Winaa memberi hormat saat melihat Martha datang menghampirinya. "Ada apa, Yang Mulia?"
"Tidak ada. Aku hanya bosan."
Winaa tertawa mendengarnya. "Karena para pangeran pergi, Yang Mulia kehilangan mainan ya?"
"Kau ini. Mereka bukan mainan."
Winaa kembali tertawa. Mereka sudah jarang sekali memiliki waktu senggang untuk berbicara ringan atau menghabiskan watku bersama. Mereka sudah memiliki tanggung jawab dan urusan masing-masing.
"Dimana putrimu?"
"Mereka sedang di luar."
"Apa kau sibuk?"
"Tidak begitu. Butuh sesuatu, Yang Mulia?"
"Aku hanya butuh teman mengobrol. Sepertinya sudah lama sekali kita tidak memiliki waktu bersama ya? Tidak seperti dulu."
Winaa menyetujui. Mereka sudah sangat dekat sejak Martha mengandung putra pertamanya, karena Winaa yang membantu dan merawat Martha. Mereka lebih dekat setelahnya, tentu di luar kewajiban Winaa. Martha yang tidak memiliki teman, menjadikan Winaa sebagai temannya disaat ia sedang bosan dan butuh teman.
Winaa istri dari Rafleen. Hubungan mereka itu tercipta atas ikut campur Martha. Awalnya Martha hanya suka menggoda mereka karena mereka sama-sama bertugas di istana dengan profesi hampir sama, dalam bidang kesehatan.
Rafleen dan Winaa bahkan memulainya karena Martha. Hingga akhirnya mereka menikah dan memiliki anak. Berbeda dengan Martha yang semua anaknya laki-laki, semua anak Winaa adalah perempuan.
"Aku akan pergi ke dapur, Yang Mulia."
"Aku ikut."
"Silakan."
Mereka bersama menuju dapur yang ada di istana. Dapur yang mereka tuju bukan dapur yang biasa digunakan untuk koki memasak makanan untuk keluarga raja. Karena dapur untuk anggota raja terpisah dan itu hanya orang tertentu yang bisa masuk ke sana. Sementara dapur lainnya bisa bebas digunakan oleh orang-orang yang tinggal di istana, selain keluarga raja.
"Apa yang kau ingin lakukan?"
"Yuna memintaku membuatkannya kue."
"Kue?"
"Iya."
"Aku ingin belajar juga. Aku akan membuat kue untuk pangeran, mereka pasti suka."
"Boleh, saya akan membantu Yang Mulia."
"Ibu!" seorang masuk ke dapur, menyapa Winaa dengan nada riang.
"Sudah mendapatkannya?"
"Aku membawanya banyak. Eh," gadis itu segera memberi hormat saat menyadari ada Martha disana. Tadi ia tidak melihatnya. "Selamat siang, Yang Mulia Martha."
"Siang cantik," Martha tersenyum melihat senyum gadis itu. Semua putri Winaa cantik, Martha saja suka melihatnya. Sayang sekali ia tidak memiliki seorang putri, semua anaknya laki-laki. Martha tidak tahu bagaimana rasanya memiliki seorang putri, ia pikir rasanya akan menyenangkan.
Martha ingin bisa memilih baju bersama, memilihkan baju untuk putrinya. Ah, tapi ia memilihkan baju untuk putranya setiap saat. Ingin ada yang berkomentar tentang pakaian yang Martha pilih dan mengatakan tentang pantas atau tidak, tapi ia juga mendapatkan itu dari putranya. Jeongin adalah anak yang akan memberi tanggapan saat Martha bertanya tentang pakaian. Jika itu bagus, Jeongin akan mengatakan bagus. Jika kurang, Jeongin akan mengatakan sejujurnya. Meski paling muda, Jeongin sering membantu Martha, Jeongin juga pandai memilihkan apa yang cocok untuk Martha.

KAMU SEDANG MEMBACA
ARTHEIRE
FanfictionEND Keadaan membuatnya tidak bisa melakukan apapun. Dia yang seharusnya bisa diandalkan, justru tidak bisa melakukan apapun. Lantas bagaimana kelanjutan Artheire? Arye tidak memiliki pilihan untuk menentukan kelanjutannya, seolah menyimpan permata i...