JANGAN LUPA VOTE YA! MAKASIHHHH
...
Malam ini Arina meminta raja untuk menemaninya. Meskipun baru saja kembali dari perjalanan yang cukup jauh dan butuh istirahat, Arye tidak menolak permintaan itu. Padahal ia sangat ingin tidur di kamarnya sendiri, tanpa ada gangguan apapun.
"Tidurlah, apa kau tidak mengantuk?" Arye menunggu wanita itu tidur, tapi Arina tidak kunjung memejamkan matanya.
Arina meraih tangan suaminya untuk mengusap perutnya. "Sepertinya dia sedang gelisah."
"Apa itu mengganggumu?"
"Tidak sama sekali, hanya saja ia tidak mau diam dan terus bergerak. Mungkin merindukanmu. Aku hanya memikirkanmu sejak tadi, Yang Mulia."
"Baiklah, bisa kau istirahat sejenak, anak pintar?" Arye mengusapnya dengan lembut, berbicara pada calon anaknya agar mengerti. Karena Arye benar-benar lelah dan ingin tidur segera.
"Yang Mulia, sudahkah kau menyiapkan nama untuknya?"
"Tentu."
"Apa aku boleh tahu?"
"Kau akan mengetahuinya saat dia lahir."
"Apa nama itu untuk laki-laki?"
"Ya."
Arina terdiam. Sesuatu membuatnya berpikir. Bagaimana jika anaknya perempuan? Apa raja tidak akan menyukainya? Apa raja akan membencinya? Ia tidak pernah bertanya tentang bagaimana jika mereka mendapat anak perempuan. Namun Arina hanya ingin mendapatkan seorang putra, ia tidak menginginkan seorang putri.
Anak yang akan terlahir ini harus laki-laki, itu yang ada dalam benak Arina. Ia tidak ingin jika anaknya perempuan. Apalagi ia membayangkan Arye tidak akan menerima anaknya jika dia adalah perempuan. Arina merasa gelisah, berharap bayinya laki-laki. Ia berjanji akan sangat menyayangi dan menjaganya jika bayinya laki-laki, ia akan mencintainya dengan sepenuh hati dan segenap jiwa raganya. Dan dia tidak akan kecewa setelah semua yang ia rasakan, setelah ia memperjuangkannya ke dunia ini nanti, jika ia mendapat seorang putra.
"Pejamkan matamu dan tidurlah, ini sudah larut."
"Baiklah," Arina mulai memejamkan matanya.
Pada akhirnya Arye terlelap. Tidak lagi memastikan apa Arina sudah tidur atau belum, karena raja itu terlelap tanpa sadar. Rasa lelah membuatnya terlelap begitu saja.
Tidak tahu berapa lama ia terlelap, tapi ia Arye kembali terbangun saat tidurnya terusik. Arina yag membangunkannya, karena hanya ada Arina di kamar itu. Tidak ada juga yang berani mengganggu Arye saat tengah terlelap, termasuk Arina. Tapi wanita itu tidak bisa untuk tidak membangunkan raja.
"Ada apa?"
"Perutku sakit sekali, tolong aku," dengan wajah yang sudah memucat diiringi bulir keringat, Arina berujar lirih menahan gejolak pada perut besarnya.
Arye langsung bergerak keluar dari kamar. "Panggilkan Rafleen sekarang!"
"Baik, Yang Mulia," satu diantara pengawal itu berlari untuk melaksanakan perintah pemimpin kerajaan itu.
"Apa yang terjadi?"
"Aku tidak tahu, tiba-tiba saja rasanya sakit sekali. Aku tidak bisa menahannya, tolong aku, Yang Mulia."
"Sabar sebentar, tabib akan segera tiba."
Arina menangis karena rasa sakitnya begitu menyiksa.
Rafleen datang untuk memeriksa keadaan Arina. "Maaf Yang Mulia, bayinya akan segera lahir."
![](https://img.wattpad.com/cover/331584338-288-k331533.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ARTHEIRE
FanfictionEND Keadaan membuatnya tidak bisa melakukan apapun. Dia yang seharusnya bisa diandalkan, justru tidak bisa melakukan apapun. Lantas bagaimana kelanjutan Artheire? Arye tidak memiliki pilihan untuk menentukan kelanjutannya, seolah menyimpan permata i...