Sejak Jeongin menghampiri Hyunjin malam itu, keduanya semakin dekat. Jeongin tidak pernah menjaga jarak dengan Hyunjin. Tidak pernah Arina memaharahinya karena dekat dengan Hyunjin. Mereka hanya dekat saat latihan, di luar itu tidak. Karena Jeongin memilih untuk main dengan kakak-kakaknya, Hyunjin sendiri entah apa yang dilakukan di luar jam latihan.
"Terima kasih, Kak," Jeongin membungkuk hormat pada Hyunjin. Mereka baru saja selesai latihan, selama latihan, pemuda tinggi itu selalu membantu Jeongin. Dan Jeongin senang atas apa yang dilakukan Hyunjin.
"Tentu," Hyunjin mengusap lembut kepala bersurai lembut milik Jeongin.
"Kalau begitu, aku pergi dulu ya, Kak. Sampai jumpa makan malam nanti!!"
Hyunjin mengangguk pelan. Membiarkan Jeongin yang sudah berlari pergi. Entah kenapa anak itu sampai berlari.
Jeongin sendiri berlari untuk menyusul kakak-kakaknya yang sudah pergi lebih dulu.
"Kak Changbin!"
Changbin yang tengah berjalan dengan Seungmin menoleh dengan langkah yang sudah terhenti. Menunggu sampai Jeongin datang pada mereka.
"Ada apa?"
"Tidak ada," Jeongin terkekeh. Membuatnya mendapat usapan di kepalanya dari Changbin. Ia dirangkul oleh Changbin dan kembali berjalan.
Posisi Jeongin berada di antara Changbin dan Seungmin, masih dirangkul oleh Changbin di sisi kanan. Karena Seungmin ada di sebelah kiri, Jeongin mencuri pandang pada kakaknya itu.
Seungmin berjalan dengan wajah lurus ke depan, tidak ada eskpresi apapun yang tercipta disana. Yang menjadi perhatian Jeongin adalah hidung tinggi kakaknya itu. Hidung Seungmin menjadi poin penting juga, apalagi dilihat dari sisi samping seperti ini.
"Ada apa?" tanpa melihat pada Jeongin, Seungmin tahu anak itu sedang memerhatikannya.
"Oh, tidak ada," Jeongin kembali meluruskan pandangannya.
"Aku akan meminta ibu menemaniku tidur, menurut kakak bagaimana?" tanya Jeongin pada Changbin.
"Ya tidak apa."
"Aku mengganggu ibu tidak ya? Aku takut mengatakannya, takut ibu terganggu."
"Ibu tidak akan terganggung. Tanya saja dulu, ibu bisa atau tidak."
"Ibu tidak akan mengatakan tidak jika kau yang meminta," kali ini Seungmin yang menjawab.
Jeongin diam. Ia tidak tahu maksud Seungmin apa.
"Jangan salah sangka, maksudku, ibu tidak akan pernah menolak jika ada anak-anaknya yang meminta padanya. Tapi aku pikir, kau tidak usah meminta ibu. Ayah lebih membutuhkan ibu sekarang ini."
Jeongin mengiyakan dalam diam.
"Kalau begitu, boleh aku tidur di kamar kakak?" pertanyaan ini tertuju pada Changbin.
"Em, bagaimana jika di kamar Seungmin? Kau tidak keberatan kan, Seungmin?"
"Apa kau tidak bisa tidur sendirian? Kau sudah besar, haruskah mencari teman untuk menemanimu tidur?"
Perkataan Seungmin yang seperti itu membuat Changbin merasa bersalah pada Jeongin. Anak itu pasti tersinggung atas ucapan Seungmin. Padahal maksud Changbin baik, ingin menemukan mereka berdua, membantu Jeongin yang melakukan pendekatan pada Seungmin.
"Aku bisa," Jeongin melepas tangan Changbin dari bahunya, ia berlari meninggalkan kedua kakaknya. Tersinggung atas ucapan Seungmin.
"Jika kau menolaknya, setidaknya jangan menyakiti hatinya, Seungmin."

KAMU SEDANG MEMBACA
ARTHEIRE
FanfictionEND Keadaan membuatnya tidak bisa melakukan apapun. Dia yang seharusnya bisa diandalkan, justru tidak bisa melakukan apapun. Lantas bagaimana kelanjutan Artheire? Arye tidak memiliki pilihan untuk menentukan kelanjutannya, seolah menyimpan permata i...