45

55 6 0
                                    

Aku mau up cerita baru dalam waktu dekat.

Jadiiii, follow yaaa wkwkwk



***

Arye mendapat kabar baik dari pelatih yang melatih Bangchan. Anak itu bisa mengikuti semua kegiatan dengan baik. Bahkan di percobaan pertamanya ia bisa langsung menguasai. Arye tentu saja akan meminta hasil evaluasi latihan, terutama Bangchan yang belakangan ini ia minta untuk ikut latihan.

Sore ini sebelum kegiatan latihan berakhir, Arye menuju area berkuda. Ia ingin melihat langsung bagaimana Bangchan ketika berlatih. Ia belum pernah melihatnya sekalipun, hanya mendengar bahwa Bangchan adalah orang yang bisa memahami sesuatu dengan mudahnya.

Ditemani Ratha, Arye melihat dari kejauhan para putranya yang tengah berlatih. Yang menjadi perhatiannya sudah pasti Bangchan. Begitu tiba di sana, yang Arye lihat adalah Bangchan yang tengah menunggapi kudanya dengan kecepatan yang cukup. Hanya melihatnya saja, Bangchan seakan orang yang telah terbiasa melakukannya.

"Bukankah dia begitu hebat?"

"Ya, Tuan Bangchan memang hebat. Saya mendengar pelatih memujinya."

"Apa itu karena dia adalah putra pertamaku?"

Ratha tidak menjawab, ia memikirkan dulu kata seperti apa yang kiranya tepat. "Saya rasa begitu, Yang Mulia. Karena seorang raja adalah takdir. Tuan Bangchan adalah putra pertama Yang Mulia, dewa pasti memberi takdir lebih baik untuknya."

Arye mengangguk. Ia telah memahami, bahwa semua ini adalah kesalahannya. Semua hal rumit yang ia hadapi saat ini adalah hasil dari kesalahannya. Jadi ia harus menanggung semuanya sendiri. Arye menyadari jika ia adalah orang yang benar-benar bodoh karena tindakannya di masa lalu yang tidak memikirkan dampaknya di masa yang akan datang.

Tapi Arye tidak menyesali memiliki Bangchan, sama sekali tidak menyesali jika ia mencintai ibu pemuda itu. Anne adalah orang yang berarti baginya. Yang ia sesali adalah ia yang meninggalkannya begitu saja, ia yang tidak memiliki kuasa untuk dirinya sendiri. Arye yang terlalu pengecut.

Arye begitu menyayangkan pertemuannya dengan Anne adalah saat terakhirnya. Rasa itu masih ada dan tetap Arye pertahankan. Sudah begitu lama sejak terakhir pertemuan mereka, Anne masih terlihat begitu manis di usianya yang dewasa, walau saat mereka bertemu, keadaan Anne jauh dari kata baik.

Selain Anne, Martha yang mampu mengambil hatinya. Hanya dua orang itu yang benar-benar bisa mengambil hati Arye. Jika Arye diminta memilih antara mereka, Arye tidak akan mau melakukannya, karena ia tidak bisa, mana yang lebih ia pilih. Martha memang selalu ada untuknya, tapi hatinya untuk Anne tidak akan pernah berubah selama apapun mereka tidak bertemu, sejauh apapun jarak mereka. Arye menyimpan satu tempat khusus untuk wanita pertamanya.

Selesai latihan, Bangchan menghampiri Arye, tentu atas perintahnya, Ratha yang menyampaikan pesan bahwa Arye ingin Bangchan menemuinya.

Sampai saat ini, yang belum bisa Bangchan lakukan adalah menunduk hormat, seperti yang mereka lakukan pada Arye. Bangchan tahu bahwa semua orang melakukan itu saat bertemu Arye, tapi ia tidak melakukannya. Sekalipun diminta, ia tidak akan melakukannya, karena ia pikir itu tidak perlu. Tapi sampai saat ini pun tidak akan yang menyuruhnya melakukan itu, benar-benar tidak ada.

"Ada apa?" tanya Bangchan pada intinya. Ia bahkan tidak menjaga tutur katanya. Disaat semua orang berbicara sopan padanya, Bangchan berbicara seinginnya saja.

"Bagaimana latihannya?"

"Bagaimana aku harus menjawab?"

Arye tertawa pelan mendengarnya. Arye tahu, Bangchan tidak akan mudah memahami perkataan orang lain, apalagi untuk kalimat yang terkesan menggantung. Arye pikir itu karena Bangchan yang tidak pernah berinteraksi dengan banyak orang, hanya dengan ibunya.

ARTHEIRETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang