Pesta sesungguhnya dimulai. Ruangan yang cantik berhias lampu-lampu mungil, menerangi ruangan tempat diadakannya perpisahan ini. Dentungan musik terdengar keras di seisi ruangan, membuat pesta semakin meriah.
"Perhatian-perhatian." Pembawa acara tampil di depan panggung, menyuruh partisipan memperhatikannya dirinya.
"Kali ini kita adakan games mencari jodoh. Kenapa game ini dinamakan mencari jodoh, karena di sini kita akan berdansa bersama. Permainannya sangat mudah saat musik dimainkan kalian boleh berdansa berdua berpasangan, tetapi saat musiknya berhenti kalian harus melepaskan tangan pasangan kalian dan mencari pasangan pengganti. Ingat kalian tidak boleh berdansa lagi dengan orang yang sama."
Pembawa acara memberikan petunjuk cara memainkannya games malam ini. Permainan ini begitu menantang bukan. Berkat permainan ini mereka yang diam-diam menaksir seseorang bisa dengan mudah untuk mencuri kesempatannya.
"Mulai!"
Musik melow diputar, segera mungkin mereka mencari pasangan untuk diajak berdansa. Dari arah belakang, Vanes menyenggol badan Abel membuat Abel tersingkir ke samping. Tanpa berdosa, Vanes mengenggam tangan Alfa mengajaknya untuk berdansa.
Abel semakin marah dibuatnya, sekarang ini dirinya belum mendapatkan pasangan. Melihat sekeliling ruangan yang silau akan lampu, Abel menarik paksa seorang pemuda yang terlihatnya. Ntah siapa pemuda ini, Abel mengambilnya asal. Yang penting Abel bisa menikmati permainan ini.
Sambil berdansa, Abel berjalan mengikuti gerakan dansa Alfa dan Vanes yang maju. Di amatinya mereka dengan serius.
Musik berhenti. Ini kesempatan bagi Abel untuk dapat berdansa dengan Alfa. Buru-buru dirinya melangkahkan kaki mendekati Alfa. Di pinggirnya ada kolam renang yang menghalangi Abel untuk mendapatkan jalan menuju Alfa.Dari depan, Vanes menghalangi langkah Abel, badan cewek itu menutupi sosok Alfa sehingga membuat Abel kesusahan untuk mendekati Alfa. Geram dengan tingkah Vanes, Abel mendorong Vanes ke samping kanan menjauhinya dari Alfa. Sekarang Abel berada di depan Alfa.
Musik kembali di putar. Abel mengenggam tangan Alfa untuk memulai dansanya. Disamping Vanes cemburu melihat keasyikan Abel yang berdansa dengan Alfa. Niat liciknya pun di mulai.Vanes berdansa maju dengan pasangan barunya ini. Saat dirinya berada di dekat Abel, menyenggol kan badannya ke arah Abel, membuat Abel terjatuh di kolam renang. Seperti Vanes lupa jika Abel mengenggam tangan Alfa. Tak hanya Abel saja yang terjatuh, Alfa pun ikut jatuh kedalam kolam renang.
"ABEL."
"ALFA."
Mereka yang berada di sekitar kolam terkaget, melihat dua sepasang yang jatuh ke kolam. Abel menaikan tangannya ke atas berusaha mencari tolong. Napasnya sudah tersedak-sedak karena dirinya tidak bisa berenang. Alfa segera berenang mendekati Abel, membawanya ke tepian.
"WOY TOLONGIN GUE!" teriak Alfa dari dalam kolam.
Irvan segera menarik Abel keluar dari kolam dan membopongnya menjauh dari kolam. Dibantu oleh Satya, Alfa bangkit dan keluar dari kolam.
"Abel Lo nggak apa-apa kan?"
Kaila bertanya khawatir kepada temannya. Ditepuk-tepuknya pipi Abel. Wajahnya benar-benar pucat kedinginan. Kaila bingung apa yang harus ia lakukan sekarang ini.
Semua baju hingga dalaman Alfa basah kuyup. Alfa tidak akan menduga jika hal semacam ini akan menimpanya. Alfa tidak bawa baju ganti untuk ini.
"Al gue telponin supir Lo ya, biar jemput Lo disini," saran Irvan pada Alfa.
Tentu saja Alfa menolak. Dia bukan anak kecil yang akan minta bantuan untuk mengambil pakaiannya kepada orang lain. Alfa menatap pandangannya kearah Abel. Kondisi gadis itu benar-benar sakit. Abel menggigil kedinginan, disana Kaila tengah mengeringkan badan Abel menggunakan handuk.
"Sat di pojok situ ada tas gue, dan di dalamnya ada dompet. Lo ambil dompet gue dan pergi sama Kaila ke mall lantai atas. Beliin gue pakaian ganti. Sekalian beli untuk Abel."
Irvan membantu Alfa berdiri dari duduknya, memberikannya handuk yang ia minta dari petugas hotel.
***
"Lo berpikiran kotor ya!"
Satya tersenyum saat berada di bagian tempat perbelanjaan pakaian dalam. Kaila memukul cowok itu keras, pasalnya mata Satya terus saja memandang ke BH yang di pegang Kaila.
"Kotor apaan sih, cuman lihat BH doang dibilang kotor. Udah jelas bersih wangi gini, " ujar Satya membela diri.
Kaila mendorong badan Satya supaya menjauh darinya. Satya yang berulah mengapa dirinya yang malu sendiri."Lo kesana aja gih, cari pakaian dalam untuk Alfa. Kenapa malah ngikutin gue? Lo mau pake ini hah?"
Kaila memarkan BH yang akan ia belikan untuk Abel ke pada Satya. Kali ini dirinyalah yang sudah gila. Satya tertawa melihat tingkah lucu Kaila. Kaila semakin malu saat semua pembeli menatap kearah dirinya.
"Buat Lo aja La, gue nggak butuh. Gue cabut kesana dulu ya, mau beli barang untuk Alfa." Satya melangkah meninggalkan Kaila yang sedang membeli pakaian ganti untuk Abel.
"Kalau dah selesai kita pergi ke sebelah cari baju ganti buat mereka," ujar Kaila memberi pesan.
Sekarang mereka sudah berada di pusat perbelanjaan pakaian. Kaila memilih-milih baju yang cocok untuk digunakan Abel. Begitupun Satya yang sedang memilih baju untuk Alfa.
Satya mengambil sweater berbahan woll dan trening tebal untuk Alfa. Segera mungkin ia menemui Kaila agar cepat-cepat memberikan baju ini pada Alfa.
"Cepetan Bel kasian mereka kedinginan," ujar Satya yang bosan menunggu Kaila memilih baju.
"Ihh Sat ini bagus banget. Jadi pingin beli."
Kaila memamerkan baju yang ia pilihnya. Dres pendek se kelek berwarna putih. Satya menjitakan kepalanya karena ulah Kaila. Abel baru saja jatuh dari kolam, badannya masih kedinginan. Tidak pantes bagi Abel untuk memakai pakaian yang mini."La Lo cari baju yang berlengan panjang atau baju hangat lah pokoknya. Jangan baju yang mini gini, Abel masih kedinginan."
Kaila hampir lupa jika tujuannya membeli baju bukan untuk kebutuhan dirinya, meliankan untuk temannya Abel. Kaila mengembalikan baju itu pada tempatnya.
Kaila mengambil mantel Coat yang sangat indah. Modelnya seperti yang sering digunakan oleh artis drakor. Ini sangat bagus dan indah, bahkan Kaila sendiri tidak memiliki pakaian itu."Sat ini bagus banget bukan. Kek drakor-drakor."
"Yaudah ambil aja buruan mau dibayar."
Kaila melihat kembali harga baju itu. Dirinya sangat terkejut setelah melihat harga baju yang diambilnya."Mahal Sat."
Satya mendenguskan napasnya. Sudah lama sekali wanita ini memilih pakaian. Apakah Kaila akan mengganti pilihannya dan membuat Satya menunggu lagi? Kenapa wanita selalu ribet untuk memilih pakaian. Kaila hanya disuruh untuk membeli pakaian buat Abel, bukan untuk dirinya sendiri. Satya sudah sangat bosan.
"Nggak papa lah, bukan duit gue ini. Dompet Alfa juga tebel kok. Buruan bayar."
Kaila menyengir saat Satya memperbolehkannya membeli baju ini. Mentang-mentang dompet dibawa oleh Satya, dirinya seenaknya sendiri menggunakan duit Alfa. Yang terpenting sekarang urusannya membeli pakaian ganti untuk mereka berdua sudah kelar.
KAMU SEDANG MEMBACA
AlfAbel [END]
Teen FictionDi kursi panjang ini ku dudukan badanku Menatap kerinduan bintang malam Angin malam megingatkanku Akan lembaran kecil puisi kenangan Tentang tawa yang menggetarkan hatiku Tentang senyum yang menenagkan Dimana rembulan tersenyum padaku Membisikan ray...