47

48 4 0
                                    

Arye meminta Arina untuk menemuinya. Tapi sejak kedatangan Arina beberapa waktu yang lalu, hanya keributan yang terjadi. Arina tetap menekan Arye tentang pemimpin berikutnya. Dari sini Arye baru menyadari, Arina saja selalu menekannya, apalagi pada Hyunjin, pasti Arina selalu melakukannya.

Arye merasa bodoh karena telat menyadari bahwa Arina menekannya selama ini. Arye disadari oleh keluhan yang Hyunjin katakan saat itu. Jika pada rajanya saja Arina bisa seperti itu, pada putranya pasti bisa melakukan lebih.

"Arina, aku butuh sedikit waktu lagi."

"Kau sudah terlalu lama bermain-main."

"Mengertilah, Arina. Aku tidak pernah bermain-main. Semua ini bukan hal mudah untukku."

"Kau yang membuatnya sulit. Kau tidak akan kesulitan jika kau mengikuti aturan yang ada."

"Aku kesini hanya ingin meminta padamu, untuk tidak lagi menekan putraku. Aku tidak ingin mencari ribut denganmu saat ini."

"Semua yang aku lakukan itu karenamu, Arye!"

"Bukan salahku. Itu karena ambisimu sendiri. Arina, apa saja yang sudah kau lakukan pada putraku? Sejauh apa kau menekannya?"

"Itu bukan urusanmu!"

"Itu jelas menjadi urusanku, Arina. Hyunjin putraku, aku memiliki hak atasnya."

"Aku yang mengandung dan melahirkannya. Hak Hyunjin lebih besar padaku."

"Cukup, Arina. Apapun alasanmu, aku tidak mengizinkanmu menyakiti putraku. Biarkan Hyunjin melakukan apa yang ia perlu lakukan. Jangan pernah memaksa, apalagi sampai menekannya. Kau bisa meninggalkan ruangan ini sekarang."

"Aku tidak pernah bermain dengan ucapanku, Arye. Aku akan menjadi orang pertama yang menentangmu jika anak itu yang kau tunjuk untuk menaiki tahta."

Arye tidak membalasnya. Jika terus dilakukan, perdebatan mereka tidak akan pernah berhenti.

Sekilas, mungkin Arye tampak tidak terlalu peduli pada putranya. Tapi Arye memiliki cara lain untuk peduli pada mereka. Dari yang terlihat, mungkin Arye hanya menyayangi Jeongin, selaku bungsu. Tapi kenyataannya tidak. Semua putranya sama. Arye tidak akan membiarkan ada satupun anaknya yang tersakiti, apapun alasannya.

Arye memang tidak percaya jika Hyunjin harus menaiki tahta. Tapi bukan berarti Arye tidak menyayanginya, tidak peduli pada putra pertama atau kedua. Arye menyayangi semuanya sama rata, tidak ada yang dilebihkan. Hanya saja, pada Jeongin Arye tidak akan ragu memperlihatkan rasa sayangnya.

***

"Mau menemui putra mahkota lagi, Yeji?" Ryujin menghalangi jalan kakaknya, yang berjalan dengan keranjang kucing di tangannya.

"Iya."

"Kau sepertinya menikmati waktumu dengan putra mahkota, apa aku benar?"

"Aku hanya melakukan apa yang diperintahkan, Ryujin."

"Benarkah? Tapi aku melihat kau senang bisa bersama putra mahkota."

"Ryujin, berhenti berucap tidak masuk akal seperti itu."

"Apa? Aku hanya mengatakan apa yang aku pikirkan."

"Berhenti berpikir yang tidak-tidak. Jika kau mau membawa Kiki dan Bibi kepada putra mahkota, kau bisa melakukannya. Silakan," Yeji menyerahkan keranjang kucing di tangannya pada Ryujin.

Gadis yang lebih muda dari Yeji itu tertawa. Ia hanya ingin menggoda kakaknya saja. Salah satu hobinya adalah menggoda para saudaranya, entah itu adiknya atau kakaknya. Ryujin tidak akan mau berurusan dengan para putra raja, itu akan sangat merepotkan. Eh, darimana pikiran Ryujin yang seperti itu? Memang dia pernah berurusan dengan putra raja? Entahlah.

ARTHEIRETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang