Sebelum berangkat ke asrama tentara, tempat berlangsungnya pendidikan karakter, semua murid berkumpul di lapangan untuk diberikan pengarahan. Kepala sekolah memberikan pesan agar berhati-hati dalam bertindak dan tidak boleh membuat keonaran yang dapat mencoreng nama baik sekolah.
Sekarang ini adalah musim dingin, kepala sekolah mempertegaskan kembali agar membawa jaket di dalam ranselnya.
Masih ada waktu sekiranya setengah jam untuk menunggu truk polisi datang menjemput murid. Waktu itu masih bisa dipergunakan untuk mengambil jaket atau baju hangat bagi yang belum membawanya.
Polisi dan tentara bekerjasama dalam pelatihan pendidikan karakter ini. Pada kesempatan ini mereka akan dilatih oleh tentara.
Truk polisi berjejer rapi di lapangan utama. Truk inilah yang akan mengangkut murid-murid untuk membawanya ke asrama. Sebelum berangkat mereka semua berdoa, agar selamat sampai tujuan dan kembali dengan selamat.
"Anak-anak di setiap kaca truk ada kelas masing-masing. Jadi perhatikan baik-baik truk yang akan kalian masuki."
Abel berjalan mengikuti rombongan kelasnya, mencari truk yang bertuliskan 12 IPS 2. Sambil menggendong tas kedua tangan kanan dan kiri mereka penuh membawa tikar dan kayu.
Irvan dan murid laki-laki yang lain sudah stay di atas truk. Mereka mengambil satu persatu kayu, tikar, dan ransel milik teman-temannya agar di rapikan terlebih dahulu di dalam truk.
Satya mengambil kayu yang di sodorkan oleh temannya untuk di masukan ke dalam truk. Irvan mengambil tas yang di sodorkan oleh temannya, sementara Alfa mengambil tikar yang diberikan oleh temannya. Yang lain merapikan posisi barang bawaan agar masuk di dalam truk dan tidak menghalangi saat duduk nanti.
"Gue mau naik keatas."
Kaila meraih tangan Satya yang berada di atas truk. Kebetulan semua barang bawaan sudah beres dirapikan oleh anak laki-laki.
"Gue juga mau naik."
Alfa menyodorkan tangannya pada Abel, saat Abel ingin meraih tangan Alfa, Vanes sudah lebih dahulu meraih tangan Alfa. Vanes tersenyum getir kearah Abel, membuat mood Abel pagi ini hancur. Irvan menyodorkan tangannya pada Abel menyuruh Abel agar cepat-cepat naik ke atas truk.
Perempuan akan duduk di bagian dalam, sementara laki-laki menunggu perempuan mengatur tempatnya. Jika tidak ada lagi bangku yang bisa di tempati, maka anak laki-laki akan berdiri bergelantungan di pinggir truk. Truk ini ditutup dengan penutup yang berukuran sedada anak laki-laki, jadi terbilang aman jika mereka berdiri dipinggir situ.
"Pak tentara musiknya dong," teriak salah satu siswa dari belakang truk.
"Asiapp."
Tentara ini begitu ramah dan asyik, tidak terlihat ngeri seperti yang orang-orang bilang. Sambil menunggu tiba ke lokasi tujuan, mereka menikmati musik yang si setel oleh Pak tentara.
"Pak nanti kita di apain aja di sana?"
"Kalian request mau di apain nanti saya turutin."
"Autbond Pak ."
"Rebahan aja boleh nggak pak?"
"Api unggun 3 hari 3 malam pak."
Semua murid merespon dengan penuh canda tawa. Rasanya bukan seperti kemah melainkan study tour ke alam bebas.
Semua murid menikmati keindahan alam di atas bukit ini. Kiri kanan berisi pohon Pinus yang sangat indah. Tak jauh dari lokasi asrama ada tempat wisata alam. Ini benar-benar kemah terbaik. Udaranya begitu segar dan bersih. Siapapun yang menghirupnya akan betah.
Ini masih pagi tetapi udaranya menusuk hingga tulang. Bagaimana jika malam nanti? Pantes saja kepala sekolah menegaskan muridnya agar membawa jaket.
Mereka semua turun dari truk saat truk sudah berada di lapangan asrama. Banyak dari mereka yang memeluk badannya erat-erat karena udara dingin di tempat ini, udara di tempat ini sangat cocok untuk rebahan.
"Untuk murid kelas 12 SMA Citarum segera berkumpul di lapangan utama untuk pembukaan acara. Baris sesuai kelas masing-masing membentuk formasi U."
Baru saja turun dari truk, murid-murid berlarian untuk menempatkan diri di lapangan utama. Badannya begitu pegal karena membawa tas dipunggung, dan tikar di tangannya. Untuk kayu bakar, mereka sudah mengumpulkannya kepada pak tentara.
"Terimakasih karena sudah berkumpul tepat waktu di lapangan ini, mari bertepuk tangan untuk kita semua."
Tepukan terdengar di lapangan besar ini. Rasanya rame sekali saat murid-murid menambahkan sorakannya.Upacara pembukaan pun dimulai dengan hikmad. Mereka dapat menyaksikan petugas upacara yang semuanya adalah tentara. Di akhir upacara, terdapat dua perwakilan siswa siswi untuk diberikan pita biru sebagai tanda penyambutan.
"Karena udara di tempat ini dingin, dan ini juga perintah dari kepala sekolah. Maka saya memperbolehkan kalian semua diatas pukul 18.00 untuk menggunakan jaket. Sekarang kalian bisa bersiap untuk menempatkan diri sesuai barak. Di setiap barak sudah ada nama kelas, kalian masuk."
***
Abel menggelar tikar untuk regunya, bersama temannya dirinya mengatur tempat tidur untuk isirahatnya. Tas ransel ia jejerkan di bersandar di tembok, sementara barang yang lain ia taruh di luar barak.
"Rebahan dulu enak nih, sebelum dipanggil ke lapangan lagi."
Kaila merebahkan tubuhnya di atas tikar yang baru digelarnya. Dirinya benar-benar lelah karena perjalanan yang lumayan jauh ini. Dari balik jendela, Abel melihat pemandangan pohon Pinus. Sungguh indah sekali.
"La ada yang jualan bakso Lo mau nggak?" tanya Abel pada Kaila yang dijawaban dengan anggukannya.
Mereka keluar dari barak untuk membeli bakso yang lokasinya tak jauh dari barak. Vanes sudah berada di tempat bakso itu, bersama salah satu teman sekelasnya. Saat sedang mengantri untuk memesan, Vanes menyenggol tubuh Kaila keras, Abel yang berada di sebelah Kaila tersungkur jatuh ke tanah.
"Aduhh kurang ajar Lo ya," teriak Kaila geram, lagi-lagi Vanes berbuat ulah.
Dengan sengaja Vanes mengunjak telapak tangan Kaila yang sedang terjatuh."Vanes apa yang Lo lakuin?"tanya gadis yang berada di samping Vanes.
"Ups maaf tidak sengaja." Vanes makin menekankan injakannya.
"Awww sialan ya Lo," teriak Kaila kesakitan.
"VANESS." Suara gadis di sebelah Vanes semakin keras. Apa yang sebenarnya Vanes lakukan? Mengapa dirinya melakukan hal semacam ini kepada temannya sendiri?
Vanes berjongkok, ingin membantu Kaila yang terjatuh. Kaila menepas tangan Vanes dengan keras, dengan segera Abel membantu Kaila untuk bangkit. Kaila mengangkat tangannya ingin rasanya menampar wanita di hadapannya. Abel menarik tangan Kaila mengeluarkannya dari situasi tersebut.
"Lihat kan apa yang sudah Vanes lakukan? Lo nggak pantes punya teman Nes." Kaila berbicara pada teman sekelas yang dibawa oleh Vanes.
Melihat kenyataan yang terjadi di hadapannya, gadis itu memundurkan langkahnya menjauh dari Vanes. Ia tidak percaya dengan apa yang telah dilakukan Vanes ini, gadis yang ia favorit kan karena kepintarannya, ternyata memiliki akhlak yang rendahan. Dirinya melihat dengan jelas kesengajaan yang dilakukan oleh Vanes, tetapi cewek itu tidak merasa bersalah sedikitpun. Gadis itu berlari menyusul Kaila dan Abel yang sudah lebih dulu pergi, dirinya meninggalkan Vanes sendirian di tempat itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
AlfAbel [END]
Teen FictionDi kursi panjang ini ku dudukan badanku Menatap kerinduan bintang malam Angin malam megingatkanku Akan lembaran kecil puisi kenangan Tentang tawa yang menggetarkan hatiku Tentang senyum yang menenagkan Dimana rembulan tersenyum padaku Membisikan ray...