Peleraian

1.6K 348 154
                                    

Abel melajukan motor sport milik Alfa dengan sangat hati-hati. Abel lebih memilih melewati jalan perkampungan di banding jalan raya. Melewati perkampungan akan lebih lama sampai di tujuan dibanding melewati perkotaan yang lebih singkat sampai tujuan.

Tetapi menurut Abel, jalan perkampungan lebih aman untuk membawa Alfa yang sedang terluka dibandingkan jalan raya yang padat kendaraan.

Abel tak henti-hentinya menahan tawa. Hatinya hari ini benar-benar berbunga. Sebuah keajaiban datang bertubi-tubi di hari Senin ini. Dirinya bahkan bingung, harus membicarakan kebahagiaan ini kepada siapa saja.

Alfa yang merasakan kejanggalan-kejanggalan, dengan paksa membukakan mulutnya. "Tahu rumah gue?"

"Perum Berlian Permai. Tenang saja, gue itu stalker sejati lo. Harusnya lo bersyukur punya teman seperhatian gue."

Alfa terdiam. Sebenarnya dia sangat malas sekali berhadapan dengan cewek yang tidak malu seperti Abel ini. Tetapi mau bagaimana lagi, jika sudah terpaksa.

Sesampainya di halaman taman rumah, Alfa disambut oleh Naufal dan Irvan yang sudah tiba beberapa menit lalu. Vaness sontak kaget, saat melihat Abel yang benar-benar memboncengkan Alfa, begitu juga dengan Kaila yang tak kalah kagetnya.

"Sweet.. sweet..,"

"Itu beneran Abel yang boncengin Alfa? Romantis banget."

"Pasangan yang ditunggu-tunggu akhirnya datang juga;"

"Abel, Ini bukan mimpi kan?"

Alfa sangat jengkel mendengarkan ledekan yang di lontarkan teman-temannya. Tetapi tidak dengan Abel, dirinya merasa bangga dan senang dengan ucapan yang dilontarkan teman-temannya itu.

Alfa menaruhkan lengan kanannya di pundak Naufal dan tangan kiri dipundak Irvan untuk membantunya berjalan. Alfa berjalan tertatih-tatih dengan bantuan kedua temannya.

Sekarang Alfa sudah berada di ruang tamunya. Alfa bersandar di sofa merah yang terdapat di ruang tamu, sambil menselonjorkan kakinya lurus di sofa.

Abel mencarikan obat antiseptic dan perban untuk menghilangkan nyeri di kaki Alfa. Sementara Naufal tak henti-henti nya meledek.

"Gue nggak nyangka Fa, cowok seganteng lu kakinya bisa bonyok gosong gitu," serentak semua yang ada dikamar itu tertawa terbahak-bahak. Tidak dengan Fafa yang memasangkan wajah cemberutnya.

"Gimana ceritanya lo bisa nabrak pohon sampai jungkir balik gitu?" tanya Irvan penasaran.

Abel datang dengan membawakan sekotak tempat obat beserta kawan-kawannya. Tanpa basa-basi Abel meneteskan air untuk membersihkan luka, lalu meneteskan obat antiseptik di kapas dan mengusapkannya di lutut Alfa, sontak Alfa menjerit dengan sangat keras dan membuat mereka yang ada dikamar Alfa tertawa geli kecuali Abel.

"Minggi! Biar teman gue aja."

Abel harus bersabar menghadapi pangeran patung ini. Dan yang harus diingat ini bukan pertama kalinya Alfa bersikap kasar kepadanya. Alfa memberikan obat antiseptik itu kepada Irvan, menyuruhnya supaya mengobati Alfa.

"Gue kabari Satya ya, kalauAlfa habis kecelakaan," cemas Naufal.

"Nggak usah, Satya pingin banget menangin pertandingan ini kalau dia tau Alfa kayak gini dia bakalan batalin pertandingannya," tolak Irvan yang mengerti keadaan temanya.

"Okay, satu jam-an lagi nanti gue hubungi Satya."

"Fa ceritaan gih, gimana ceritanya lo bisa jatuh bonyot kayak gitu?"

Alfa terdiam. Membiarkan seluruh temannya berbicaranya sesuka hatinya. Alfa lebih memilih memejamkan matanya.

"Kalau kejadian yang gue lihat ya, gini ceritanya. Waktu gue santai-santai ngendarain motornya tiba-tiba dari belakang ada yang nyelip gue dengan ugal-ugalan. Bukan cuman sama gue aja sama semua peserta dia curang, pertama dia deketin motor langsung menyenggol motor yang ada di sebelahnya sampai kehilangan keseimbangan. Gue yang ngelihatnya risih banget, gue janji gue akan habisin peserta brandal," cerita Irvan yang saat itu berada dibelakang motor Alfa.

AlfAbel [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang