Arye sudah mengambil keputusan tentang Yeji, setelah ia memikirkan beberapa dampaknya. Keputusannya juga dipengaruhi oleh Martha dan Rafleen, Arye meminta pendapat pada orang terpercaya itu. Dan akirnya ia pun berani mengambil satu keputusan yang menurutnya juga adalah yang terbaik.
Di ruangan ini sudah terkumpul dua keluarga, keluarga Arye dan keluarga Rafleen, dengan anggota yang lengkap. Itu membuat anak-anak mereka bingung. Karena tidak pernah mereka disatukan dengan para pangeran seperti ini.
Arye memang meminta semuanya hadir, agar mereka semua mendengar apa yang ingin ia katakan. Keputusannya tentang memberi tahu Yeji dan latar yang sebenarnya. Arye pikir semua harus tahu fakta ini.
Arye yang membuka pembicaraan pertama kali. Setelahnya Rafleen menjelaskan lebih detail, karena ia yang tahu kebenaran itu.
Atas penyampaian Rafleen itu, tidak ada yang tidak terkejut. Bahkan satu orang yang menjadi topik pembahasan. Yeji menatap tak percaya pada ayahnya yang mengatakan ia bukanlah putrinya, tapi putri Arye.
"Apa maksud ayah?" gadis itu tidak bisa menyembunyikan suaranya yang terdengar bergetar.
"Maafkan ayah, Yeji. Tapi saat itu ayah tidak tahu harus melakukan apa. Ayah takut sekali jika tidak membawamu pergi, akan terjadi hal buruk padamu."
"Aku tidak percaya pada ayah."
Winaa yang berdiri di samping putrinya segera meraih tangannya. Tapi segera ditepis oleh Yeji. "Bu, katakan itu tidak benar," mohonnya pada Winaa dengan mata yang sudah berair.
"Yeji putriku, selamanya seperti itu, meski bukan ibu yang melahirkanmu."
"Ibuuu."
"Sayang, mengertilah. Ibu memang bukan yang melahirkanmu, tapi ibu menyayangimu, karena kamu putri ibu."
"Hiks, Ibu," Yeji yang perasaannya berantakan segera menembunyikan diri dalam pelukan ibunya. Tidak ingin melihat siapapun, ia menangis terisak. Bahkan Winaa bisa merasakan eratnya pelukkan Yeji.
"Maafkan ibu."
"Aku tidak mau."
"Ibu tetap ibumu, sampai kapanpun."
"Tapi aku tidak mau. Aku tidak mau dengan siapapun, aku hanya mau ibu dan ayah."
Winaa usap dengan lembut punggung Yeji yang bergetar karena tangisnya. Anak itu terisak kuat, karena rasanya yang begitu sakit. Orang tua yang selama ini ia anggap orang tuanya, ternyata bukan siapa-siapa. Yeji merasa telah dibohongi, hatinya hancur mendengar fakta yang diungkap ayahnya sendiri. Gadis itu sangat menyayangi keluarganya, bukti bahwa Rafleen dan Winaa begitu menjaganya selama ini.
Yeji lepas pelukkan ibunya, meninggalkan ruangan itu tanpa kata. Ia tidak nyaman, karena semua orang di ruangan ini menatapnya. Yeji juga perlu menenangkan dirinya sendiri.
"Ku rasa, kau perlu menemaninya, Winaa. Dia hanya membutuhkan ibunya disaat seperti ini," Martha menyarankan.
Dengan begitu Winaa menyusul putrinya.
"Ini tidak akan mudah untuknya. Tolong tetap sayangi dia sebagai putrimu, Rafleen."
"Tentu, Yang Mulia. Dia adalah putriku, aku akan terus menyayanginya."
Meski dalam hati Arye tidak yakin apa anak itu bisa menerimanya sebagai ayahnya juga. Pasti akan sulit untuk Yeji. Karena bagaimanapun, Arye hanyalah orang asing selama ini. Hanya orang yang harus Yeji hormati karena dia adalah raja.
"Ayah berharap kalian mengerti ini. Dan ayah mengharuskan kalian menganggapnya saudara kalian. Tolong jaga dan lindungi dia sampai kapanpun, sampai ayah pergi, sampai dia menikah, sampai akhir hayat hidupnya. Hyunjin, ayah berharap banyak padamu kali ini. Ayah memberi kalian tanggung jawab untuk menjaganya seumur hidup kalian, karena dia putri satu-satunya yang ayah miliki."

KAMU SEDANG MEMBACA
ARTHEIRE
FanfictionEND Keadaan membuatnya tidak bisa melakukan apapun. Dia yang seharusnya bisa diandalkan, justru tidak bisa melakukan apapun. Lantas bagaimana kelanjutan Artheire? Arye tidak memiliki pilihan untuk menentukan kelanjutannya, seolah menyimpan permata i...