Kenyataanya

796 183 58
                                        

Melalui gerbang samping ber cat biru, Alfa memasuki sekolah kebanggaannya dan bergegas menuju kantin. Ditengah-tengah perjalanan, Alfa berpapasan dengan Abel yang membawa kedua temannya. Alfa menatap Abel sinis, begitu juga dengan Abel yang menatap Alfa sinis. Tanpa sadar, Alfa memperhatikan bentuk tubuh Abel dari ujung rambut hingga ujung kaki.

Abel merasa salting di buatnya. Apa yang sebenarnya cowok ini lakukan abel mencoba menunduk mengalihkan pandangannya kepada Alfa. Pipinya sudah memerah karena ulah Alfa. Dengan cepat Abel berjalan meninggalkan Alfa yang berada di hadapannya.

***

Abel bertemu dengan Naufal saat dirinya dan kedua temannya memasuki warung makan gado-gado. Naufal yang tidak mengetahui kedatangan mereka, terus melamun dan menatapkan pandangannya ke luar jendela kayu. Kaila berdehem pelan di hadapan muka Naufal, karena kaget, pemuda itu menyipratkan sedikit air teh yang baru saja diminumnya.

"Hasyimm-" bersin kecil Naufal.

"Mas kalau makannya sudah selesai, jangan lupa dibayar. Gado-gado kemarin aja belum dibayar udah main lari," tegas si ibu penjual dan mengundang tawa ketiga temannya.

"Iye..iye.."

Kaila mencubit tangan kanan Naufal, pemuda itu terus mengaduh-aduh kesakitan. "Hey.. apa yang lo lihat! Sampai ngelamun kagak kedip gini. Lo ngelihat yang enggak-enggak ya?"

"Aduhh... lepasin! Sakit tau!" rintihnya kesakitan.

Vanes dan Abel menduduki meja kosong. Abel mengambil satu mendoan hangat yang telah disediakan di meja hadapannya, sementara Vanes masih memesan sarapan untuk kedua temannya itu.

Sekilas, Abel menatap Kaila yang sedang mengganggu sarapan pagi Naufal. Abel tersenyum kecil saat mereka berdua memperebutkan kursi yang sejak awal telah diduduki oleh Naufal. Tatapannya beralih keluar, dimana daun-daun rindang yang hijau bergerak-gerak mengikuti irama angin. Abel menarik napasnya pelan ketika pesanan sudah siap di mejanya.

"Itu bukanya Satya ya?" teriak kecil Vaness, jarinya telunjuknya mengarahkan kearah kursi kayu panjang dibawah pepohonan.

"Satya dengan Karen?" ujar Abel pelan, matanya masih mengarah ke kursih kayu panjang itu.

"Itu yang gue lihat sedari tadi." Naufal mulai mengeluarkan suaranya, meskipun sedikit kaku dan gemetar.

"Kenapa lo nggak bilang dari awal?" ujar Kaila menahan air matanya. Kaila menatap pemandangan yang berada persis di samping kanannya. “Bel cewek yang bersama Satya itu bukannya kita pernah lihat sebelumnya ya?”

“Itu cewek yang sama Monic waktu pertama kali aku di Tarik itu bukan sih?” tanya Abel meastikan. “Kalau nggak salah sih namanya Karen.”

Kaila menyipitkan matanya, begitupun dengan Vanes yang berada di samping Abel. Karen? Nama yang tidak asing bagi mereka. Jika tidak salah Kaila pernah mendengar nama ini dari mulut Vanes.

“Karen tuh cewek satu band dengan Irvan. Lo yakin dia yang ngelakuin ini? kalau gue denger-denger sih orangnya baik, cuman gara-gara gue salah paham sama Irvan gue sempat benci ma dia.”

Naufal memasang telinganya peka-peka. Gosip apalagi hari ini, kenapa dirinya tidak mengetahui hal ini sebelumnya. Jika cewek yang bernama Karen tadi adalah rekan Irvan lalu mengapa Irvan berbohong tidak mengenal cewek itu.
Naufal menuntun Kaila untuk menemui Satya. Naufal tidak hanya ingin Kaila untuk menemui Satya saja, dirinya juga ingin mengetahui hubungan apa yang temannya lakukan dengan si anak buah Monic itu.

"Oh jadi gini ya di belakang gue. Berani-beraninya lo. Ahh sudahlah GUE BENCI SAMA LO SATYA," ujar Kaila penuh penekanan terutama di bagian kata 'benci'. Kaila menganggap hal ini wajar, pasalnya wajah Karen yang manis itu pasti membuat kebanyakan pria terpesona terhadapnya. Dibandingkan dengan dirinya sendiri Karen jauh lebih unggul.

AlfAbel [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang