4

211 15 0
                                    

Kerajaan Atheire hari ini terlihat ramai. Semua orang terlihat sibuk berlalu-lalang dengan tugas masing-masing.

Mereka akan menyambut kehadiran tamu penting kerajaan siang ini. Semuanya mempersiapkan dengan baik untuk menyambutnya.

Martha, wanita berparas cantik itu menjadi salah satu orang yang sibuk. Ia memastikan setiap halnya dengan baik. Berjalan kesana kemari untuk memastikan. Melihat keadaan dapur istana, mengingatkan para koki untuk memasak dengan baik dan jangan sampai membuat kesalahan.

"Bisakah bunga ini dipindahkan ke sebelah sana? Di sini akan mengganggu."

"Baik, Yang Mulia."

Setiap perintah yang keluar dari bibirnya, tidak pernah ada nada perintah, yang ada hanyalah nada minta tolong yang lembut. Untuk itu tidak ada yang terbebani sedikikpun dengan perintah Martha. Walaupun Martha menjadi perfeksionis dan banyak meminta, tidak seorang pun keberatan. Martha memintanya dengan baik, tentu saja akan didengarkan dengan baik juga.

Martha memberi penghormatan pada sang raja yang tidak sengaja berpapasan dengannya. Yang Martha pikir rajanya hanya tidak sengaja lewat. Ia tidak tahu bahwa rajanya datang memang untuk menemuinya.

"Kenapa kau di sini, Yang Mulia Martha?"

"Aku sedang memastikan semuanya, Yang Mulia Raja."

"Dan mengabaikan putraku?"

"Aku tidak bermaksud seperti itu. Aku hanya ingin memastikan semuanya dengan baik. Putramu sedang tidur saat aku meninggalkannya."

Sang raja menghela napas. Ia tahu bagaimana sifat istrinya ini. "Baiklah, apa semua berjalan dengan baik?"

Martha tersenyum. "Aku akan memastikan semuanya."

"Kembalilah, temani putraku."

"Tapi sudah ada yang menjaganya di kamar."

"Aku ingin putraku dirawat ibunya sendiri, mengerti Martha?"

Martha menunduk dengan rasa bersalah. "Maafkan aku, Yang Mulia. Jika begitu, aku permisi."

"Datanglah saat semuanya selesai. Kau bisa memastikan semua selesai dengan baik saat semua ini sudah selesai."

Martha tersenyum mendengarnya. Ia berbalik untuk menatap suaminya. "Terima kasih, Yang Mulia. Aku akan menemani putramu dulu."

Ada senyum yang turut terlihat setelah ia melihat senyum istrinya. Senyum Martha selalu bisa membuatnya ikut tersenyum. Senyuman indah yang membuat orang tertular.

Martha menuju kamarnya. Tempat putranya ia tinggal tadi. Sebenarnya ada yang menjaga putranya, ia tidak mungkin meninggalkan bayi satu tahun itu sendirian. "Terima kasih sudah menjaganya."

"Saya permisi, Yang Mulia Martha."

Martha langsung menaiki kasurnya. Tempat putranya terlelap. Anak itu tidak memiliki kasur bayi, karena Martha tidak mau meletakkan putranya disana. Ia ingin dekat dengan putranya itu, karena itu mereka selalu tidur di kasur yang sama. Martha bahkan membuat pengaman di sisi kasurnya, agar anaknya tidak terjatuh.

"Masih ingin tidur, hm," Martha mengusak gemas hidung mungil putranya dengan hidungnya sendiri. Putranya itu sangat menggemaskan, ia menyayanginya.

Bayi satu tahun itu menggeliat dari tidurnya, tapi tidak terjaga. Martha terkekeh melihat hal menggemaskan itu. Ia menggigit pipi bulat merona itu dengan bibirnya. Mengusap lembut dagu bulat yang amat mungil.

Martha tidak bisa menahan dirinya untuk tidak gemas dengan bayi bulat itu. Meski bayi itu hanya tidur tanpa melakukan apapun, di matanya akan selalu menggemaskan. Martha tidak bisa menahan dirinya untuk tidak menyentuh bayinya sendiri.

ARTHEIRETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang