Ini hari pertama Abel masuk di kelas 12. Sekarang dirinya merupakan angkatan tertua di sekolah ini. Ngomong-ngomong jika berbicara mengenai kelas 12, Abel jadi teringat akan janjinya dulu. Abel ingin sekali memperbaiki nilainya dan mendapatkan posisi sejajar dengan Alfa. Sejajar dengan Alfa, ini merupakan impian tersulitnya dibanding masuk ke universitas impian. Tetapi Abel harus yakin, Abel harus bisa sejajar dengan Alfa agar cowok itu tidak lagi memandang remeh dirinya.
Kelas 12 ini tempat duduk tidak di atur seperti sebelumnya, mereka berhak duduk dengan siapa saja dan dimana saja. Abel memilih sebangku dengan Kaila, dan duduk di bangku tengah urutan depan. Ke seriusannya untuk mengambil, membuat Abel memberanikan diri duduk di depan.
"Abel kita beneran nih duduk di bangku depan?" tanya Kaila memastikan.
"Beneran lah. Kita itu udah kelas 12, nggak boleh menyia-nyiakan materi yang di sampaikan oleh guru. Mari kita berubah menjadi anak ambis."Abel mengatakan dengan penuh percaya diri. Sebenarnya dirinya juga tidak yakin untuk duduk di bangku depan tengah seperti ini.
Dengan berlegak sombong, Vanes datang dan duduk di bangku depan pojok kiri. Tanpa menyapa, Vanes meletakkan tasnya dan mengambil buku catatan di dalam tasnya. Di bacanya buku catatan itu.
"Anjir ranking 10 paralel sok iye banget. Buku apa tuh? Baru aja masuk kelas 12 udah nyicil materi aja," sindir Kaila yang berada di sebelahnya. Kaila masih geram dengan tingkah Vanes yang kurang ajar waktu itu.
"Biarin aja La. Anak ambis beda."
Kaila duduk di bangkunya menghadapkan badannya kearah Abel. Kaila tidak ingin melihat wajah orang yang telah berkhianat dengannya.
Pagi ini kelas di isi oleh wali kelas yang memberi sambutan dan arahan karena telah berhasil menjadi murid di kelas 12. Pak Brian mengucapkan selamat kepada murid-muridnya, karena tahun ini angkatan terbaik dengan perolehan nilai tertinggi di raih oleh kelas ini.
Tentu saja Alfa adalah suhunya. Berkatnya, kelas ini terpilih menjadi kelas terbaik di angkatannya. Pak Brian juga menyampaikan jika lusa akan diadakan bimbingan karekter yang dilakukan selama 3 hari berturut-turut .
"Anak-anak sesuai peraturan sekolah yang ada, baik murid kelas 10, 11, dan 12 akan dilakukan pendidikan karekter. Karena kelas 12 nanti sibuk dengan ujian ujian, maka sekolah telah memajukan jadwal khusus kelas 12 untuk bimbingan karekter besok lusa. Diharapkan untuk mempersiapkan keperluan untuk kemah ini."
Setiap sekolah memiliki peraturannya masing-masing, begitupun sekolah Abel. Di sekolah ini bimbingan karakter setahun sekali wajib, hal ini dikarenakan bimbingan karakter perlu ditanamkan pada remaja.
Bimbingan karakter merupakan bentuk kegiatan manusia yang di dalamnya terdapat suatu tindakan yang mendidik diperuntukkan bagi generasi selanjutnya. Tujuan pendidikan karakter adalah untuk membentuk penyempurnaan diri individu secara terus-menerus dan melatih kemampuan diri demi menuju kearah hidup yang lebih baik.
Di sekolah Abel pendidikan karakter hampir mirip acaranya seperti Pramuka, seperti memakai seragam atribut Pramuka, adanya api unggun, dan pentas seni. Hanya saja ada tambahan mengenai penjelasan kepemimpinan, sharing-sharing, pelayanan terhadap masyarakat, dan pengembangan inovasi. Selain mendapatkan wawasan kita juga mendapatkan ilmu bagiamana cara membuat alat inovasi.
"Aduh males banget. Awal pertemuan udah langsung kemah. Pegel-pegel nih badan gue." Kaila berbisik pelan ketelinga Abel, mencegah suaranya bocor ke telinga Pak Brian. Tak hanya Kaila, Abel juga males untuk mengikuti acara ini.
***
Abel menata barang-barang yang akan ia bawa saat pendidikan karakter nanti. Mendata satu persatu barang agar tidak ada yang tertinggal. Abel sangat takut jika dirinya di beri sanksi karena tidak membawa peralatan yang di suruh.
Tahun lalu dirinya pernah lupa membawa piring untuk makan, dan sanksinya Abel harus makan bersamaan dengan teman yang tidak membawa piring dengan wadah ember.Memikirkannya saja membuat Abel mual, untung saja Abel menelpon Abangnya untuk membawakannya piring. Kebetulan kampus abangnya tidak jauh dari lokasi kemah Abel. Abel tidak ingin melakukan kesalahan seperti dulu lagi.
"Alat makan, obat-obatan, alat tulis, perlengkapan mandi, seragam olahraga dan perlengkapan prmauka. Kurang apa lagi nih?"
Abel mengecek satu per satu barang yang ia kumpulkan di sebelah tas. Matanya mencari buku note yang baru saja ia buat untuk mendata keperluannya.
Ponsel Abel berdering, segera Abel membuka pesan yang masuk.From: Kaila
Abel gue belum dapat kayu. Mintol Abang
Lo cariin kayu dibelakang rumah Lo dong.Abel teringat jika dirinya harus mengumpulkan dua kayu untuk acara api unggun. Abel mencari keberadaan Abangnya, menyuruh abangnya untuk mencarikan kayu bakar.
"Bang dipanggil dari tadi, nyaut kek." Abel menemukan Abangnya di halaman belakang rumah, menatap layar laptop dengan serius.
"Apaan ganggu aja. Awas-awas." Pria itu berdiri dari tempat duduk, sepertinya dia sedang tergesa-gesa.
"Bang Gilang mau kemana?"
"Kampus ada rapat dadakan."
Abel mendengus kesal saat abangnya lewat meninggalnya."Bisa tolong ambiliin gue Kayu nggak buat kemah besok? Suruh bawa kayu bakar nih?"
"Ambil sendiri aja ranting di belakang. Jangan ambil kayu yang besar, susah."
Bang Gilang berteriak saat menjawab pertanyaan Abel. Dirinya sudah terlambat untuk datang ke kampus. Bang Gilang menancapkan gas, meninggalkan rumahnya.
Bingung dengan situasi yang terjadi. Abel segera menghubungi Kaila.
To: Kaila
La gimana nih Abang gue dah berangkat ngampus. Katanya sih suruh ambil ranting aja di belakang, tapi gue nggak berani ambil sendirian.
SendTak butuh waktu lama, Kaila membalas pesan singkatnya.
From Kaila
Gue otw rumah lu***
Satya memanjat pohon mangga dibelakang rumah Abel. Tangan kirinya memegang erat tangkai kayu yang kokoh, tangan satunya memegang gergaji. Satya memposisikan badannya agar seimbang di atas tangkai kayu, gergaji di tangannya mulai memotong ranting-ranting.
Beberapa ranting kecil sudah ada yang tumbang, sebelum Satya menaiki pohon ini. Rantingnya memang tak begitu tebal, tetapi tetap saja perlu tenaga yang kuat untuk memotong ranting."Kurang dua lagi Sat, kayu bagian Lo. Gue dan Abel udah dapet nih."
"Kurang ajar," umpat Satya dari atas pohon.
"Semangat Satya. Cowok nggak boleh lemah."
Tangannya memerah karena gesekan kayu yang bertekstur keras. Badannya sudah gatal karena semut yang masuk kedalam kaosnya. Diatas sana Satya terus saja mengaduh kesakitan.
"Bebeb gue Satya kiyowo. Saranghae." Kaila mencoba memberikan semangat kepada doinya. Rasanya ingin tertawa melihat ekspresi lucu Satya.
Satya yang berjuang untuk mengambil ranting di pohon tetapi mereka dibawah tidak menyisakan satu rantingpun untuknya.
Kaila menelpon Satya untuk mengantarkannya ke rumah Abel, sekalian menyuruh Satya untuk mengambil Ranting kayu. Satya juga memberitahu Kaila jika dirinya belum mendapatkan kayu untuk api unggun besok. Kaila berpikir jika Satya juga bisa mendapatkan ranting kayu dari rumah Abel. Ini lah yang dinamakan saling menguntungkan.

KAMU SEDANG MEMBACA
AlfAbel [END]
Fiksyen RemajaDi kursi panjang ini ku dudukan badanku Menatap kerinduan bintang malam Angin malam megingatkanku Akan lembaran kecil puisi kenangan Tentang tawa yang menggetarkan hatiku Tentang senyum yang menenagkan Dimana rembulan tersenyum padaku Membisikan ray...