Rafleen mendapat tugas baru. Tugas yang dia berikan untuk dirinya sendiri, dengan kata lain, tidak ada yang memintanya melakukan itu.
Saat dirasa tugasnya sudah selesai, maka ia menemui rajanya dengan semua hasil yang ia bisa temukan.
"Ada apa, Rafleen?"
"Sebelumnya, saya meminta maaf karena yang akan saya bahas mengenai putra Yang Mulia."
"Apa itu?"
"Ini tentang Yang Mulia Minho."
"Ada apa?"
Sebelum mengatakan lebih lanjut, Rafleen diam beberapa saat. Sedikit berpikir tentang apa yang akan ia sampaikan. "Tentang Bangchan yang menjadi putra pertama Yang Mulia. Fakta itu benar adanya, meski tidak bisa dibenarkan. Maaf Yang Mulia, jika ucapan saya terlalu buruk, secara tidak langsung, Bangchan bukan putra yang diinginkan, karena kelahirannya tanpa ikatan."
Arye masih menyimak apa yang dikatakan Rafleen. Tidak tahu bahwa perasaan Rafleen menjadi tidak enak, atas ucapan yang terlampau berani itu.
"Yang Mulia, kehadiran Bangchan itu bukan takdir, tapi kesalahan. Sekali lagi, maafkan saya, karena memang itu kenyataan yang kita tahu. Bangchan menjadi putra pertama yang mengharuskannya menaiki tahta. Bangchan terlahir dengan tanda itu karena dia putra pertama."
Bangchan, memang terlahir sebagai putra pertama Arye, bahkan tanpa pernah Arye sadari sebelum ini. Tanda di tubuh Bangchan menjelaskan semuanya. Tanda itu juga yang menjadi tanggung jawab seorang Bangchan.
Tapi tanda yang Bangchan miliki tidaklah sempurna. Seharusnya tanda itu akan membentuk Luxfone yang sejatinya berwarna ungu. Tanda yang Bangchan miliki tidak memiliki warna apapun, hanya pola bunga saja. Yang membuat pola itu terbentuk sempurna adalah ritual Maxmareu yang dilakukan ketika kelahirannya.
Sementara Bangchan tidak mendapat ritual itu. Kelahirannya saja Arye tidak tahu. Padahal semua anak-anak raja wajib melakukan itu untuk keberlangsungan hidup mereka.
Tentang Bangchan yang dengan mudah melakukan sesuatu itu karena memang ia yang terlahir sebagai putra pertama Arye. Sama seperti Arye yang sejak kecil mudah dalam melakukan semua pembelajaran. Itu adalah yang seharusnya.
"Karena Bangchan adalah kesalahan. Yang Mulia Minho yang menanggungnya. Sebagai putra pertama dari pernikahan yang sah, Yang Mulia Minho secara tidak langsung berbagi kehidupan dengan Bangchan. Itu seperti Bangchan yang menarik semua hal yang ada pada Yang Mulia Minho."
"Ritual Maxmareu sebagai calon penerus yang Yang Minho lakukan seharusnya bukan menjadi miliknya. Ritual itu salah karena telah dilakukan pada Yang Mulia Minho. Yang Mulia Minho tidak seharusnya mendapatkan ritual itu, karena hal itu juga yang membuat Yang Mulia Minho seperti ini, Yang Mulia Raja. Yang Mulia Minho tidak seharusnya mendapat ritual sebagai calon penerus."
Itu hal yang sudah Rafleen cari tahu kebenarannya. Sejak pertama ia tahu Bangchan adalah putra Arye. Dalam otak Rafleen mulai mencari keterkaitan antara semua hal yang ada. Awalnya ia tidak mengerti sama sekali. Tapi ia telah membaca beberapa buku tentang keturunan raja, tentang ritual. Memang tidak ada satupun yang menjelaskan ke arah kasus yang menimpa rajanya. Tapi seperti itulah kesimpulan yang ia ambil.
Keadaan Minho yang tidak menentu, yang tidak bisa melakukan apapun, yang tidak seperti putra Arye lainnya. Itu semua karena Minho mendapat ritual yang seharusnya tidak ia dapatkan. Minho adalah putra pertama Arye, tapi di sisi lain ia bukan putra pertama Arye. Minho berbagi kehidupannya dengan Bangchan seumur hidupnya, sejak anak itu dilahirkan.
Penjelasan Rafleen membuat Arye terdiam. Setiap kata dan arti dari ucapan Rafleen, tabib sekaligus kepercayaannya itu benar-benar ia terima. Bagaimana perasaannya? Sama sekali tidak menentu. Yang paling jelas adalah rasa amat bersalah dan menyesal.

KAMU SEDANG MEMBACA
ARTHEIRE
FanfikceEND Keadaan membuatnya tidak bisa melakukan apapun. Dia yang seharusnya bisa diandalkan, justru tidak bisa melakukan apapun. Lantas bagaimana kelanjutan Artheire? Arye tidak memiliki pilihan untuk menentukan kelanjutannya, seolah menyimpan permata i...