WEEHHHH, STREAMING MV ADIK IPARKU YAAAAAAAA.
SO PROUD OF HER.
Gila abang adek kerennya di luar nalar, masya Allah.
***
Hari sudah menjelang subuh, tapi yang ia tunggu belum juga datang. Padahal Arye sering melakukan itu dan tidak akan kembali selama ini. Tangannya tertaut sejak tadi, menunggu para putranya tiba. Martha bahkan menunggu di depan. Ia sendirian, tidak ada yang menemaninya, karena ini sudah waktunya orang-orang beristirahat. Tidak benar-benar sendiri, karena ada para pengawal yang berjaga di malam hari.
Akhirnya penantian Martha sejak tadi membuahkan hasil. Ia bisa mendengar suara tapak kuda yang berjalan cukup kencang. Itu pasti para pangeran, karena tidak ada siapapun yang pergi keluar selain kepergian para pangeran.
Senyum Martha mengembang. Menunggu sampai gerbang besar itu terbuka untuk masuknya para pangeran. Suara tapak kuda juga berhenti, membuat Martha semakin gelisah menanti putranya yang sudah ada di depan sana.
Ketika gerbang besar itu terbuka, senyum Marhta mengembang. Para pangeran tampan yang ia tunggu akhirnya terlihat. Meski wajah lelah yang ia lihat, itu sama sekali tidak masalah. Yang terpenting adalah mereka semua kembali dengan selamat.
Putranya banyak, Martha tidak bisa jika harus memilih siapa dulu yang akan ia peluk. Jadi ia membuka tangannya lebar, "kemari, peluk ibu, ibu rindu sekali."
Mereka datang menghampiri Martha. Memeluk Martha bersamaan. Senang sekali rasanya bisa disambut seperti ini setelah perjalanan yang melelahkan.
"Ibu senang sekali melihat kalian lagi, rasanya sangat rindu," Martha mencium kening putranya satu persatu sampai pelukan itu dilepas.
"Aku juga rindu, Ibu," Jeongin yang pertama kali bersuara. Dengan wajah manis dan menggemaskannya, menurut penglihatan Martha. Karena bagi Martha Jeongin tetap seperti itu, sedewasa apapun bayi kecilnya.
"Ibu tidak akan bertanya-tanya. Kalian pasti lelah, jadi kembali ke kamar ya. Beristirahatlah. Besok ibu akan memberikan hadiah."
"Selamat malam, Ibu," satu persatu diucapkan oleh para pangeran sebelum pergi. Martha membalasnya dengan lembut, dan pelukan singkat.
Di belakang Martha mendapatkan Rafleen yang membawa tubuh Minho di lengannya. Membuat wanita itu mendekkat dengan khawatir. "Apa yang terjadi dengan Yang Mulia Minho?"
"Sejak perjalanan pulang tadi Yang Mulia Minho tertidur."
"Sesuatu terjadi padanya?"
"Tidak. Sepertinya hanya karena lelah."
"Kondisinya?"
"Sedikit menurun, tapi tidak terlalu parah."
"Bawa Yang Mulia Minho ke kamarnya."
"Baik Yang Mulia."
Martha mengikuti Rafleen ke kamar Minho. Ia masih memastikan putra mahkota baik-baik saja. Tampa menyadari ada satu orang lagi yang tersisa, hanya memandang dalam diam saat semua orang pergi. Bahkan tidak ada yang melihat ke arahnya. Meski sudah terbiasa, rasanya selalu menyebalkan.
Setelah memeriksa Minho dan memberinya ramuan untuk mengembalikan tenaga tubuh, Rafleen meninggalkan kamar putra mahkota. Ada Martha yang masih setia disana untuk menemani.
Martha mengompres Minho yang suhu tubuhnya sedikit meningkat. Mencegah suhunya lebih tinggi, meski Rafleen sudah memberikan ramuan khusus untuknya.
Martha merawatnya dengan baik. Mengganti kompresnya beberapa kali. Ia bahkan melupakan bahwa ia belum tidur sama sekali karena menunggu kepulangan para putranya.

KAMU SEDANG MEMBACA
ARTHEIRE
Fiksi PenggemarEND Keadaan membuatnya tidak bisa melakukan apapun. Dia yang seharusnya bisa diandalkan, justru tidak bisa melakukan apapun. Lantas bagaimana kelanjutan Artheire? Arye tidak memiliki pilihan untuk menentukan kelanjutannya, seolah menyimpan permata i...