Jurang

17 1 0
                                    

Materi mengenai kepemimpinan di paparkan oleh salah satu anggota TNI. Semua murid memperhatikan materi ini dengan seksama, mereka juga mencatat poin-poin penting dalam buku kepramukaan.

Jumlah murid yang mengikuti kegiatan ini sangatlah banyak, kurang lebihnya ada 400 murid yang di latih di sini. Dalam pemaparan materi kali ini dibagi menjadi 10 pos. 1 pos terdiri dari 40 anak. Hal ini dikarenakan agar materi yang diberikan, bisa di pahami oleh murid dengan baik.

"kepemimpinan adalah sebuah kemampuan atau kekuatan di dalam diri seseorang untuk memimpin dan mempengaruhi orang lain dalam hal bekerja, dimana tujuannya adalah untuk mencapai target yang telah ditentukan."
Pak TNI menjelaskan materinya dengan sangat antusias, pembawaannya mampu mengajak murid-murid untuk mengasah bakat kepemimpinan.

"Sedangkan pengertian pemimpin adalah seseorang yang diberi kepercayaan sebagai ketua (kepala) dalam sistem di sebuah organisasi/ perusahaan. Dengan begitu, maka seorang pemimpin harus memiliki kemampuan untuk memandu dan mempengaruhi seseorang atau sekelompok orang."

Murid-murid memperhatikan materi ini penuh semangat. Mereka  ingin menjadi pemimpin dan berlaku adil seperti yang di terangkan oleh Bapak TNI.

Pemaparan materi kepemimpinan telah selasai. Semua murid berkumpul di lapangan untuk mendapatkan tugas berikutnya.

Bapak pelatih sudah berdiri di depan lapangan. Sebelum di mulai tugas selanjutnya, pak pelatih menyelipkan peraturan baris berbaris. Dengan di berikannya bekal peraturan baris berbaris, diharapka dapat menumbuhkan sikap jasmani yang tegap tangkas, rasa disiplin dan rasa tanggung jawab.
Pelatih mulai memberikan aba-aba kepada mereka.

"Kepada pemimpin komandan hormat gerak! .... Tegak Gerak!"

"Hadap Kanan gerak!"

"Setengah lengan lencana kanan gerak! Berhitung mulai!"

Murid yang berada di barisan paling depan menoleh kepalanya ke kanan. Saat kata 'mulai' diucapkan, barisan depan dengan bergilir berhitung sambil menoleh ke kepalanya ke depan.

"Cukup!"

"Tegak Gerak!"

"Istirahat di tempat gerak!"

Sedari tadi berdiri sigap, sekarang mereka bisa merenggangkan badannya yang pegal.

"PBB untuk kali ini cukup sekian. Acara selanjutnya adalah kepedulian lingkungan."

"Sikap duduk gerak! Silahkan!"

Setelah PBB yang cukup melahkan, komandan menyuruh semua murid untuk duduk beristirahat. Komandan memperbolehkan mereka untuk minum air putih yang telah di sediakan di pinggir lapangan.

"Dalam kegiatan ini semua murid wajib membawa 30 sampah di kantong plastik masing-masing. Setelah di rasa cukup, tuangkan isi kantong plastik pada tong sampah ini. Secara otomatis tong sampah akan menghitung jumlah sampah yang mereka bawa. Cari sampah di tempat manapun, dan kembali ke lapangan pada pukul 15.00."

Komandan memberi petunjuk sekaligus perintah kepada murid-murid. Dengan estafet, semua pak TNI memberikan kantong plastik ke masing-masing murid.

"Hati-hati saat mencari sampah. Pastikan lingkungan kita bebas dari sampah. Selamat mengerjakan tugas!"

***

Bersama regunya, Irvan, Satya dan Alfa mencari sampah di sekitar barak. Selama kemah ini mereka belum bertemu dengan Eki dan Naufal, pasalnya mereka berdua sudah beda regu dan kelas.

Lingkungan sekitar barak ini begitu bersih, bahkan tak melesat satu sampah pun di sini. Mereka memutuskan untuk keluar dari lingkungan barak menuju lingkungan warga, berharap bisa menemukan sampah.

Irvan masuk ke selokan kecil milik warga untuk mengambil sampah daun yang terjebak disana. Sungguh ini benar-benar luar biasa, lingkungan daerah ini sangat bersih. Sulit bagi mereka untuk menemukan sampah plastik di sini.

"Kalau kita carinya bareng-bareng nggak akan kelar sampai besok pun. Lingkungan ini begitu bersih, mending kita mencar aja. Cari sampah sesuai yang di perlukan, setelah itu kembali ke barak untuk membersihkan diri."

Irvan selaku ketua regu memberikan perintah kepada anggotanya. Dirinya frustasi karena selama 1 jam ini, dirinya baru mengumpulkan 10 sampah di dalam kantong plastik. Irvan berpikir, jika saja dirinya mengetahui kegiatan ini sejak awal, dirinya mesti membawa sampah-sampah yang bergeletakan di rumahnya untuk di masukan kedalam kantong plastik.

Alfa melihat kearah deretan pohon Pinus yang begitu sepi dan sunyi. Tempatnya begitu hijau dan asri. Alfa melangkahkan kakinya masuk kedalam hutan Pinus, dirinya begitu kepo dengan isi hutan ini.
Menikmati keindahan pohon Pinus yang rindang, Alfa menemukan beberapa sampah di sekitar sini, seperti  botol plastik, minuman kaleng, dan kemasan lainnya. Apakah ada seseorang di sekitar sini? Alfa kembali melangkahkan kakinya kedalam hutan, mencari sampah lain yang berserakan di hutan. Jauh di pojok hutan, ada banyak basecamp tempat kemah. Alfa semakin yakin jika sampah yang berserakan di hutan ini adalah ulah orang yang berkemah di sini. Semakin dalam dirinya masuk ke hutan, semakin Alfa sudah keluar dari deretan pohon-pohon Pinus ini.

Kantong plastik yang di bawanya sudah penuh. Alfa lupa jalan mana yang ia ambil tadi. Sepanjang kiri kanannya hanya ada pohon Pinus yang lebat. Basecamp yang tadi terlihat di mata Alfa sekarang sudah tidak terlihat lagi. Alfa sadar jika dirinya terlalu dalam memasuki hutan ini.

Alfa melihat jalan setapak tak jauh dari lokasinya. Buru-buru Alfa berlari menuju jalan setapak. Dirinya terlalu bersemangat untuk tiba di sana, hingga tak menyadari ada jurang di hadapannya.

"Tolong... Tolong..."

***

Abel dan regunya berjalan menuju pohon Pinus yang berjarak dekat dengan baraknya. Kantong plastik mereka sudah hampir penuh, butuh beberapa sampah lagi untuk menyelesaikan tugas ini.
Dalam regu Abel, Vanes masih masuk kedalam anggotanya. Karena sudah sejak kelas 10 Vanes satu anggota dengan mereka. Kaila sangat geram setiap kali dirinya melihat Vanes, wanita itu selalu mengambil bagian sampahnya dan memasukannya ke dalan kantong plastik Vanes.

"Itu gue dulu yang dapat anjir." Kaila berteriak saat sampah yang sudah ia pegangnya di tarik paksa oleh Vanes. Apa yang sebenarnya cewek ini mau? Mengapa terus saja menganggu kehidupannya?

"Gue yang lari ke sini dulu. Lo yang ngikutin gue," ujar Vanes tak mau kalah.
Vanes berjalan angkuh mengambil satu per satu sampah yang dilihatnya. Vanes melihat Abel yang tertinggal jauh di belakang sana. Bibirnya tersenyum getir, idenya kembali muncul. Vanes memutar arah panah yang berada di hutan, ke sembarang arah.

"Buruan cepet-cepet biar nggak kena sanksi." Vanes mengajak rombongannya agar cepat-cepat keluar dari hutan.
Abel syok saat melihat teman-temannya sudah tidak ada lagi di hadapannya. Abel bingung kearah mana dirinya pulang, hutan ini sangat lebat dan luas semua jalannya sama miripnya.

Abel melihat tanda anak panah yang mengarah ke samping kiri. Abel mengikuti panah tersebut. Kepalanya mengok ke kanan dan ke kiri, hutan ini mulai gelap dan dirinya sendirian di tengah hutan. Abel semakin takut saat dirinya tidak menemukan rombongan temannya, Abel merasa sudah berada jauh di dalam hutan.

"Apakah ada orang di sini?" Abel berteriak mencari bantuan. Dirinya sangat takut sekarang ini. Hutan ini begitu sepi dan gelap. Setetes air mata keluar dari pipinya.

"Ya Tuhan... Gue mohon tolongin gue, Apakah ada orang di sini?" Badan Abel gemetaran, dinginnya hutan ini membuat Abel semakin lemas.

"Tolong... Tolong...."

Abel mendengar suara cowok tak jauh dari tempatnya berdiri. Abel berjalan mendekati sumber suara. Matanya membulat kaget saat melihat seorang yang dikenalnya berada di sana.

"Alfa!"

AlfAbel [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang