2

429 15 0
                                    

Jangan lupa vote-nya, Thx.

***


"Selamat pagi, Yang Mulia Raja, Yang Mulia Ratu pagi ini tidak bisa ikut sarapan bersama, karena keadannya yang tidak memungkinan.

"Baiklah."

Arye, sang pemimpin zaman ini pun duduk dengan tenang di ruang makan utama di kerajaannya. Ada banyak bangku yang tersedia dia, namun ia hanya duduk sendirian. Biasanya ada sang istri yang menemani. Namun Arye tahu keadaan istrinya saat ini, jadi ia tidak mempermasalahkan saat wanita itu tidak menemaninya.

Semua pelayan di sana menyiapkan makan pagi yang akan disantap raja mereka. Melakukannya dengan hati-hati agar tidak ada sesuatu yang terjadi atau melakukan kesalahan apapun. Yang mereka hadapi ini pemimpin besar, tidak boleh ada kesalahan sedikitpun.

Setelah semuanya siap, Arye mulai menyantap makan paginya dalam diam. Di ruang makan itu ada lebih dari satu orang, ada beberapa pengawal yang berjaga di setiap sudutnya, ada pelayan yang menyiapkan apapun disana, menunggu sang raja menyantap makan paginya.

Beberapa menit Arye duduk dalam diam di tempatnya, makanan sudah ia habiskan. Barulah ia beranjak meninggalkan ruangan itu. Beberapa orang yang dilalui menunduk memberi hormat.

Seorang pengawal menghampiri Arye, melakukan hormat dengan membukukkan tubuhnya pada sang raja sebelum berbicara.

"Ada apa?"

"Maaf, Yang Mulia Raja. Jika Yang Mulia berkenan, Yang Mulia Ratu ingin ditemui di kamarnya saat ini."

"Aku tidak bisa."

"Baik, Yang Mulia."

Menghela napas saat melihat pengawal itu kembali membungkuk sebelum pergi. "Katakan padanya untuk menunggu sampai aku bisa datang."

"Baik, Yang Mulia."

Bukannya tidak ingin, Arye sudah memiliki janji pagi ini. Ia tidak akan membatalkan janjinya apapun yang terjadi. Janji harus ditepati, begitulah salah satu prinsip tegas Arye. Ia seorang raja, ucapannya harus bisa dipegang.

Yang Arye lakukan adalah menemui Rafleen, ia harus membicarakan beberapa hal penting pada tabib kepala di kerajaan. Bisa dikatakan tentang masa depan atau demi keselamatan dan hidup seseorang.

Rafleen menyambut dnegan hormat saat Raja memasuki tempatnya. Di istana Rafleen memiliki satu ruangan yang khusus untuknya, karena ia kepala tabib yang sudah menjadi kepercayaan kerajaan. Mengabdi dengan kerajaan adalah kewajibannya.

"Berapa hari lagi?"

"Maaf sebelumnya, Yang Mulia. Menurut perkiraan tanggalan, itu akan terjadi sekitar kurang dari dua bulan lagi."

"Apakah keadannya baik?"

"Seperti yang sama-sama kita tahu, Yang Mulia. Keadannya belum meningkat sampai saat ini."

Sang raja menghela napas. Ia tidak pernah mendengar kabar baik beberapa bulan ini, selain satu kabar baik sebagai pembuka, sisanya adalah kabar kurang menyenangkan yang ia dapati.

"Kau kutunjuk sebagai tabib pribadinya, karena kau yang mengetahui keadaannya sejak awal."

"Baik, Yang Mulia. Saya akan melakukan yang terbaik untuknya."

"Bisa kau pastikan agar ia menjadi lebih baik tanpa ada hal-hal sial yang menyertainya?"

"Saya akan berusaha, Yang Mulia."

"Aku butuh kepastianmu!" Arye menekankan setiap katanya.

"Maaf, Yang Mulia. Saya tidak bisa memastikannya, karena kita tidak benar-benar tahu bagaimana keadaannya."

"Jika kau tidak bisa, maka bunuh saja dia."

Rafleen menjadi gugup mendengarnya. Raja sedang mengancamnya, karena tidak mungkin ia melakukan itu. Membunuh? Dan yang ia bunuh adalah pihak inti kerajaan? Tidak bisa. Lagian tugasnya membantu merawat orang yang sedang sakit agar lebih baik, membunuh sangat bertolak belakang dengan latarnya.

"Kau mengerti?!"

"Saya akan melakukan yang terbaik, Yang Mulia."

"Lalu, bagaimana dengan ritual Maxmareu?"

"Seperti yang kita tahu, ritual itu dilakukan di hari itu juga. Saya akan menyiapkan ruangan khusus untuk Yang Mulia melakukannya, saya akan menyiapkan semua yang diperlukan. Saat hari itu datang, Yang Mulia hanya perlu melakukan semuanya. "

"Semua hal?"

"Iya Yang Mulia, semua halnya."

"Baiklah, berarti tidak ada yang perlu aku lakukan bukan?"

"Luxfone, Yang Mulai harus mengambil bunga itu sebelumnya. Karena bunga itu milik kerajaan, bunga kelahiran yang akan sangat membantu banyak hal. Bunga itu juga akan menyelamatkan, menghindari dari kemungkinan buruk."

"Ya, aku tahu."

"Itu saja, Yang Mulia."

"Baiklah."

Setelah urusannya selesai, Arye meninggalkan Rafleen di tempatnya.

Masih ada waktu luang sebelum ia melakukan tugasnya sebagai pemimpin. Jadi ia akan menggunakan sedikit waktunya, daripada terbuang begitu saja.

"Bagaimana keadaanmu?"

"Maafkan aku, Yang Mulia, sudah merepotkanmu. Aku baik, tapi keadaanku tidak memungkinkan untuk beranjak dari tempat ini."

"Hm."

Mendengar ucapan singkat Arye, membuat Arina berkecil hati, juga merasa sungkan terhadap rajanya.

"Apa yang kau inginkan?"

"Apakah Yang Mulia sedang sibuk?"

"Kau tahu itu dengan baik, Yang Mulia Ratu."

"Ah, maafkan aku."

"Kau belum menjawabku."

"Aku hanya ingin Yang Mulia menemaniku."

"Aku tidak bisa."

"Aku tahu, maaf."

Ada helaan napas yang terdengar dari lelaki berwibawa itu. "Aku akan datang jika ada kesempatan. Sekarang aku permisi, jaga dirimu baik-baik."

"Terima kasih, Yang Mulia."


TBC.

Jangan lupa VOTE ya!!!! Thx!!!

ARTHEIRETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang