Malam ini hujan deras mengguyur wilayah kota Jakarta. Alfa duduk di pojok bangku restoran Jepang yang berdekatan dengan jendela. Melihat suasana kota Jakarta yang sangat padat, meskipun hujan sekalipun. Alfa meminum teh hijau yang di pesannya khusus sebagai ramuan obat. Pasalnya sudah lima hari ini Alfa tidak berangkat sekolah karena harus menginap di rumah sakit.
Alfa memang membuat surat izin ke sekolah dengan alasan acara keluarga di luar kota, Alfa yang menyuruh penjaga rumahnya untuk mengatakan kepada temannya jika dirinya bolos sekolah karena ikut papahnya keluar kota. Alfa juga sengaja meninggalkan ponsel di kamarnya, supaya teman-temannya tidak terus menghubunginya, yang malah membuat Alfa semakin berbohong.
Alfa berbohong kepada teman-teman dan pihak sekolah perihal izin keluar kota. Alfa sama sekali tidak keluar kota, dirinya masih menetap di Jakarta lebih tepatnya di rumah sakit Jakarta. Alfa melakukan hal ini, supaya teman-temannya tidak mengkhawatirkannya seperti waktu dulu.
"Alfa dokter bilang jangan makan yang manis-manis, tapi kamu tetap saja ngeyel." Papah Alfa melihat putranya yang tengah menambahkan se sendok gula di dalam teh hijau, sudah berapa kali dirinya memperingati Alfa, sudah beberapakali juga Alfa melanggar.
"Kalau nggak di kasih gula rasanya pahit Pah," ujar Alfa yang pasrah, karena makanan yang harus di makan Alfa sekarang hanya memiliki dua rasa, jika tidak hambar berarti pahit.
"Namanya juga obat, kalau permen baru manis."
Alfa mengambil sushi dengan sumpit yang sudah di sediakan, lalu memakannya perlahan-lahan. Alfa pikir jika dirinya sudah keluar dari rumah sakit, dirinya bisa memakan makanan lezat sesukanya. Tapi ternyata dokter melarang dirinya untuk makan sembarangan, dan memberi tahu papah Alfa supaya banyak memakan sayuran seperti rumput laut.
Mendengar perintah dari dokter, apalagi menyangkut kesehatan anak nya, tentu saja papah Alfa akan terus menjaga pola makan Alfa walaupun itu tidak di sukai anaknya. Papah Alfa memaksa Alfa untuk bersinghah makan malam terlebih dahulu di restoran Jepang yang identik dengan bahan utama rumput laut, padahal Alfa tidak menyukai makanan Jepang apalagi teh hijaunya yang berasa aneh.
"Pah kapan Alfa makan enak lagi? Kenapa harus memakan makanan yang aneh kalau yang enak ada?" keluh Alfa yang merasa ingin muntah saat menelan makanan yang di pesan papahnya.
"Kalau kamu sudah sembuh."
"TAPI KAPAN SEMBUHNYA?" teriak Alfa yang sedari menahan air matanya tidak jatuh. "Apa gunanya di bawa ke rumah sakit jika ujung-ujungnya tetap tidak sembuh, Pah?" Alfa menatap papahnya yang sedang meminum teh hijau seperti miliknya. Papahnya memang sengaja memilih makanan dan minuman yang sama seperti putranya.
"Alfa, dokter bukan Tuhan yang dapat menyembuhkan semua penyakit yang di derita pasiennya. Dokter hanya bisa mencegah, supaya penyakit yang di derita pasien tidak semakin parah," ujar papah Alfa lembut.
Papah Alfa mengusap rambut anaknya halus. Dirinya tidak mengerti kenapa cobaan demi cobaan terus datang padanya. Pertama istri tercintnya meninggal karena kecelakaan, setelah itu putranya menjauh darinya. Baru beberapa saat merasakan kebahagiaan, dirinya harus menerima kenyataan bahwa penyakit bawaan putranya kambuh lagi.
***
Sabtu adalah hari libur bagi sekolah yang menerapkan sistem full day school. Siswa-siswi akan melakukan weekendnya dan melupakanmu sekejap urusan sekolah. Tetapi tidak dengan Alfa. Libur ini Alfa harus berangkat sekolah, karena ujian susulan yang belum di kerjaannya.
Bagaikan siswa teladan, Sabtu ini Alfa berangkat sekolah pukul 06.30 menggunakan seragam OSIS dengan dasi yang tertata rapi di bagian kerahnya. Tanpa menggunakan penutup jaket atau kain lainnya yang dapat menutupi seragam sekolahnya, Alfa mengendarai motornya menuju parkiran sekolah. Tak jarang dari beberapa orang yang di kenal Alfa menjumpai dirinya di tengah perjalanan menuju sekolah.
Karena sekolah libur dan tak banyak guru piket yang masuk, Alfa di tempatkan di ruang TU yang sepi di temani dengan dua buah AC yang menyala dan tiga pengawas yang semuanya adalah guru piket.
"Pak boleh minta di matikan satu AC nya, dingin," ujar Alfa pada salah satu guru yang ikut mengawasi ujian dirinya. Bapak itu menuruti kemauan Alfa dan segera mematikan salah satu AC yang menyala.
Bagaimana Alfa tidak genius, dalam sehari dirinya harus menyelesaikan empat mata pelajaran USBN susulan, dan sisanya lagi akan di selesaikan hari Minggu. Satu mata pelajaran diberi maksimal waktu dua jam, di perkirakan Alfa akan pulang sekolah sekitar pukul 16.00. USBN adalah ujian terakhir di sekolahnya, sudah tidak ada lagi ujian-ujian yang lain jika dirinya telah mengerjakan USBN. Alfa harus fokus pada ujian akhir ini, ujian inilah yang menentu kelulusanya selama 3 tahun menempuh sekolah. Tahun Ini UNBK di tiadakan, hal ini membuat anak kelas 12 lega karena mereka tidak perlu bertempur lagi untuk ujian.
"Alfa nggak istirahat dulu? Dalam tiga jam ini kamu sudah menyelesaikan 2 mata pelajaran, apa kamu tidak capek?" ujar salah satu pengawas kagum melihat kecerdasan otak Alfa yang tidak gampang lelah dan menyerah.
"Sambil mengerjakan sambil nyemil ya Bu... Pak..." izin Alfa dengan cengirnya.
Peraturan makan dan minum saat sedang pelajaran apalagi ujian memang di haramkan. Tetapi karena ini keadaannya berbeda, sekarang hanya satu siswa saja yang sedang diawasi oleh tiga pengawas, maka semua pengawas itu memperbolehkan Alfa mengerjakan lembar jawabnya sambil menyemiil.
"Makasih Pak... Bu... mau coba sekalian nggak?" tawar Alfa menyodorkan wafer yang di bawanya dari rumah. Semua guru pengawas menggeleng melihat tingkah bad boy cool genius yang mulai memiliki perubahan.
Semua pengawas berjalan mengambil ransel masing-masing, lalu mengeluarkan kotak makan siangnya yang sudah di persiapkan dari rumah. Ditaruhnya kotak makan siang di meja besar tempat Alfa mengerjakan soal dan menaruh cemilan.
"Kami semua juga bawa makanan Fa, nggak usah repot-repot," ujar salah satu Bu pengawas yang melihat Alfa mengunyah wafernya.
Alfa tersenyum geli, melihat guru-gurunya yang begitu kompak dan baik itu. Dirinya sedikit merasa bersalah karena menawarkan wafer cemilannya yang berisi sedikit.
Tepat pukul 16.00 Alfa selesai mengerjakan empat mata pelajaran ulangan susulan nya. Alfa membereskan alat-alat tulisnya, lalu mencangking tasnya. Sebelum itu Alfa mengambil jaket merah yang sudah disiapkannya di dalam tas, memakainya dan meresletingnya hingga atas.
"Kok pakai jaket? Waktu berangkat saja nggak pakai jaket," protes pak pengawas.
"Tadi pagi Pak, sekarang sore," jawab asal Alfa kepada guru itu. Alfa pamit pulang ke rumah kepada tiga pengawas sejati itu. Mereka memang bukan guru yang mengajar di kelas Alfa, bahkan Alfa tidak mengenal nama guru-guru itu. Mungkin karena ketenaran Alfa yang genius hampir semua guru mengenal dirinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
AlfAbel [END]
Ficção AdolescenteDi kursi panjang ini ku dudukan badanku Menatap kerinduan bintang malam Angin malam megingatkanku Akan lembaran kecil puisi kenangan Tentang tawa yang menggetarkan hatiku Tentang senyum yang menenagkan Dimana rembulan tersenyum padaku Membisikan ray...