Bel istirahat pertama berbunyi. Tanpa perlu diberi aba-aba, semua siswa melompat keluar kelas menuju ke kantin. Mereka mengerumuni stan-stan kantin, membeli jajanan jajanan yang disukainya.
Abel menghirup sebanyak mungkin udara segar setelah berhasil meloloskan diri dari apitan dua siswa lelaki bertubuh besar. Dalam genggamannya, ada sebuah bungkusan cokelat berisi nasi goreng. Abel memilih duduk di pojok kantin yang telah di jaga oleh teman-temannya.
Baru saja menyuapkan satu sendok kedalam mulutnya, seorang siswa berhenti di depannya membawa setumpuk kartu berwarna merah.
"Dari tadi di panggil nggak boleh. Nggak mau ikut ujian besok kah?"
Irvan mengatur napasnya yang masih ngos-ngosan. Sudah dari tadi dirinya berkeliling untuk membagikan kartu ujian kepada teman-temannya. Irvan sebenarnya malas untuk membagikan kartu ujian ini pada jam istirahat, tetapi ini perintah dari Pak Brian.
"Rebahan makan rebahan makan, bisa-bisanya mau naik kelas 12," komentar Kaila yang telah memerima kartu ujian dari Irvan.
"Ndak papa La Lo nggak sendirian. Hampir setahun gue kelas 11 dan tidak pernah absen kelas, gue nggak paham materi yang selama ini gue dapat," keluh Abel pada temannya.
Irvan menggeleng mendengar percakapan temannya. Tampaknya lelaki ini benar-benar kelelahan. Tanpa mau repot-repot mendengarkan percakapan di depannya lagi, lelaki itu meninggalkan Abel dan Kaila. Masih banyak sekali kartu ujian yang belum di bagikannya. Sebelum bel pelajaran masuk, Irvan harus buru-buru menyerahkan kartu ujian yang lainnya kepada ketua kelas sebelah.
"Ehh Irvan tunggu, dimana Vanes?" teriak Abel pada Irvan.
"Perpustakaan."
Irvan sudah berada jauh dari mereka, tetapi suaranya yang lantang terdengar sampai sudut pojok kantin. Abel melongo mendengar jawaban yang dilontarkan oleh Irvan. Temannya itu benar-benar anak ambis.
"Cabut ke perpustakaan yuk, ngadem," ajak Kaila pada Abel.
Abel melihat bungkusan cokelat yang berisi nasi goreng baru saja ia makan satu suap. Abel tidak rela jika dirinya harus membuang nasi goreng itu demi masuk ke perpustakaan.
"Gue bantu deh makannya."
Kaila menyuap nasi goreng milik Abel ke mulutnya. Tak hanya satu suap saja, dirinya berkali-kali menyuap nasi goreng milik temannya itu. Abel yang murka dengan tingkah laku temannya, segera mungkin merampas sendok miliknya dan menghabiskan sisa nasi goreng itu.
"Kurang ajar," ujar Abel merasa sebal.
Kaila hanya menyengir polos, sebenarnya dirinya juga sedang lapar tetapi apa daya Kaila mager untuk mengantri makanan di kantin. "Biasanya kalau nggak ada di kantin waktu jam istirahat, Satya berada di perpustakaan."
Mungkin Kaila akan senang jika dirinya pergi ke perpustakaan, karena ada Satya yang bisa membuat dirinya merasa senang. Tidak dengan Abel, dirinya emakin malas untuk datang ke perpustakaan. Pergi ke perpustakaan hanyalah alasan Kaila agar bisa berduaan dengan Satya.
Sesampainya di perpustakaan, Abel dibuat terkejut dengan adanya Alfa yang tertidur pulas di bangku perpustakaan. Di sisi lain, Satya sedang asyik membaca komik yang tersedia di perpustakaan sekolah.
"Beruntung kan Lo ke perpustakaan, bisa ketemu Alfa."
Abel mendengus kesal, bukannya dikelas juga dirinya bertemu akan bertemu Alfa. Kaila mungkin lupa jika sekarang ini Alfa adalah teman sebangku Abel.
Perpustakaan kali ini penuh dengan siswa-siswi yang sedang membaca ataupun belajar di ruang ber AC double ini. Tidak dengan Alfa yang dengan beraninya tidur di bangku perpustakaan. Laki-laki ini benar-benar kelewatan batas, selain membolos sekolah dirinya juga berani tidur di perpustakaan tanpa membawa buku dari rak perpustakaan. Mungkinkah ini salah satu ritual memperoleh otak encer. Realitanya dengan tertidur saja laki-laki ini bisa membaca dan mengingat semua materi pelajaran.
Ruangan ini menjadi tempat favorit ketika jam istirahat setelah masjid. Karena tempatnya yang sejuk dan tenang, membantu konsentrasi saat belajar.
Kaila berjalan mendekati Satya yang tengah asyik membaca komik. Dirinya berniat untuk menganggu Satya. Bingung ingin melakukan apa, Abel mendekati Vanes yang fokus dengan buku tebalnya. Entah buku apa yang Vanes baca hingga dirinya tidak menyadari akan sosok Abel di sebelahnya.
"Serius amat," ujar Abel pelan berharap tidak menganggu konsentrasi Vanes.
"Sini Bel baca buku ini. Kiat sukses mendapatkan universitas impian," jawab Vanes matanya tak lepas dari buku yang dipegangnya.
Universitas impian, memimpikannya saja Abel belum pernah. Abel sudah jelas 11 tetapi pemikirannya masih seperti anak kecil, menurutnya masih ada waktu 1 tahun lagi untuk berpikir dirinya ini mau dibawa kemana. Sekarang ini, Abel belum memikirkan ingin lanjut kemana setelah lulus kelas 12 nanti.
Bosan dengan buku yang di pegang oleh Vanes, Abel pergi menuju rak-rak buku yang terjajar rapi di setiap ruasnya. Bukannya senang, Abel pusing melihat buku-buku yang ada di perpustakaan sekolah nya. Abel bukanlah kutu buku yang akan bahagia melihat pemandangan seperti ini.
Abel mengambil salah satu buku yang covernya sangat bagus dari yang lain. Abel tidak tau buku apa yang ia ambil ini, yang dirinya tau cover novel ini sangat menarik perhatiannya. Abel duduk di bangku kosong sebelah Alfa, dirinya sengaja untuk mendekati Alfa. Abel terkagum dengan ketampanan Alfa ketika tertidur ini, rupanya seperti malaikat tak bersayap.
Abel tak mengerti kenapa Alfa bisa pulas tertidur di ruang yang penuh orang ini. Atau jangan-jangan laki-laki ini pingsan? Abel membuang semua pikiran buruknya, mungkin saja Alfa kelelahan karena kurang tidur. Abel menidurkan kepalanya di meja, menatap Alfa yang tertidur lelap. Oh my got wajahnya begitu teduh dan damai.
Bel berbunyi menandakan mata pelajaran baru akan dimulai. Segera mungkin Abel berdiri untuk mengembalikan kembali buku yang diambilnya ke dalam rak. Alfa yang baru saja terbangun dari tidurnya merenggangkan tangannya kesamping. Buku yang digenggam Abel jatuh ke lantai karena tersenggol oleh Alfa, suaranya keras karena buku itu berukuran tebal. Kaget dengan suara keras di sampingnya, Alfa melihat kebawah untuk mengecek benda apa yang terjatuh tadi. Alfa mengambil buku bersampul cantik itu, dilihatnya judul buku tersebut. Menjadi Istri Solehah: Cara Melayani Suami Dengan Baik.
"Mampus kenapa itu sih judul bukunya," umpat Abel pelan.
Alfa menyrengitkan dahinya heran. Dirinya benar-benar syok setelah melihat buku yang di bawa oleh cewek menyebalkan itu. Apa yang di inginkan cewek itu sekarang? Apa cewek itu sudah kebelet nikah? Ahh sudahlah zaman sekarang ini memanglah aneh, disaat wanita telah di bebaskan dan di sama ratakan sama dengan laki-laki mereka malah menyia-nyiakan dan kembali ke zaman dulu.
Abel terkaget setelah melihat judul buku yang sedari tadi ia bawanya. Kenapa hal memalukan seperti ini harus diketahui Alfa. Abel menyesal tidak membaca judul buku Sebelum memilihnya. Cepat-cepat dirinya mengambil buku dari tangan Alfa dan mengembalikannya ke tempat semula.
KAMU SEDANG MEMBACA
AlfAbel [END]
Fiksi RemajaDi kursi panjang ini ku dudukan badanku Menatap kerinduan bintang malam Angin malam megingatkanku Akan lembaran kecil puisi kenangan Tentang tawa yang menggetarkan hatiku Tentang senyum yang menenagkan Dimana rembulan tersenyum padaku Membisikan ray...