Alvin berhasil mengajak teman-teman Alfa untuk makan bersamanya. Alvin sadar yang di lakukannya ini jahat, meinggalkan adiknya yang sudah lama tidak ia temui sendirian di dalam ruangan bernuansa putih. Tetapi mau bagaimana lagi ini permintaan papahnya jadi ia tidak bisa menolaknya.
Ya, papahnya yang meyuruh dirinya untuk mengajak teman-teman Alfa makan malam bersamanya, sebagai rasa terimakasih karena sudah menjaga adiknya dengan baik.
"Kak Vin lo udah jadi anak Australia aja, penampilan lo keren abis," puji Irvan pada teman semasa kecilnya itu.
"Emang dasar wajah gue handsome jadi pakai baju apapun tetap aja keren."
Irvan yang kesal dengan kesombongan temannya itu sengaja mengusapkan saos pizza nya pada wajah Alvin, membuat cowok itu merasa kesal.
"Mau nanya dong kak, cewek sana cantik-cantik ya? Bagi kontaknya dong." Dengan genitnya Satya menanyakan pertanyaan playboy kepada Alvin yang membuat Kaila sedikit panas.
"Hmm gimana ya? Gadis Australia itu emang cantik-cantik, tapi wajah mereka dewasa sekali. Gue pun sering salah tebak umur teman-teman gue, ada yang umurnya 15 tetapi wajahnya seperti umur 21 dan ada juga yang sebaliknya."
"Dasar kau playboy, itu Kaila mau kau php-in?" tanya Eki yang sebenarnya Eki juga memang sama-sama keppo dengan gadis-gadis Australia.
"Ngaca lo Ki, lo juga keppo kan. Apalagi sekarang mainan lo RP!"
Suasana di meja merekapun menjadi ricuh dengan perdebatan yang tidak berfaedah. Sedari tadi Irvan menengahi pertengkaran teman-temannya, Irvan sampai malu mengakui jika mereka adalah temannya.
"Nggak ada niatan tinggal di Indonesia lagi?" tanya Kaila pada Alvin.
"I don't know, maybe setelah wisuda. Gue sudah direkrut papah jadi rekan kerjanya," bisiknya.
"Mantan udah berapa?" tanya Irvan nyelonong, yang hanya di jawab cengir oleh Alvin.
"Btw tadi pacarnya Alfa yang mana? Udah berapa lama kalian pacaran? Kenapa bisa suka sama adik gue?"
Sorakan pun terdengar dari teman-teman Abel yang tidak terima degan fakta pacarannya Abel dengan Alfa. Mereka lah yang memberikan ceramah jika berpacaran dosa, tetapi mereka sendiri melakukannya.
“Ngebet lama kak.”.
“Abel yang nembak duluan.”
“Abel jiwa-jiwa bar-bar.”
Celotehan keluar dari mulut luknut teman-teman Abel ini, ingin rasanya Abel menjahit semua mulut teman-temannya itu. Sumpah ini sangat memalukan, lebih malu saat dirinya di tolak metah-metah oleh Alfa.
"Hah yang bener kamu?" tanya Alvin memastikan dan hanya ada anggukan lemas dari Abel. Semua yang menimbrungpun ikut tertawa melihat pengakuan pasrah Abel.
***
Pertandingan Final kelas Abel dengan Naufal akhirnya di tunggu. Pertandingan yang sangat di tunggu-tunggu ini menghebohkan seluruh kelas. Pasalnya kelas Irvan dan Naufal memang masternya futsal, jadi tak heran jika mereka sering bertemu di babak final.
Seluruh kelas mensuport kelas kebanggaanya, begitupun Abel dan Kaila yang pastinya mendukung tim Irvan, Satya. Lapangan yang biasanya tenang tak pernah sericuh seperti ini. Sudah di babak kedua, tetapi tim mereka masih tetap mempertahankan kekuatannya. Score yang diraihpun masih 0-0 hingga pada akhirnya
Pfttttt...
Peluit tanda selesai di bunyikan. Aksi tending menendang bola pun di hetikan. Wasit memberi perintah bahwa aka nada finalty. Wasit memberikan waktu satu menit untuk mempersiapkan tendangan keemasan ini. Sekarang kemenaangan ada di tangan penjaga gawang.
KAMU SEDANG MEMBACA
AlfAbel [END]
Teen FictionDi kursi panjang ini ku dudukan badanku Menatap kerinduan bintang malam Angin malam megingatkanku Akan lembaran kecil puisi kenangan Tentang tawa yang menggetarkan hatiku Tentang senyum yang menenagkan Dimana rembulan tersenyum padaku Membisikan ray...