Turth or Dare

2.7K 575 339
                                    

Waktu menunjukkan pukul lima sore. Satu jam yang lalu para murid sudah pergi meninggalkan sekolah untuk pulang kerumahnya masing-masing. Kini tersisa Alfa yang duduk di ruang perpustakaan. Mengerjakan setumpukan tugas yang di berikan guru bahasa Indonesia.

Sambil membaca majalah yang terdapat di ruang perpustakaan itu, Bu Ella sempat memperhatikan Alfa yang sedang mengerjakan soal itu dengan serius. Bu Ella berniat menunggu anak itu menyelesaikan tuganya, hitung-hitung sambil menunggu jemputan nya yang belum saja sampai.

"Kurang berapa soal lagi yang belum kamu kerjakan Alfa?" tanya guru itu.

Alfa mengoreksi lagi kertas jawabannya dengan teliti. "Terimakasih telah membuat saya mengarang kritis," Alfa memberikan lembar jawabannya kepada Bu Ella.

"Siapa suruh waktu pelajaran saya kamu keluar! Besok lagi kalau kamu bolos pelajaran saya, nilai bahasa Indonesia kamu saya kosongkan!" Bu Ella mengambil kertas ulangan dan jawaban milik Alfa, lalu menyuruh Alfa untuk keluar dari ruang itu.

Sore ini hujan deras mengguyuri seisi Ibu kota Jakarta. Hari ini hari yang sangat membosankan bagi Abel. Waktu yang harus ia gunakan untuk bersepeda, sekarang ia pergunakan untuk berdiam diri di rumah.

Di rumahnya sangat lah sepi, hanya ada Abel dan hewan-hewan kecil yang numpang jalan di lantai dan dinding rumahnya. Karena Mama dan Papa Abel belum pulang dari pekerjaannya, jadi dirinya harus berdiam sendiri di rumah. Untuk menghilangkan rasa bosan, Abel bergegas menuju kamar untuk membaca sebuah novel.

Satu rak buku minimalis berisi sederetan novel, covernya yang berwarna-warni membuat rak buku novel itu menjadi sangat menarik. Di pilihnya satu buku yang akan dia baca. Sambil tiduran di atas kasur, di bukanya lembaran demi lembaran halaman. Dibacanya novel itu dengan sangat tenang dan damai.

Sambil membaca novel, Abel mendengarkan musik kesukaannya. Di masukinya satu headseat ke kuping kanannya, sementara satu kupingnya ia biarkan terbuka. Abel sangat menikmati lagu itu dan menyanyikan dengan suara serak Sember ala Abel.

Waktu pertama kali
Kulihat dirimu hadir
Rasa hati ini inginkan dirimu
Hati tenang mendengar
Suara indah menyapa geloranya hati ini tak ku sangka
Rasa ini tak tertahan
Hati ini selalu untukmu

Terimalah lagu ini dari orang biasa
Tapi cintaku padamu luar biasa
Aku tak punya bunga
Aku tak punya harta
Yang kupunya hanyalah hati yang setia tulus padamu.

Novel yang ia letakkan di kasur, terbuka menganggur. Hembusan angin sore, dan nada rintikan hujan membuat Abel terus menguap dan menguap. Hingga saat lagu yang dia nyanyikan tadi terhenti, Abel tertidur pulas memeluk boneka sebagai gulingnya.

***

Alfa berdiam diri di warung kecil yang dekat dengan parkiran sekolahnya. Kepalanya ia angkat keatas, di lihatnya rintikan hujan yang terus turun tanpa jeda.

Tangan kanannya memegang secangkir kopi hangat yang di pesannya. Di angkatnya cangkir itu, Alfa meminum sedikit demi sedikit kopi yang di pesannya. Sementara tangan kirinya terus mengusap layar ponsel miliknya.

Alfa menekan tombol angka di keyboardnya. Ditekannya perintah memanggil di layar ponsel itu.

Jemput gue Van, disekolah.

Tapi Fa, gue belum selesai,

Terdengar suara dari balik ponsel Alfa.

AlfAbel [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang