13

95 11 4
                                    

Rafleen sendirian untuk menangani Minho. Namun ada rekannya yang membantu, karena ia tidak bisa melakukan semuanya sendiri.

Semua yang ada disana terkejut saat tubuh Minho tiba-tiba saja kejang. Rafleen yang melihatnya ikut panik, tapi ia tetap berusaha tenang dan menangani Minho semampunya. Rajanya sudah mempercayai Minho padanya bahkan sejak anak itu belum lahir.

Perlahan tubuh Minho kembali tenang, dengan darah yang mulai mengalir dari hidungnya. Tubuh Minho terasa dingin dan wajahnya yang pucat sejak tadi kian memucat.

"Minho, tolong jangan seperti ini, Sayang. Ibu disini," Arina sudah berderai air mata, ia memegangi tangan putranya yang dingin. Anak itu benar-benar tidak baik. Menatap wajahnya membuat perasaan Arina tak karuan, ia ketakutan.

Rafleen menyeka darah yang keluar dengan sebuah kain hangat. Meminta air pada rekannya untuk meminumkannya pada Minho yang masih tak sadar.

Putra pertama Arye sejak kecil sudah sering sekali jatuh sakit, bahkan sejak saat ia belum lahir. Arina tidak bisa melakukan apapun saat mengandungnya. Setiap hal kecil yang dilakukan, kesehatannya akan langsung menurun. Membuat Arina harus bed rest dari awal kehamilannya sampai Minho terlahir.

Minho sudah bergantung pada Rafleen seumur hidupnya. Arye yang meminta Rafleen bertanggung jawab pada putra pertamanya, karena Rafleen yang lebih tahu banyak hal tentang anak itu.

Sial, Rafleen semakin panik ketika Minho menjadi tenang. Begitu tenang, bahkan denyut nadinya ikut tenang. Tangan Rafleen mendingin, ia sudah melakukan apa yang menurutnya akan membantu Minho, tapi tidak ada reaksi apapun pada tubuh anak itu.

Pintu kamar terbuka, dengan langkah tergesa Arye memasuki ruagan. Menyerahkan Luxfone pada Rafleen untuk segera membuat obat.

Bunga berwarna ungu itu memang hanya bisa diambil oleh raja dan pemimpin selanjutnya. Tapi bunga itu bisa dipegang jika raja mengkehendaki bunga itu untuk dipegang orang lain. Seperti saat ini, raja mengizinkan Rafleen memegangnya, tabib itu harus membuat obat dari bunga itu untuk putranya.

"Yang Mulia, bantulah dengan meminta pada Dewa untuk kesalamatan Yang Mulia Minho."

Arye sudah tahu, itu memang hal yang harus ia lakukan untuk putranya. Tangan dingin itu Arye bawa untuk memegang kalung yang melingkar pada leher Minho, ia ikut menggenggamnya. Sementara satu tangannya yang lain ia letakkan di kening putranya yang juga mendingin. Arye memejamkan matanya, berfokus untuk meminta pada Dewa atas keselamatan putranya. Cara berdoa yang selalu Arye lakukan untuk meminta pada Dewa dan memberkati putranya.

"Atas nama Dewa yang telah memberikan kehidupan untuk putraku. Kumohon, lindungi dia selalu, beri dia kesehatan selalu. Tolong jangan biarkan hal buruk terjadi padanya. Kumohon dengan hati yang merendah padamu, berikan kesembuhan untuknya. Jangan biarkan dia terus merasakan ini, dia berhak sehat dan menjalani hidupnya seperti yang lain. Aku memohon padamu."

Obat dari Luxfone yang Rafleen buat segera ia minumkan pada Minho. Rafleen juga berdoa untuk kebaikan Minho.

Arye menggenggam tangan putranya dengan erat, ia sudah menggantikan posisi Arina sejak kedatangannya tadi. "Bangunlah, ayah tahu kau anak yang kuat. Kau bahkan sudah bertahan sejauh ini."

Arye bisa merasakan saat tangan dingin itu mulai terasa hangat. Bahkan keningnya muncul bulir keringat.

Rafleen kembali memeriksa denyutnya. Ada perasaan lega setelah merasakan denyut nadinya yang kembali normal. Rafleen bisa merasakannya, tidak seperti tadi yang nyaris tidak terdeteksi. Menyeka keringat yang muncul. Anak itu mulai membaik, meski wajahnya masih terlihat pucat.

Putra pertama Arye terlihat sangat tenang dalam tidurnya. Tapi tenangnya membuat semua orang di sekitarnya cemas.

"Bagaimana?"

ARTHEIRETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang