Layar televisi menayangkan sebuah drama Korea berlatar belakang sekolah. Drama ini menceritakan mengenai anak kembar yang memiliki kehidupan berbeda.
Abel melempar remote televisinya ke sofa. Di sofa sudah ada dua buku paket bahasa Indonesia dan ekonomi. Abel teringat kembali akan perkataan manis Alfa di depan rumahnya.
'Semangat belajar Abel.'
Abel tersenyum senang, ini pertama kalinya snowman menggunakan kata bijak kepadanya. Hari ini benar-benar penuh kejutan, karena dirinya terus dipertemukan oleh Alfa dengan kejadian-kejadin yang konyol.
Pagi tadi Abel harus di buat malu karena buku yang ia ambil di perpustakaan. Setelah itu Abel harus terpeleset di depan mata Alfa. Kejadian yang dialaminya itu sangat memalukan, tetapi Abel tau itu semua adalah tantangan yang harus Abel lalui demi mendapatkan momen yang indah.
"ABEL..." teriak Kaila dari arah belakang. Sontak Abel dibuat kaget. Mereka membuat janji untuk belajar bersama mempersiapkan ujian besok.
"Katanya mau belajar masih aja drakoran," keluh Kaila pada Abel. "Kali ini gue dapat tantangan nih dari Satya. Hadiahnya, kalau misal nilai gue yang bagus Satya akan ngajak gue jalan-jalan ke tempat yang gue pilih dan kalau nilai Satya yang bagus Satya minta semua makanan favoritnya di belikan."
Abel bosan mendengar kata Satya yang tiap hari temannya ini ceritakan kepadanya. Abel sampai ingat detail apa saja kegiatan keseharian Satya, apa yang di suka Satya semuanya masih teringat jelas. Bisa tidak sehari saja temannya ini tidak usah menceritakan ke uwwuannya kepadanya.
"Itu sih derita Lo mau nilai Lo jelek atau tinggi."
"Ihh Abel gue tu cuman ngasih, nggak usah ngambek gitu dong," ujar Kaila yang sebenarnya tau jika Abel tidak senang diirinya menceritakan Satya, "Gimana tadi di bonceng Alfa? Aman?"
Semangat mendengar pertanyaan dari Kaila, Abel menceritakan segala yang terjadi selama perjalanannha bersama Alfa. Kali ini Abel lah yang memamerkan ke uwwuannya kepada Kaila. Kaila senang mendengar kemajuan yang dialami temannya.
"Dan tadi Alfa bilang ke gue 'SEMANGAT BELAJAR ABEL'. Sumpah ini pertama kalinya gue diperlakukan istimewa sama Alfa. Makanya gue ngajak Lo belajar bareng."
Abel tertawa mendengar ocehannya sendiri. Jadi begini rasanya menceritakan doi kepada teman, pantes saja Kaila selalu menceritakan kisahnya kepada Abel. Ngomong-ngomong soal doi, Abel sadar jika Alfa bukanlah pacarnya melainkan kehaluannya.
"Lo ngajak belajar tapi mata fokus ke layar TV. Belajar apaan itu."
Kaila sudah mengumpulkan moodnya untuk fokus belajar ujian. Tetapi disini Abel dengan santainya menikmati drama Korea tanpa dosa. Jika semenit lagi Abel tidak mematikan televisinya, maka mood belajar Kaila akan hancur.
"Matiin atau gue balik," anacam Kaila.
Melihat Kaila yang murka Abel segera mematikan televisinya. Dibukanya buku Bahasa Indonesia sesuai dengan jadwal ujian besok.
Anekdot adalah sebuah cerita singkat dan lucu atau menarik, yang mungkin menggambarkan kejadian atau orang sebenarnya. Anekdot selalu dikaitkan dengan tanggapan terhadap fenomena sosial.
Abel mulai membaca catatannya. Kali ini ia mempelajari materi anekdot yang menurutnya belum dikuasai.
"La kenapa setiap gue dengar cerita anekdot bukanya ketawa tapi kok garing ya, atau perasaan gue aja?" tanya Abel pada Kaila.
"Kita satu server Bel. Atau mungkin kitanya aja yang kurang receh ya? Gue kadang bingung lucunya dimana adanya panas karena kesindir."
"Receh kita itu udah over dosis La. Udah deh jangan di tambahin lagi."
Abel kembali membaca-baca materi yang tidak di pahaminya. Sesekali mengomentari materi yang menurutnya rumit. Di semester akhir ini Abel ingin sekali mendapat peringkat di kelasnya dan bersaing bersama Alfa. Walaupun sangat mustahil untuk terjadi.
