"Ibu, aku pergi ya."
"Hari ini, sebaiknya di rumah saja."
"Ada apa? Apa ibu tidak mengizinkanku pergi?"
"Ibu ingin ditemanimu, jadi tidak usah pergi."
Mendengar itu membuatnya tersenyum. "Nanti aku kembali dan akan menemani ibu, jadi sekarang biarkan aku pergi ya, Bu. Jika tidak pergi, nanti siang dan saat malam kita akan kelaparan. Sekarang masih siang, ibu tidak rela kan jika aku keluar saat malam? Aku juga tidak ingin membuat ibu kelaparan."
"Baiklah, ibu akan ikut dan menemanimu."
"Tidak, ibu hanya perlu menunggu di rumah. Aku berjanji tidak akan lama."
"Baiklah," meski berat ia tetap membiarkan anaknya untuk pergi, seperti hari biasanya. Lagian sudah sering anak itu pergi, dia akan kembali setelah urusannya di luar sana selesai.
"Auk pergi ya, Bu."
"Hati-hati, jangan terlalu lama."
"Siap ibu yang cantik. Aku tidak akan lama. Tunggu aku pulang ya, Bu."
"Ibu akan selalu menunggumu."
****
"Pangeran, apa yang sedang Pangeran lakukan?"
"Tidak ada."
"Maaf, aku permisi."
"Kenapa pergi?"
"Tidak apa, aku hanya harus segera pergi."
"Tidak bisakah kau tetap di sini?"
"Kenapa, Pangeran?"
"Tidak ada, siapa tahu kau tidak memiliki pekerjaan dan memilih tetap disini."
"Apa Pangeran butuh teman?"
Tidak ada jawaban, sang pangeran memilih diam.
"Baiklah, aku akan menemani."
Ryujin tidak tahu apa yang dilakukan salah satu putra raja itu. Gadis itu tengah coba menanam bunga dengan bibit yang ia miliki. Hanya ingin memiliki bunganya sendiri, merawatnya dengan tangan sendiri sampai tumbuh menjadi bunga yang cantik.
Begitu selesai dengan kegiatannya, ia baru menyadari salah satu putra rajanya ada disana. Ryujin melihatnya yang sedang menatap padanya. Ryujin tidak mengerti apa yang membuat pangeran itu diam disana. Karena itu Ryujin berinisiatif menyapa, sebenarnya terpaksa menyapa, karena jalannya pergi melewati pangeran itu. Tidak mungkin jika Ryujin tidak menyapa, bisa dibilang sombong dan tidak sopan.
Tapi yang Ryujin dapatkan adalah balasan lain. Ryujin mengira ia akan membalas singkat saja, anak raja itu malah bertanya. Bahkan membuat Ryujin tidak pergi, memilih tetap disana bersama pangeran itu.
Ryujin tidak tahu kenapa, rasanya tidak enak hati jika meninggalkann pangeran itu. Akhirnya ia putuskan untuk menetap. Meski rasanya begitu canggung.
"Apa yang ingin Pangeran lakukan?"
"Aku juga tidak tahu. Omong-omong, apa yang tadi kau lakukan?"
"Aku hanya coba menanam bunga."
"Untuk apa?"
"Tidak ada. Aku hanya ingin mencobanya. Itu akan menjadi bunga milikku, aku akan merawatnya sampai dia tumbuh dengan cantik."
Entah dimana lucunya, tapi pangeran itu malah tertawa. "Bukankah yang orang lain lakukan adalah memiliki hewan peliharaan dan merawatnya? Kenapa kau malah melakukannya pada bunga, itu tidak hidup."
KAMU SEDANG MEMBACA
ARTHEIRE
Fiksi PenggemarEND Keadaan membuatnya tidak bisa melakukan apapun. Dia yang seharusnya bisa diandalkan, justru tidak bisa melakukan apapun. Lantas bagaimana kelanjutan Artheire? Arye tidak memiliki pilihan untuk menentukan kelanjutannya, seolah menyimpan permata i...