HAPPY BIRTHDAY STAY!!!!!!
00.00
August1, 23
***
Hyunjin masih terfokus pada lawan di depannya. Tangannya terus memainkan benda panjang nan tajam itu. Pergerakannya gesit untuk menghindari lawan.
Meski fokus dengan apa yang ia lakukan. Tapi nayatanya otak terus berpikir banyak hal. Hal-hal yang membuatnya tertekan dan sangat menyebalkan untuk dirasakan. Perasaan kesal Hyunjin membuatnya melampiaskannya pada pergerakkan tangan yang tengah memegang pedang.
Lawan di depan Hyunjin seketika terkejut melihat keganasan Hyunjin yang menyerang tanpa ampun. Memang itu baik, baik untuk mengalahkan lawan. Tapi jika seperti ini orang yang ada di depan Hyunjin bisa kalah juga.
Pelatih pedang Hyunjin itu membalas semua serangan yang Hyunjin berikan padanya. Ia langsung ambil pergerakkan lebih dari Hyunjin untuk menjatuhkan anak itu. Pelatih bergerak dengan cepat dan tangkas untuk menjatuhkan pedang Hyunjin.
Anak itu kalah. Pedang di tangannya tadi terlempar jauh dari tangannya. Bahkan sekarang ia yang ditawan sang pelatih, ujung belati itu ada di depan mata Hyunjin.
Napas Hyunjin tersengal. Ia langsung merebahkan dirinya ke bawah, tidak peduli lagi dengan pelatih dan tatapannya. Bahkan pedang yang tertuju padanya ia abaikan. Hyunjin cukup terkejut saat pedang miliknya jatuh. Jika saja itu bukan pelatih, melainkan musuh, sudah dipastikan Hyunjin tidak menghirup oksigen saat itu juga.
"Maafkan saya, Pangeran."
Hyunjin tidak menyauti. Masih berperang dengan jalan napasnya yang belum teratur. Keringatnya membasahi, membuat rambut panjangnya lepek.
"Pangeran tidak fokus. Bahkan saya mengira pangeran akan membunuh saya."
"Memang itu tujuanku!"
Pelatih tu hanya menggeleng. Tidak mungkin ada satupun putra raja yang akan membunuh orang lain selain di medan perang. Membunuh adalah pantangan untuk mereka lakukan, kecuali untuk menjalankan hukuman mati yang sudah ditentukan. Membunuh tanpa alasan akan membuat dampak besar untuk mereka.
Hyunjin seketika merasa pusing. Ia memijat pelipisnya dengan jari. Suara dalam dirinya tidak bisa ia kendalikan, membuatnya benar-benar pusing dan tertekan. Mereka hanya mengatakan Hyunjin tidak berguna, tidak bisa apapun, semua yang Hyunjin lakukan tidak gunanya sama sekali.
Arina menuntutnya terlalu keras. Ditambah perkataan Arina mengenai ketidak bergunaan Hyunjin tidak bisa mengenyahkan kalimat itu. Hyunjin pusing karena terus mengatakan itu dalam hatinya.
Selama ini Hyunjin sudah berusaha keras. Mengikuti latihan dengan sangat baik. bahkan setiap berlatih Hyunjin selalu mendapat pujian dari para pelatihnya. Hyunjin juga merasa ia lebih baik daripada yang lain, karena itulah faktanya. Tapi semua yang ia lakukan seperti sia-sia.
Hyunjin tidak bisa membuat ayah percaya padanya. Hyunjin membuat ibunya kecewa.
"Pangeran, apa pangeran baik-baik saja?"
"Pergi! Aku pusing dan ingin sendiri."
"Baiklah, Pangeran, latihan hari ini sampai di sini. Saya permisi."
Tersisa Hyunjin seorang diri. Ia merasa tidak bisa memahami dirinya sendiri. Rasanya terlalu menyebalkan sampai terasa frustasi. Ia tidak tahu harus apa dan bagaimana melampiaskannya. Bahkan setelah membuat Minho nyaris meregang nyawa waktu itu, ia sama sekali tidak merasa puas. Apa Hyunjin harus membuat Minho berhenti bernapas, barulah ia merasa puas dan semua rasa menyebalkan ini hilang?
"Sialan!" Hyunjin menarik rambutnya sebagai pelampiasan perasaannya.
Ia sendirian. Tidak ada yang mengerti dirinya. Tida ada seorang yang berpihak padanya. Lalu kepada siapa Hyunjin bersandar? Apa ia hanya bisa melakukannya pada dirinya sendiri?
KAMU SEDANG MEMBACA
ARTHEIRE
FanfictionEND Keadaan membuatnya tidak bisa melakukan apapun. Dia yang seharusnya bisa diandalkan, justru tidak bisa melakukan apapun. Lantas bagaimana kelanjutan Artheire? Arye tidak memiliki pilihan untuk menentukan kelanjutannya, seolah menyimpan permata i...