langit yang selalu tampak mendung sekarang menjadi cerah. Ruangan kelas yang selalu di penuhi hawa sejuk berubah drastis menjadi gerah. Siang ini adalah pelajaran IPS lebih tepatnya IPS Geografi, pelajaran yang sangat membosankan bagi anak-anak di kelas ini.
"Pranata sosial adalah sistem norma yang mengatur semua tindakan atau perbuatan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dalam hidup bersama di masyarakat." Pak Ale mencoba menjelaskan pada murid-muridnya. Pak Ale adalah guru Ips Geografi, guru paling killer yang sangat tegas jika berkaitan dengan tata tertib.
Kring... kring....
Dari bangku depan, Terdengar suara telepon seluler yang berdering nyaring, mata seluruh siswa tertuju kearah Pak Ale yang sedang menuliskan materi di whiteboard. Pak Ale segera mengambil Handphond yang ia selipkan disaku celana kanan, dan menuju ke kordior depan kelas untuk mengangkat panggilannya.
Pak Ale memasuki ruang kelas kembali. Mimik wajahnya tidak menggambarkan seperti sebelumnya, rasa-rasanya seperti mengkhawatirkan sesuatu. Pak Ale masih menggenggam handphone yang ada ditangan kirinya. Dipegangnya erat-erat.
"Bapak akan memberikan tugas kelompok kepada kalian," Pak Ale membuka selembar demi selmebar halaman yang terdapat dibuku lks." Carilah pengertian pranata sosial menurut beberapa ahli sosiologi. Tugas ini di kerjakan bersama dengan teman sebangku. Okeh... Bapak tinggal dulu sebentar, jangan buat gaduh!" Pak Ale meninggalkan kelas, dan meninggalkan buku-bukunya di kelas ini.
Abel yang bosan dan kesal melihat Alfa yang terus mencuekannya, berusaha memikirkan ide untuk mendapatkan bahan pembicaraan.
"Gue lupa! Tadi tugasnya suruh ngapain?" tanya Abel berusaha mendapatkan perhatian darinya.
"Budeg!" di tatapnya wajah Alfa dengan sangat horor. Abel melotot lebar, bola matanya seperti akan jatuh.
Ini pertama kalinya Abel mendapatkan jawaban dari Alfa, walaupun jawabannya sangat mengecewakan. Abel tersenyum bangga, mendengar patung dihadapannya mengeluarkan sepatah kata untuk menjawab pertanyaannya. Menurutnya ini suatu keajaiban yang langka.
***
Lonceng tanda pulang di bunyikan, beberapa murid berdesak-desak tak sabar menuju ke meja ketua kelas untuk mengumpulkan tugas mereka, begitu juga dengan Abel. Setelah mengumpulkan tugasnya, Abel dan Kaila menjumpai Vanes yang masih terduduk di bangku singgasananya. Dirinya belum menyelesaikan tugasnya Pak Ale.
"Nes cepetan. Kita mau beli bahan-bahan untuk tugas bahasa inggris, keburu tutup nanti warungnya," Kaila yang tak sabaran, tak bisa diam. Dirinya terus mengomel tak jelas tanpa memberikan solusi.
"Sebentar lagi selesai. Sabar, orang sabar cepat di tembak doi."
"Tapi kenapa gue yang sabar terus, Alfa nggak pernah nembak gue ya?" pertanyaan konyol Abel mampu membuat kedua temannya terkekeh geli.
"Karena Alfa sayang lo, dia nggak mau lo mati. Makanya dia nggak nembak lo."
Abel cemberut mendengar perkataan yang lagi-lagi membuat hatinya kesal.
"Gue tumpuk dulu tugasnya," ujar Vaness berjalan meninggalakan mereka berdua.
***
Siang ini Satya, Naufal dan Irvan sudah berkumpul di rumah Alfa untuk membicarakan persiapan Road racing untuk beberapa menit lagi. Satya yang memimpin pertemuan ini memberikan pengarahan dan semangat kepada teman-temanya.
"Salah satu dari kita harus bisa memenangkan lomba ini," Irvan berusaha memberikan semangat.
"Ya! setidaknya salah satu dari kita harus menang," Lanjut Satya. "Gue juga punya rencana untuk membalas dendam pada Albert," lanjutnya lagi.

KAMU SEDANG MEMBACA
AlfAbel [END]
Teen FictionDi kursi panjang ini ku dudukan badanku Menatap kerinduan bintang malam Angin malam megingatkanku Akan lembaran kecil puisi kenangan Tentang tawa yang menggetarkan hatiku Tentang senyum yang menenagkan Dimana rembulan tersenyum padaku Membisikan ray...