Pelaku Sebenarnya

13 0 0
                                    

Pelajaran hari ini adalah seni musik. Sebelum bel masuk berbunyi, anak kelas 12 IPS 2 sudah tiba di ruang musik. Materi kali ini adalah pengarahan mengenai ujian praktik yang akan di ujikan bulan depan.

Pak Aji menunjuk Irvan untuk mempraktikan cara menggunakan alat musik gitar yang benar. Irvan mengambil gitar yang ada di pojok ruangan, memberi contoh kepada teman-temannya bagaimana cara menggunakan alat musik itu dengan baik.

"Nah seperti itu anak-anak cara menggunakan alat musik gitar. Sebelum menggunakannya, kita harus setting gitar terlebih dahulu agar suaranya tidak fals. Cara settingnya dengan memutar pojok gitar."

Pak Aji mengambil satu gitar lagi yang berada di pojok ruangan, mencotohkan kepada muridnya cara setting alat musik gitar, "Nah seperti ini. Selanjutnya alat musik keyboard, Alfa silakan mencontohkannya."

Alfa duduk di bangku tinggi depan keyboardnya. Jari jemarinya menari indah di atas keyboard. Semua yang berada di ruang musik menikmati penampilan Alfa. Nadanya begitu halus dan tenang, membuat siapapun yang mendengarnya akan terenyuh.

"Bagus sekali Alfa." Pak Aji memberikan apresiasi kepada Alfa, menepuk tangannya dan di ikuti oleh anak muridnya.

"Tidak hanya dalam gitar saja, semua alat musik juga memiliki settingan tersendiri. Begitu juga dengan Keyboard. Setting keyboard berada di atas balok angka. Kalian bisa lihat sendiri, ada banyak tombol di atas balok ini. Ini semua adalah pemograman keyboard. Setiap tombol yang kita tekan akan menghasilkan nada dan irama yang berbeda. Dari situ kita memilih nada yang mana yang cocok dengan suara kita."

Pak Aji menjelaskan panjang lebar mengenai alat musik yang akan dipergunakan untuk ujian praktik nantinya. Murid-murid memperhatikan penjelasan yang diberikan oleh Pak Aji. Mereka juga tak sabar untuk menggunakan alat-alat musik yang ada di ruangan ini.

"Untuk Alfa dan Irvan saya ucapkan terimakasih. Untuk selanjutnya saya berikan waktu kepada anak-anak untuk belajar menggunakan alat musik. Nantinya dalam penilaian ujian praktik bapak akan menilai cara kalian mengaplikasikan penggunaan alat musik yang kalian pilih."

Sontak semua murid berdiri untuk mendapatkan alat musik yang mereka incar. Karena keterbatasan jumlah alat musik, jadi tidak semua siswa memegang satu alat musik. Mereka harus membentuk kelompok untuk menggunakan alat musik bersama.

Abel mengambil gitar yang masih tersisa satu. Di cobanya gitar itu dengan hati-hati. Meskipun beberapa kali berlatih gitar dengan kakaknya, Abel masih belum bisa menghasilkan suara yang merdu dari gitar.

Abel mencoba untuk memetik asal gitarnya, dirinya lupa mengenai kunci-kunci gitar yang pernah dipelajarinya. Abel sangat frustasi saat hasil suara yang keluar dari gitar tak sesuai dengan ekspektasinya.

"Udah ah gue nggak mau praktik pake gitar, alat musik lain aja."

Baru saja Abel akan meletakkan gitarnya pada tempatnya, jari-jari tangan Abel dibenarkan untuk membentuk suatu kunci gitar.

"Ini kunci G."

Abel kaget saat Alfalah yang memegang tangannya untuk membenarkan posisi kunci gitar yang salah. Abel semakin dibuat deg-degan atas tingkah manis Alfa kali ini. Tak bisa menahan hatinya, Abel memegang balik tangan Alfa yang masih menempel di jari-jari nya. Gadis ini tersenyum manis kearah Alfa.

***

Satya menarik tangan Kaila, mengajak cewek itu menuju parkiran. Kaila berusaha melepas genggaman tangan Satya, tetapi tenaganya tidak sebanding dengan cowok itu. Kaila sangat kesusahan untuk melepas genggaman Satya.

"Lo mau bawa gue kemana?"

"Lo ikut gue, gue akan buktiin kalo gue itu tidak bersalah."

"Iya tapi lepasin tangan gue dulu. Sakit tau."

Satya melepaskan genggamannya, membiarkan Kaila berjalan di hadapannya. Satya mengeluarkan motor dari parkirannya, menyuruh Kaila agar segera naik di motornya.

Tepat di rumah makan sederhana Satya memberhentikan motornya, memarkirkannya di halaman tempat makan. Kaila mengerutkan keningnya bingung, apa yang akan Satya lakukan di tempat ini.

"Sat gue mau bukti bukan mau makan."
Kaila mendengus kesal, lagi-lagi Satya menarik tangannya. Cowok itu menyuruh Kaila agar segera masuk ke dalam rumah makan.

"Mau pesan apa?" tanya Satya santai.

"Satya gue mau-,"

"Bentar lagi Irvan kesini, nungguin Karen lagi rapat online. Lo bisa tanya sepuasnya kepada Karen. Biar nggak tambah emosi, makan dulu gih."

Kaila menjitakan tangannya ke jidat Satya. Dirinya benar-benar kesal dibuatnya. Tetapi karena cowok itu memaksanya untuk memesan makanan, maka Kaila tidak menolaknya.

Tak tunggu lama Irvan dan Karen datang menghampiri mereka. Karen tersenyum ramah dan berusaha menyapa Kaila, tetapi cewek yang disapanya malah cemberut mengabaikan. Karen duduk di bangku samping Irvan.

"Kalian mau pesen apa?" tanya Satya pada mereka.

"Samaain aja dengan kalian."
Karen menarik napasnya dalam-dalam kemudian menghembuskannya, berusaha tetap tenang dihadapan Kaila.

"La gue minta maaf, karena waktu kemarin gue pulang di bonceng Satya. Waktu itu gue dapat tugas untuk melatih band di eskul sekolah, dan gue benar-benar nggak tau kalo ada skandal yang mengatasnamakan nama gue." Karen mengambil ponsel dari tasnya, lalu memberikannya kepada Kaila.

"Lo bisa cek email gue, alamat email gue, dan galeri gue. Silakan gue bebasin ke elo."

Kaila mengambil ponsel milik Karen lalu mengeceknya dengan alamat email yang menjebaknya. Benar saja alamat email itu tidak ada di ponselnya Karen, ini bukan alamat email milik Karen.

"Gue berani bersumpah kalo gue nggak pernah hapus akun email gue di hp ataupun menghapus foto-foto di galeri selama 3 hari ini."

Irvan merogoh sakunya, mengambil ponsel miliknya. Irvan membuka layar ponsel dan memberikannya kepada Kaila.

"La kemarin gue yang nyuruh Satya untuk mengantarkan Karen, karena gue harus ke bandara jemput bokap gue. Saat gue keluar dari gerbang sekolah, bokap minta gue untuk nge pap posisi saat itu. Waktu itu gue nggak fokus sama keadaan sekitar, gue ngasal foto jalan depan sekolah. Coba deh Lo zoom fotonya."

Kaila menuruti apa yang diarahkan oleh Irvan, cewek itu men zoom foto yang Irvan kirim kepada bokapnya. Mata Kaila fokus pada cewek bertas biru, yang tengah berdiri di pojokan gerbang. Kaila mengenali postur cewek di dalam foto. Model tasnya juga tidak asing di lihatnya.

"Vanes?" gumamnya penasaran.

"Yaps itu kecurigaan gue. Sekarang pikir deh ngapain Maghrib-maghrib Vanes berada di sekolah, anak itu kan tidak ikut eskul sama sekali. Di foto itu juga Vanes terlihat tidak akrab dengan teman kiri kanannya."

Lama berdiam di tengah teka-teki, Satya membuka suaranya. Dirinya juga ingin membuktikan tuduhan Kaila itu salah. Rasanya sakit jika tidak dipercayai oleh orang yang kita sayangi.

"Sebenarnya gue langsung mencari tau lokasi email yang menjebak Kaila. Waktu gue selidiki, titik merak lokasi berada di alamat ini. Gue nggak tau ini alamat rumahnya siapa."

Satya memberikan ponselnya kepada Kaila, membiarkan cewek itu melihat kebenarannya. Mata Kaila membulat, seketika air mata keluar dari matanya.

"Ini alamat rumah Vanes. Iya bener ini alamatnya Vanes."

Kaila menagis saat mengetahui fakta sebenarnya. Dirinya merasa bersalah karena telah menuduh Satya dan Kak Karen. Seharusnya Kaila percaya dengan Satya, tidak mungkin Satya akan berani menyakitinya.

"Satya, Kak Karen gue minta maaf. Maafin gue karena telah menuduh. Seharusnya gue peka, musuh gue kali ini Vanes."

Karen menepuk-nepuk pundak Kaila, menenangkan keadaanya. Sangat sakit untuk menerima kenyataan teman yang dulu dekat dengan kita ternyata sekarang menjadi musuh kita.

"Lo nggak salah curiga La. Malahan karena kecurigaan Lo itu menambah hubungan romantis diantara kalian."

Kaila tersenyum mendengar candaan yang dilontarkan oleh Kak Karen. Tatapannya beralih kepada Satya, Satya yang menatap wajah Kaila segera merangkulnya erat-erat.

AlfAbel [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang