"Pak saya sudah selesai."
Pukul 16.00. alfa menauh semua lembar jawab dan soal pada meja Pak brian yang berada di sampingnya. Hari ini Alfa telah selesai mengerjakan USBN nya.
Pak brian mengambil seluruh lembar jawab dan soal milik Alfa, di taruhnya di dalam tas. Hari ini hari minggu, seperti kemarin liburan ini Alfa harus berangkat sekolah untuk menyelesaikan USBN nya.Pengawas Alfa kali ini adalah Pak brian, wali kelasnya sendiri. Pak brian memang mendapatkan tugas piket, makannya di hari libur gini dirinya tetap masuk sekolah. Tetapi bukan berarti Pak brian piket dari pagi sampai sore begini, pak brian menyelesaikan tugas memasukan nilai-nilai siswa-siswinya untuk dilaporkan, sekalian mengawasi Alfa menyelesaikan ujiannya.
"kamu boleh pulang, hati-hati di jalan," ujar Pak brian sambil membereskan peralatannya. Pak brian juga akan pulang sama seperti Alfa.
"Terimakasih Pak, saya pulang dulu." Alfa mencium telapak tangan Pak brian, lalu berjalan meninggalkan ruangan yang dijadikan merka tempat menyelesaikan tugas.
Sambil membenarkan kerah baju kemejannya, Alfa berjalan menuju lapangan parkiran. Tidak seperti kemarin yang menggunakan seragam hari ini Alfa menggunakan baju bebas dengan baahan jeans. Alfa tidak peduli jika ada guru yang memarahinya karena menyelesaikan ujian menggunakan baju bebas, toh kan tidak ada di dalam tata tertib ujian untuk menggunakan seragam.
Lapangan parkiran kali ini sedikit ramai. Ada beberapa motor dan mobil yang terparkir disana. Alfa memundurkan langkahnya, menengok sekilas lapangan utama. Setelah selesai melihat suasana lapangan utama, Alfa berjalan melanjutkan langkahnya menuju mobil yang terparkir di lapangan parkiran.
Pantas saja hari ini ramai, di lapangan sebelah banyak anggota OSIS yang mengadakan rapat di bawah pohon mangga lapangan utama. Sejenak Alfa berpikir, sekolah sudah menyediakan ruang OSIS yang besar untuk kegiatan mereka, kenapa mereka harus repot-repot berkumpul dibawah pohon mangga. Apa ruang OSIS pindah di bawah pohon mangga?
***
"Nggak mau mampir dulu?" Abel menawarkan Alfa supaya mampir kerumahnya, karena sudah seminggu ini Abel tak bertemu dengan Alfa. Abel sangat merindukan sosok dingin Alfa.
"Enggak. Gue mau ngajak lo ke Dufan, buruan masuk mobil keburu tutup."
"Kenapa nggak malam minggu aja jalan-jalannya? Padahal mala mini gue mau belajar. Kata kelas sebelah gue remidi matematika," keluh Abel yang memelankan kata 'remidi matematika'
"Oh gitu? Yaudah gue duluan." Alfa berbalik badan memalingkan pandangannya dari Abel.
"Mau kemana?"
"Pulang. Katanya malam minggu aja jalan-jalannya."
"Alfa." Abel menarik tangan Alfa yang akan pergi. "sekarang aja. Belajanya gue pending dulu."
Alfa melajukan mobilnya pelan, menerobos jalanan ramai. Abel duduk dibangku depan di sebelah Alfa, meikmati pemandangan sore yang ramai ini. Abel mengambil tas yang berada di punggung belakang, di taruhnya tas itu di sebelah kanannya. Abel menaruh tangannya di dalam tas, mencari sesuatu yang ingin dicarinya.
"Alfa ini ponsel lo," Abel memberikan ponsel mewah itu kepada Alfa. Alfa melirik sekilas ponsel yang dibawa abel, lalu kembali fokus mengemudi.
"Lo bawa aja ponsel gue, gue bosen buka ponsel."
"Buat apa gue ambil ponsel lo, mendingan gue jual. Tiap hari pagi, siang, sore, malam notif dari instagram, line, whatsapp itu penuh banget. Gue keppo mau buka, tapi nggak tau sandi ponsel lo. Lo itu beneran pacar gue atau bukan sih?"
"Tuh sudah sampai, turun!"
Alfa enggam menjawab pertanyaan Abel. Akan butuh waktu lama jiki dirinya berdebat dengan cewek itu.
Abel memukul lengan Alfa jengkel, hal ini membuat Alfa terkekeh geli.
Alfa melihat sekeliling suasana Dufan yang begitu ramai, di mana-mana terdapat wahana ekstrim yang dapat membuat jantung menjadi ngilu. Alfa berjalan menuju peta yang berada dekat dengan tempatnya berdiri sekarang, dibelakang Abel menyusul Alfa."Naik hysteria dulu Al, gue pingin naik itu," pinta Abel menunjukan pada wahana hysteria.
Alfa bergidik ngeri, melihat hysteria saja sudah membuat jantungnya melompat apalagi jika menaikinya.
"Yang gampang dulu aja, jangan langsung yang ekstrim. Kita pemanasan dulu," ujar Alfa sambil menunjukan wahana turangga-rangga.
"Apa? Komedi putar? Alfa lo nggak usah mahal-mahal ke Dufan kalau cuman mau naik komedi putar, di trans Mart juga banyak yang kayak gini."
"Beda lah. Ayo kita coba wahana itu dulu." Alfa berjalan mengikuti alur peta yang akan membawanya ke wahana turangga-rangga.
Setelah beberapa menit mengantri, akhirnya mereka dapat mencoba wahana turangga-rangga. Alfa duduk di kuda putih yang akan berputar, sementara Abel duduk di kereta kuda yang berada di sebelah Alfa. Turangga-rangga berputar kencang, lampu diatas-atas meyala warna-warni membuat suasa wahana ini lebih meyala. Pemotret foto datang di hadapan mereka, memotret momen-momen pengunjung yang menaiki wahana ini. Setelah selesai menaiki wahana turangga-rangga, Abel berlari menlihat hasil foto mereka berdua. Abel memilih dua foto yang meurutnya terbaik dan membelinya.
Abel menarik tangan Alfa menariknya ke wahana ekstrim, apalagi kalau bukan halilintar. Wahana kereta yang dapat membuat jantung copot ketika menaikinya. Jalur rel yang tinggi, berbentuk bulat memutar membuat siapapun yang menaikinya merasakan terbalik diantara lingkaran rel kereta. Alfa bergidik ngeri saat sudah duduk di bangku halilintar. Sebelumnya Alfa belum pernah mencoba halilintar yang setinggi ini.
"Abel turun aja, takut gue," lirih Alfa.
"Kalau lo takut teriak aja yang keras," ujar Abel pada Alfa. Sabuk pengaman di pasang, wahana ini pun sudah mulai di mainkan.
Dengan kecepatan yang luar biasa kereta ini melaju sangat kencang, melewati rel-rel yang di buat sedemikian ekstrim. Alfa berteriak saat kereta memasuki bundaran yang membuatnya terbalik, begitu juga Abel yang berteriak histeris. Hanya dalam waktu beberapa menit, kereta berhenti dan menurunkan penumpangnya ke posisi semula.
"Kan gue udah bilang, maksa sih," ujar Alfa yang melihat Abel muntah-muntah di pinggir wahana halilintar.
"Ya maap. Sekarang mainnya yang biasa aja, jangan yang ekstrim," ujar Abel dengan cengir pucatnya.
Sekarang mereka sudah masuk di lorong-lorong ruang angkasa yang bertuliskan bintang Dufan. Disana banyak sekali hiasan luar angkasa yang bertempel di langit-langit lorong. Alfa, Abel dan pengunjung lainnya menaiki kendaraan berbentuk bulat yang di desain layaknya kendaraan luar angkasa. Setiap orang memegang senjata tembakan laser untuk membunuh musuh-musuh dari planet lain yang akan muncul di setiap perjalanan.
Kendaraan itu berjalan zig-zag untuk melawan monster-monster. Alfa menekan tembakannya saat ada boneka yang berupa layaknya monster dari planet lain jatuh dan bermunculan di hadapan mereka, sementara Abel hanya mememcet asal tombol senjata. Setelah keluar dari lorong luar angkasa, alfa mengajak Abel ke ice age. Wahana kereta air yang seru.
"Alfa gue nggak bawa baju ganti, gimana nanti kalau gue basah kuyup?" Alfa terkekeh mendengar pertanyaan konyol Abel. Ice age memang wahana air, tetapi kereta ini berada di rel yang tinggi dan jauh dari air jadi tidak mungkin jika baju Abel akan basah kuyup. Mungkin sedikit basah, tapi kemungkinan kecil.
"Nggak bakalan, ayo!"
Yang dikatakan Alfa benar, wahana ini sangat seru dan asyik. Pengunjung akan menaiki kereta kokoh yang akan membawa mereka terjun melewati ombak-ombak air. Tetapi kereta ice age ini berjalan sedang tidak separah wahana halilintar yang sangat laju.
KAMU SEDANG MEMBACA
AlfAbel [END]
Teen FictionDi kursi panjang ini ku dudukan badanku Menatap kerinduan bintang malam Angin malam megingatkanku Akan lembaran kecil puisi kenangan Tentang tawa yang menggetarkan hatiku Tentang senyum yang menenagkan Dimana rembulan tersenyum padaku Membisikan ray...