Hari ini adalah mata pelajaran bahasa Indonesia. Pelajaran yang di ajarkan oleh Bu Ella, guru paling killer urutan kedua setelah Pak Ale. Semua murid duduk tegak di bangkunya masing-masing, kedua tangannya di lipatkan di atas meja, sementara matanya menatap serius guru killer itu.
"Anak-anak ibu akhiri materi wawancara. Sekarang kita mulai materi baru, buka buku paket hal 47 tentang diskusi," Bu Ella terus memperhatikan buku absen yang ada di mejanya, dibukanya buku absen itu. "Alfariel?" tanya Bu Ella.
Satu detik
Dua detik
Tiga detik
"AlFA?" Ulang Bu Ella lebih keras, tetapi masih tak ada jawaban. "Dimana Alfa?"
"Nggak ada di kelas bu, mungkin dia bolos lagi," ujar Satya teman sebangku Alfa.
"Alfa bolos lagi?" tanya Bu Ella tak percaya. "Sudah empat kali pertemuan saya dia tidak masuk, dia juga belum memiliki nilai ulangan wawancara. Satya tolong beritahukan Alfa supaya istirahat nanti menemui saya."
"Baik bu," jawab Satya disertai anggukan.
Teeeeeettttttttttt.....
Lonceng tanda istirahat berbunyi nyaring di telinga murid-murid. Segala materi ataupun pembahasan segera di tutup oleh guru pengajar. murid-murid segera memasukan buku yang telah di pelajarinya tadi ke dalam tas ataupun laci masing-masing, lalu mengosongkan kelas.
Bu Ella segera membereskan buku-buku paket yang akan dia bawa di kelas berikutnya, lalu berdiri dari bangkunya untuk meninggalkan kelas.
"Akhirnya keluar juga mami gembrot. kantin yuk!" ajak Kaila, yang sudah sedari tadi menahan lapar. Perutnya yang terus berbunyi, membuatnya tidak konsen untuk memperhatikan pelajaran.
Mami gembrot adalah panggilan sayang murid-murid kepada Bu Ella, karena Bu Ella memiliki ukuran badan yang bisa dikatakan tidak kecil.
"Ayo kebetulan gue juga lapar, sambung Vanes yang juga merasakan keroncongan di perut nya. "Abel kenapa lo lesu banget? Udah wajah lo kucel lagi."
"Iya tuh si Abel, kenapa Bel? Kebaperan sama bolanya Alfa ya? " tawa Kaila pecah setelah mengatakan perkataan yang sama sekali tidak disukai oleh temannya itu.
"Kesambet bolanya Alfa tuh," sambung Vanes.
"Yupps. Efek samping baku hantam dengan bola basket, si Abel jadi berubah pikiran untuk bisa melupakan Alfa."
Vanes tertawa mendengar ejekan yang di ucapkan oleh Kaila, hal ini tentu saja membuat Abel merasa kesal karena terus di tertawakan. Abel, temannya ini memang keras kepala dan tidak tahu malu. Bahkan untuk yang kesekian kalinya dirinya menjatuhkan harga diri di hadapan pangeran batu pujaan.
"Setan lo semua! Bukannya bantuin gue dapetin Alfa malah menertawakan gue. Dasar teman luknut!" Abel mulai panas, dirinya mundur selangkah dari jejeran mereka.
"Abel lo itu harus bisa ngelupain Alfa. Apanya yang harus lo perjuangin dari dirinya. Peduli sama lo aja kagak, kenapa lo bisa suka sama dia?"
Abel terdiam, membuang napasnya kasar. Bukan temannya saja yang merasa bingung, tetapi dirinya juga bingung. Kenapa dirinya menyukai seseorang yang sama sekali tidak mempedulikan tentangnya. Bahkan dirinya terus memikirkan bocah batu itu.
"Tapi ya Bel, gue heran sama batu Alfa. Seorang bad boy, jarang masuk kelas, kurang gaul. Kenapa bisa bisa masuk rangking 3 besar? Aneh tapi nyata." Kaila terheran-heran dengan kemampuan genius Alfa. Dirinya sangat ingin membedah kepala Alfa, lalu menukarkan otak Alfa dengan otaknya.

KAMU SEDANG MEMBACA
AlfAbel [END]
Teen FictionDi kursi panjang ini ku dudukan badanku Menatap kerinduan bintang malam Angin malam megingatkanku Akan lembaran kecil puisi kenangan Tentang tawa yang menggetarkan hatiku Tentang senyum yang menenagkan Dimana rembulan tersenyum padaku Membisikan ray...