Sepulang dari kantin tadi, Abel sempatkan dirinya pergi ke koperasi. Karena ruangan koperasi yang tidak cukup besar dan banyaknya pengunjung, membuat Abel tidak dapat bergerak bebas didalam sana.
"Huhhh, cuman beli dua bulpoin aja ngantrinya kayak ngantri sembako," keluhnya saat berhasil keluar dari keramaian koperasi.
"Lo lama banget sih, gue capek nungguin lo. Mana gue nunguinnya sendirian lagi, kayak jomblo aja!" ujar Kaila yang menunggu di bangku dekat koperasi.
"Emang lo jomblo kan?" ejek Abel yang terkekeh geli karena temannya yang satu ini sudah lupa dengan statusnya sekarang ini.
"Ehhh..."
"Yaudah yuk ke kelas!"
Abel berjalan menuju kelas dengan santai. Tiba-tiba dari arah samping kanan dan kiri, tangan Abel ditarik ke belakang. Abel berusaha melepaskan tangannya dari mereka, tapi sayangnya kekuatan Abel tidak sebanding dengan kekuatan mereka.
Kaila yang berusaha membantu Abel juga kalah badan dengan mereka. Sekarang mereka berempat sudah menjadi pusat perhatian di tengah lapangan ini. Agar tidak terjadi keributan, kedua gadis itu segera membawa Abel pergi dari lapangan ini.
Kaila mengejar mereka yang telah membawa Abel pergi tanpa alasan yang jelas. Karena lari mereka yang sangat cepat, Kaila tertinggal jauh di belakang mereka. Kaila terus berusaha mengejarnya, dan sampai akhirnya mereka yang menarik Abel berhenti di taman belakang yang sepi dilewati orang.
"Huhh... akhirnya berhenti juga," keluh Kaila sambil mengusap-usap lututnya.
"Kak kenapa saya di bawa kesini?" tanya Abel bingung.
Dari belakang pohon mangga, keluar seorang gadis berambut pendek sebahu. Gadis itu menepuk-nepukan tangannya, membuat Abel terkejut takut.
"Kak Monica!" Ujar Abel tergagap-gagap. Monica, anak voly yang famous di sekolah ini. Parasnya yang cantik dan gaya bahasanya yang tegas, membuat kebanyakan cowok terpana kearahnya. Sedangkan yang tadi menarik Abel, Karen dan Giselle mereka juga anak Voly tapi tidak sefamous Monic.
"Gue heran, kenapa Alfa bisa nge boncengin lo kemarin? Cantik dari mananya coba?" Monic berjalan memutari Abel, gadis ini melirik-lirik Abel mulai dari ujung rambut hingga ujung kaki.
"Alfa? Alfa siapa? Alfariel?" Abel tak henti-henti nya bertanya.
"Ya iyalah. Cowok yang sudah beberapakali lo tembak, dan sudah beberapakali juga lo di tolak!" ujar Monic lantang. Monic tertawa jahat, dia mengetahui banyak tentang kegiatan apa saja yang dilakukan Abel kepada Alfa.
Tetttttt.....
Bunyi lonceng tanda jam istirahat telah usai, inilah waktunya untuk para siswa memasuki kelasnya dan memulai pelajaran berikutnya. Tetapi tidak untuk murid-murid di sekolah ini, meskipun lonceng sudah berhenti berbunyi mereka masih bersantai-santai seperti jam istirahat sebelumnya.
Abel memejamkan matanya rapat-rapat mulutnya tergagap. Dalam hatinya ia bertanya bagaimana bisa kak Monic yang sefamous ini bisa mengenal dirinya dan kegiatannya.
"Lalu apa masalahnya? Memang benar gue sering nembak Alfa, dan benar juga gue sering di tolak Alfa. Tapi gue berani maju di hadapannya, mengungkapkannya secara langsung. Enggak kayak lo, yang diam-diam suka, tapi malah membuat masalah ke orang lain." Abel berbicara tak kalah lantangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AlfAbel [END]
Teen FictionDi kursi panjang ini ku dudukan badanku Menatap kerinduan bintang malam Angin malam megingatkanku Akan lembaran kecil puisi kenangan Tentang tawa yang menggetarkan hatiku Tentang senyum yang menenagkan Dimana rembulan tersenyum padaku Membisikan ray...