***
Aroma gurih kuah ramen menyelinap ke setiap hidup, membuat siapapun takkan tahan dengan aroma semangkuk ramen panas di hadapannya.
Suasana restoran Jepang food cukup riuh, dengan percakapan para pengunjung. Fokus dengan ponselnya, Alfa dan Naufal memainkan game onlinenya bersama. Tidak seperti teman-temannya yang sibuk belajar untuk ujian besok, mereka berdua malah berjuang memecahkan rekor di ponsel."Akhirnya gue bisa ngalahin Alfa," ujar Naufal begitu senang.
Alfa menyeruput ramen yang sudah setengah dingin. Dirinya sudah bosan dengan permainan yang sedari tadi ia mainkan.
"Mau jalan kemana lagi ini?" tanya Naufal yang sudah bosen berada di restoran itu.
"Jalan-jalan terus yang kau pikirkan. Kau tidak ingat jika besok ada ujian."
Eki merasa geram dengan tingkah laku temannya, gara-gara mereka dirinya tidak fokus untuk belajar. Sebagai murid baru di Jakarta, besok pertama kalinya Eki ujian di sekolah barunya.
"Otak kita itu butuh refreshing. Kalau Lo tekan turus, malah jadi setres, ujung-ujungnya masuk rumah sakit jiwa."
Eki membolak-balikan buku paketnya. Ada beberapa materi yang belum disampaikan oleh gurunya, dan tertinggal materi di sekolah barunya. Meskipun sudah membacanya beberapa kali, Eki masih belum paham mengenai materi itu.
" Apa ini, saya tidak paham materi pendapatan perkapita. Pusing sekali lah." Eki mengeluh pada salah satu materi ekonomi.
"Bagian mananya yang nggak paham. Biar dijawab masternya, Alfa," Naufal menyenggol lengan Alfa usil. Dirinya tengah mempromosikan kecerdasan temannya itu.
"Semuanya saya tidak mengerti." Eki memainkan rambutnya yang kriwil. Bibirnya menyengir kepada Alfa.
Alfa membuang napasnya kasar. Lagi-lagi dirinya menjadi guru privat dadakan. Seharusnya Alfa yang menanyakan materi kepada temannya, karena disini Alfa yang jarang masuk kelas.
"Pendapatan perkapita itu tingkat rata-rata pendapatan penduduk suatu negara pada periode tertentu. Biasanya diperoleh dengan membagi jumlah pendapatan nasional atau sering disebut PDB dengan jumlah penduduk di negara tersebut."
Agar mudah di pahami, Alfa menjelaskan terlebih dahulu pengertian mengenai pendapat perkapita. Sangat mudah bagi Alfa untuk menghafal dan memahami semua pelajaran, otaknya begitu encer.
"Untuk rumus pendapatan perkapita sendiri yaitu pendapat nasional dibagi jumlah penduduk."
Dengan sabar Alfa mengajarkan Eki bagaimana cara mendapatkan hasil dari pendapatan perkapita. Eki mencatat rumus yang diberikan oleh Alfa, dirinya mencoba untuk mengerjakan latihan soal yang berada di buku paket. Alfa mengerjakan satu soal pertama sebagai contoh untuk memudahkan Eki.
"Busett teman gue satu ini bukan kaleng-kaleng."
Naufal terpukau atas penjelasan yang diberikan oleh Alfa. Menurutnya penjelasan yang diberikan temannya itu lebih mudah dipahami daripada penjelasan yang diberikan oleh guru.
"Udah tampang cakep, otak encer, kaya raya lagi. Kalau gue Lodi posisi Lo ya, gue bakal modus tuh kesemua cewek. Btw Lo cocok banget jadi dosen Al, bisa tuh cari perhatian ke mahasiswi yang cantik-cantik."
Alfa malas mendengar dirinya dipuji terus. Setelah meminum jus yang ia pesannya, Alfa menidurkan kepalanya di meja makan.
"Al Lo coba deh kalau ketemu sama orang senyum sedikit. Wajah Lo datar banget untung cakep," komentar Naufal.
Naufal yakin jika dirinya belum pernah melihat Alfa tertawa lepas. Wajahnya selalu datar tanpa ekspresi.
"Kalau senyum terus jadinya kek orang gila. Nanti jadi kaya kamu," balas Eki dengan tawanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AlfAbel [END]
Подростковая литератураDi kursi panjang ini ku dudukan badanku Menatap kerinduan bintang malam Angin malam megingatkanku Akan lembaran kecil puisi kenangan Tentang tawa yang menggetarkan hatiku Tentang senyum yang menenagkan Dimana rembulan tersenyum padaku Membisikan ray...