Pemakaman

586 171 8
                                    

"Alfa..."

Dengan pandangan yang remang-remang Abel membukakan matanya, sudah hampir empat jam ini dirinya pingsan tak sadarkan diri. Mamah Abel yang sedari tadi menunggunya, langsung memeluk tubuh Abel kuat-kuat, berusaha member dukungan kepada putrinya.

Pikiran Abel sangat kacau, dalam hitungan jam dirinya kehilangan sosok Alfa. Ini seperti mimpi buruk yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya oleh Abel, kebahagiaanya bersama dengan Alfa ini sekarang hanya tinggal kenangan. Kenangan yang terus membuat hati Abel terluka jika mengingatnya. Dalam hitungan jam, semua kebahagian itu hilang.

"Mamah.... Alfa..." Abel menangis sesengkukan di pelukan mamahnya, Abel belum bisa menerima kenyataan ini, kenyataan jika orang yang di cintainya itu sudah pergi meninggalkanya untuk selama-lamanya.

"Sudahlah nak, ikhlaskan Alfa biarkan dia tenang di alam sana. Tuhan sayang Alfa. Sekarang cepatlah bergegas, setidaknya kita bisa melihat pemakaman Alfa sebelum acaranya selesai."

Mamah Abel tidak pernah melihat Abel sesedih ini sebelumnya. Sampai-sampai dirinya ikut hanyut dalam kesedihan putrinya itu. Sebelumnya Abel belum pernah merasakan kesedihan dan kehilangan sedalam ini.

"Pe-pemakaman? Alfa sudah di kubur?" tanya Abel penuh kecewa. Bagaimana dirinya bisa meninggalkan acara pemakaman Alfa.

"Iya, sudah lama kamu pingsan, jadi Alfa sudah di bawa ke peristirahatan terakhirnya."

"ALFA..."

Abel segera bangkit dari kasur. Masih menggunakan seragam putih abu-abu, Abel berlari sekeras mungkin melewati lorong-lorong panjang rumah sakit.

"Abel tunggu!" Mamah Abel berlari mengejar putrinya yang sudah jauh dari pandanganya.

Tempat pemakaman keluarga tak jauh dari rumah Alfa di datangi banyak orang. Para pelayat hadir untuk mengantarkan Alfa yang terakhir kali. Banyak dari mereka yang masih menggunakan seragam putih abu-abu karena kebetulan saat pulang sekolah. Berita kematian Alfa sudah terdengar di seluruh sudut sekolah. Alfa di makaman tepat di sebelah makam mamah Alfa.

Sudah terlalu banyak air mata yang di keluarkan Abel. Abel tidak ingin Alfa sedih karena melihat air matanya, Abel berusaha tegar dan kuat saat melihat Alfa untuk terakhir kalinya itu.

Abel diam mematung, saat jenazah Alfa di masukan ke liang lahat. Abel tidak dapat di ajak bicara sedikit pun, mulutnya terkunci rapat dan fokus menatapi pemandangan yang menyakitkan itu tanpa kedip. Mata Abel sembab karena tangisan yang beberapa jam lalu ia keluarkan, bibirnya pucat. Kaila yang melihat penderitaan Abel memeluk temannya itu, mengusap-usap punggung Abel pelan. Tetapi tetap saja, Abel masih diam membisu.

Setelah ini tidak ada lagi yang bahagia, karena tuhan sudah mengambil orang yang membuatnya bahagia. Walaupun banyak orang seperti ini, Abel merasa dirinya benar-benar sendiri.

Para pelayat sudah pulang, senja datang menemani makam yang baru saja terkubur. Abel mendekati batu nisan bertuliskan Alfariel itu, mengusapnya dengan kaku. Teman-teman Abel yang disana berusaha meguatkan satu sama lain, meskipun begitu berat untuk di ingat.

***

Rumah kediaman Alfa hari ini sangat ramai dikunjungi sanak saudara yang datang untuk berbela sungkawan. Banyak karangan bunga yang bertuliskan bela sungkawan tertata rapi di halaman rumah Alfa. Abel dan teman-temannya pun ikut mendatangi rumah mewah itu, bahkan Vanes dan Citra pun hadir untuk berbela sungkawan.

Suasana duka masih melekat di hati mereka. Abel menatap satu per satu bingkai foto yang terpajang wajah Alfa, ekspresi dingin Alfa, senyum Alfa, tertawa Alfa, semua ada di satu per satu bingkai yang di pajang di ruang keluarga.

Tanpa izin, Irvan memasuki kamar Alfa bernuansa hitam putih. Irvan teringat saat Alfa kecelakaan karena jatuh dari motornya, saat itu juga teman-temannya ikut membantu Alfa dan sekalian mengerjakan tugas kelompok memasak. Di situlah awal pertemanan mereka dimulai, mereka hampir setiap hari ke kamar hitam putih ini untuk menjaga dan merawat Alfa. Sekarang semua itu tinggal kenangan, Alfa yang selalu berteriak saat di beri obat sekarang sudah tidak ada. Bagaimanapun juga, kamar ini menjadi saksi indahnya pertemanan mereka.

Abel dan teman-temannya ikut meyusul Irvan menuju kamar Alfa. Kamar nuansa hitam putih yang sudah lama tidak mereka kunjungi. Abel melihat Polaroid gambar dirinya dan Alfa di meja belajar Alfa. Foto itu diambil dua minggu sebelum Alfa meinggal, di foto itu Alfa dan Abel terseyum lebar seakan dunia milik mereka berdua. Abel mengambil Polaroid foto itu, mengusapnya dan memeluknya. Pikiran Abel kembali teringat kenangan manis itu, kenangan dimana dirinya karaoke bersamaan, bermain basket, mendapatkan boneka, dan yang lucunya lagi mereka telat memasuki bioskop.

Tak terasa setetes air mata jatuh di pipi Abel, dengan kepedulian Kaila dan Vanes membantu menghibur kedukaan Abel. Bagaimanapun juga, Abel lah yang paling merasa kehilangan disini. Vanes memang pernah jahat kepada mereka, tetapi sekarang dia khilaf, Vanes sadar jika tidak ada yang abadi di dunia ini entah itu keberadaan maupun perasaan, mereka hanya singgah sesaat dalam waktu yang sudah tuhan takdirkan. Sementara citra, Citra yang notabet nya teman semasa kecil Alfa ini ikut terpukul. Meskipun sedikit kenangan yang mereka buat dan samar-samar untuk dikenang, bagi Citra Alfa adalah teman terbaik yang mengisi masa kecilnya sehingga penuh tawa.

Kenangan terindah? Abel teringat lagu terakhir yang ia nyanyikan bersama dengan Alfa di ruang karoke timezone. Kenapa tidak terpikirkan oleh Abel jika lagu itu sebenarnya kode dari Alfa.

Hati Abel semakin sakit, bagaimana caranya dia melupakan kenangan terakhir kali bersama Alfa. Abel lah yang terakhir kali di beri kesempatan untuk bermain bersama Alfa, dan Abel lah yang sangat khawatir saat tubuh Alfa berbaring lemas setelah menaiki wahana bianglala. Mereka tidak tahu bagaimana meyerahnya Abel disaat hidung Alfa mengeluarkan banyak darah hingga terpingsan.

Pintu yang sudah terbuka itu di ketuk dari luar. Alvin yang juga masih terduka ikut bergabung bersama mereka. Alvin memberikan boneka kecil kepada Abel, boneka itu ia dapatkan di mobil Alfa.

"Untuk apa?" tanya heran Abel sambil menerima boneka panda berukuran kecil yang di beri Alvin.

"Gue nemu boneka itu saat beres-beres mobil Alfa. Di boneka itu ada rekaman suara Alfa, sepertinya boneka ini di tunjukan untuk lo."

Abel memgang boneka itu terbata-bata, Abel baru saja kehilangan Alfa jadi Abel belum siap untuk mendengar suara rekaman anak itu. Abel memeluk boneka itu kuat, seakan-akan jiwa Alfa lah yang berada di boneka itu.

"Gue sebagai salah satu anggota keluarga Alfa megucapkan terimakasih kepada kalian. Berkat kalian Alfa dapat merasakan kebahagian karena memiliki teman-teman yang setia seperti kalian. Dan gue disini meminta kepada kalian supaya dapat memaafkan kesalahan Alfa baik yang di sengaja maupun tidak di sengaja. Biarkan Alfa hidup damai di alam sana."

"Tanpa kau suruh, kami semua sudah memaafkan Alfa. Kami menyayangi Alfa dan sudah menganggap dia seperti keluarga kami," balas Eki yang sedari tadi diam membisu menatap foto-foto sahabatnya itu.

"Pasti sulit untuk kalian menerima kenyataan ini. Ditambah lagi sebelumnya Alfa yang selalu terlihat baik-baik saja."

"Gue memang kecewa kepada Alfa, kenapa dia nggak cerita kepada kita tentang penyakitnya itu. Kenapa dia harus terlihat tegar dan membohongi kita semua," lanjut Satya.

AlfAbel [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang