas Rafleen begitu saja. Ia hampiri putranya yang memejamkan mata dengan damai. Tidak ada sedikitpun pergerakkan di tubuhnya. Menandakan anak itu benar-benar telah pergi menyusul ibunya.
Perasaan Arye begitu hancur. Ia tidak bisa menerima kepergian Bangchan. Meski tidak bersamanya untuk waktu yang lama, perasaan Arye terhadap putranya tidak bisa diabaikan. Arye menyayanginya. Arye bahkan menyesal seumur hidup karena tidak mengetahui kehadirannya. Tapi belum sempat Arye membalas semua rasa bersalahnya, anak itu memilih pergi menemui ibunya.

KAMU SEDANG MEMBACA
ARTHEIRE
FanficEND Keadaan membuatnya tidak bisa melakukan apapun. Dia yang seharusnya bisa diandalkan, justru tidak bisa melakukan apapun. Lantas bagaimana kelanjutan Artheire? Arye tidak memiliki pilihan untuk menentukan kelanjutannya, seolah menyimpan permata i...