Pemilihan SNMPTN

10 0 0
                                    

Mading bertuliskan pengumuman terpampang jelas di koridor etalase piala. Semua murid kelas 12 bergerombol untuk mihat hasil seleksi pemilihan SNMPTN. Mereka mengharapkan masuk perangkingan SNMPTN di sekolah.

Kaila mengeluh saat namanya berada di satu bawah nama-nama peserta yang lolos. Andai saja ada salah satu yang keluar dari daftar, maka dirinya akan masuk seleksi SNMPTN.

"Selamat ya Bel akhirnya Lo bisa masuk seleksi SNMPTN," ujar Kaila pada Abel.
Temannya ini masuk pendataan SNMPTN walaupun berada di ujung akhir.

"Gue berdoa semoga ada yang nolak daftar SNMPTN, biar Lo bisa masuk ke pendataan."

"Aamiin."

Guru BK memanggil anak-anak yang lolos pendataan SNMPTN, untuk diberikan pengarahan. Mereka di kumpulkan di lab komputer untuk mendaftarkan diri di portal ltmpt.

"Sebelum kalian mendaftarkan diri di kampus impian, kalian harus log in dulu di portal ltmpt. Di portal itu akan ada pendaftaran SNMPTN dan SBMPTN. Saat waktunya di buka nanti, kalian bisa memilih laman SNMPTN untuk mendaftarkan diri. Masih ada waktu sekitar dua minggu untuk memilih universitas dan jurusan yang kalian inginkan."

Guru BK memberikan penjelasan mengenai cara mendaftarkan diri di laman ltmpt. Portal ltmpt ini tidak hanya bisa mendaftarkan SNMPTN tetapi juga bisa mendaftar jalur SBMPTN. Pada jalur SBMPTN belum bisa di daftarkan, pada jalur ini baru bisa di buka 4 bulan kemudian.

"Bagi kalian yang tidak ingin mengundurkan diri di SNMPTN ini, bisa menghubungi ibu sebelum penutupan pendaftaran tiba. Ibu akan berikan tiket kalian ke teman yang menginginkan tiket SNMPTN ini." Salah satu siswa menunjukkan jari, bertanya dengan penasaran.

"Ibu di tahun sebelumnya, emang ada ya yang menolak tiket SNMPTN ini?"

"Yaps ada beberapa yang menolak tiket SNMPTN karena dirinya mendaftar di universitas luar negeri atau sudah mendapatkan beasiswa full di kampus swasta."

Murid-murid mengangguk mengerti. Segera mungkin mereka mendaftarkan laman ltmpt seperti yang diarahkan oleh Bu BK. Urusan universitas dan jurusan mereka akan memilihnya nanti, toh masih ada waktu dua Minggu untuk memikirkannya.

"Baiklah anak-anak mulai saat ini pikirkanlah jurusan dan universitas yang menurut kalian mampu untuk menggapainya. Ibu punya arahan mengenai universitas mana saja yang sering menerima murid di sekolah kita. Dengan adanya patokan ini kalian bisa memilih universitas diantara universitas tersebut."

Guru BK memberikan selembaran pendataan SNMPTN tahun kemarin. Dalam kertas itu berisi nama alumni yang lolos SNMPTN dan masuk universitas sesuai pilihan.

"Alfa Lo mau daftar dimana?" Abel berbisik pada Alfa, kebetulan bangku Alfa berada di sebelahnya.

"UI manajemen kalau di izinin bokap gue. Kalau enggak, gue akan nolak tiket SNMPTN ini."

"Hah kenapa kok nolak?"

"Mungkin gue pindah ke Australia."

Abel lesu mendengar jawaban yang dilontarkan oleh Alfa. Pindah ke Australia, itu sangat jauh bahkan sudah berbeda benua dengan Indonesia. Abel hanya bisa berdoa semoga Alfa memilih tiket SNMPTN dan mendaftar di UI. Jika begini akan mudah bagi Abel untuk mendapatkan kesempatan bertemu dengan Alfa jika sudah lulus nanti.

"Lo mau daftar mana?" tanya Alfa pada Abel.

"Universitas negeri Jakarta mungkin. Semoga Lo tetap milih UI dan keterima di UI ya." Abel tersenyum kearah Alfa hingga membuat Alfa membalas senyumannya.
***

Bel istirahat terdengar nyaring di gedung sekolah. Semua murid berhamburan menuju kantin untuk menikmati waktu istirahat. Tidak dengan Vanes, dirinya malah mampir ke ruang BK untuk mengurus sesuatu.

"Saya ingin melepas tiket SNMPTN saya Bu," ujarnya di hadapan guru BK. Sontak guru BK kaget atas pernyataan yang dilontarkan oleh Vanes. Guru BK hanya tau jika selama ini Vanes ambis hanya untuk mendapatkan universitas impian.

"Apa alasan kamu tidak mengambil kesempatan ini? Apakah ada hal lain yang membuatmu merelakan kesempatan ini." Vanes menundukkan kepalanya dirinya bingung mau memulai darimana.

"Sebenarnya saya ada urusan dadakan di Palembang, saya akan ikut papah saya ke Palembang Bu. Saya juga masih mempertimbangkan beasiswa full yang di berikan salah satu universitas kepada saya."

Mengerti dengan situasi yang terjadi Bu BK memaklumi akan posisi Vanes. Guru BK memberikan semangat dan pengarahan kepada Vanes, agar murid itu tetap kuat dan tekad dalam meraih impiannya.

"Berikan surat panggilan ini kepada Kaila IPS 2. Teman sekelas kamu bukan? Suruh dia menemui saya di ruang ini."

Guru BK memberikan surat panggilannya kepada Vanes. Menyuruh anak itu untuk memberikannya kepada Kaila.

"Untuk apa itu Bu?"

"Berikan saja padanya."

***

Sambil membuka kenop pintu ruang BK, Kaila berjalan begitu tegang. Dirinya tidak tau kesalahan apa yang membutnya harus di panggil keruangan ini.

Kaila curiga jika Vanes melaporkan hal yang tidak-tidak terhadapnya, karena Vaneslah yang memberikan surat ini kepadanya. Cewek ini berusaha tenang, dirinya tidak melakukan kesalahan jadi tidak perlu takut.

"Ibu memanggil saya?" tanya Kaila saat berada di hadapan guru. Guru BK menganggukan kepalanya, membuat badan Kaila menegang, "Apa kesalahan saya?"

Guru BK tersenyum lalu memberikan tiket SNMPTN kepada Kaila. Wajah Kaila yang tadinya muruh berubah menjadi sumringah. Dirinya benar-benar tidak percaya akan mendapatkan tiket SNMPTN ini.

"Apa ini untuk saya Bu?"

"Ya ini untuk kamu. Tadi Vanes datang menemui ibu untuk mengundurkan diri dalam pendataan ini. Jadi ibu putuskan untuk memberikan tiket ini kepada kamu karena nilai kamu yang lebih unggul dari teman lainnya."

"Vanes mengundurkan diri? Kenapa ya Bu?"

"Katanya Vanes mendapatkan beasiswa full di Palembang. Tetapi dirinya masih memikirkan lagi apakah harus di ambil atau tidak."

Kaila mengangguk mengerti dengan apa yang di maksudkan guru BK. Sudah hampir beberapa bulan ini juga dirinya tidak dekat lagi dengan Vanes, jadi dirinya tidak tau mengenai rencana-rencana yang Vanes impikan.

"Baik Bu terimakasih atas tiket yang telah ibu percayakan kepada saya. Saya pamit dulu Bu."

Kaila beranjak dari bangku yang di duduknya tadi, keluar dari ruang BK yang dingin. Ke dua AC diruangan ini dibiarkan menyala begitu saja, sementara jumlah orang di ruang tersebut sangat sedikit.

***

"Bel gue dapet tiket SNMPTN." Kaila berbisik kepada Abel yang masih memakan gorengan di meja kantin. Abel yang mendengarnya tersedak tak percaya.

"Kok bisa? Ada kesalahan pendataan?"

"Enggak sih sebenarnya ini tiketnya Vanes. Tapi dia nolak masuk pendataan."

"Hah kenapa? Bukannya anak itu ambis banget pingin masuk UNPAD ya?"

"Gue juga kurang tau sih, katanya lagi mempertimbangkan beasiswa full nya."

Abel menganggukkan kepalanya paham. Sudah lama dirinya tidak berbicara dengan Vanes, maklum saja jika dia tidak mengetahui hal-hal yang di inginkan oleh Vanes sekarang ini.

"Selamat Kaila, semoga kita semua bisa lolos SNMPTN. Kalau loloskan kita nggak usah mikir keras untuk SBMPTN."

Kaila tertawa mendengar celotehan yang dilontarkan oleh Abel. Dirinya begitu senang karena hal ini.

AlfAbel [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang