Candu

11 0 0
                                    

Malam pesta kelulusan belum usai. Udara semakin dingin. Abel duduk di bangku pojok menggigil kedinginan,  memeluk tubuhnya rapat-rapat. Di bantu oleh Monic dan Karen, rambut basah Abel dikeringkan menggunakan hairdryer yang mereka pinjam ke petugas hotel.

"Syukurlah Lo dah datang."

Kaila tiba dengan membawa pakaian ganti yang baru saja ia beli ya. Kaila memberikannya kepada Abel, lalu menganatkarkan Abel menuju kamar mandi.

Berjalan menuju kamar mandi, Abel merangkep badannya dengan handuk, bajunya sudah basah kuyup. Abel meraih totebag berisi pakaian ganti yang berada di tangan Kaila. Buru-buru ia menutup pintu toilet.

Abel dibuat kaget saat melihat isi totebag. Baju Coat yang mewah dan masih berstempel cap. Bukankah ini baju baru? Siapa yang membelikan baju semahal ini? Tak peduli dengan kepemilikan baju itu, Abel segera mengganti pakaian yang basah dengan baju barunya. Dimasukinya dress basah kedalam totebag. Sekarang Abel merasa lega.

Abel keluar dari toilet dengan baju Coat yang telah diberikan Kaila. Kaila tersenyum puas, saat melihat menggunakan baju pilihannya. Melihat Abel menggunakan baju ini, mengingatkan Kaila akan drakor yang berlatar belakang musim dingin. Wajahnya yang manis, Abel sudah sangat cocok sekali.

"Gimana Bel bajunya bagus nggak? Lo nyaman nggak pake ini?" tanya Kaila memastikan.

Abel terlihat kebingungan, cewek ini menunduk ke bawah, melihat kembali pakaian yang ia kenakan sekarang.

"Pakaiannya siapa ini?" tanyanya penasaran.

"Pakaian Lo lah. Gue yang milihnya buat Lo. Bagus kan."

Kaila merasa bangga saat dirinya berhasil membuat Abel terpukau akan kerja kerasnya. Abel melihat wajahnya di cermin, memerhatikan baju di pakainya.

"Baju ini keknya mahal deh. Siapa yang bayar baju ini?"

Abel masih tak percaya jika Kaila lah yang membelikan baju ini kepadanya. Baju yang ia pake terlihat sangat mewah. Tak mungkin jika Kaila membelikannya cuma-cuma.

"Ihh Lo ini nggak percaya banget sama gue. Sebenarnya baju ini gue yang milih sih, giamana bagus kan? Tetapi kalau duitnya bukan pake duit gue. Ogah banget gue beliin Lo baju semahal gini, mendingan buat gue aja."

"Terus siapa yang bayar baju ini? Lo ngutang ya?"

Abel takut jika temannya itu mengutang atas namakan dirinya. Abel tidak ingin jika dirinya dikejar-kejar oleh rentenir karena ulah temannya.

"Enak aja enggak lah. Pake uangnya Alfa."

"Hah?"

Abel kaget dibuatnya. Cowok yang tak sengaja ia jatuhkan ke dalam kolam bersama dengannya, ternyata dialah yang membantu dirinya.

Jantung Abel berdegup kencang saat mendengar nama Alfa di sebut. Badannya masih gemetar kedinginan karena peristiwa tadi.  Ini sudah kesekian kalinya Abel merasa tak berdaya menghadapi Alfa. Abel teringat akan kejadian beberapa menit lalu yang menimpa dirinya dan Alfa. merasa bersalah jika mendengar nama Alfa, lagi-lagi dirinya membuat ulah dengan Alfa.

"Kok bisa dibayarin Alfa?" tanyanya polos.
"Alfa nyuruh Satya untuk pergi ke mall membeli pakaian ganti buat Lo dan dia. Alfa juga nyuruh Satya untuk mengambil dompetnya di dalam tasnya."

"La kenapa Lo milih baju yang mahal sih. Nanti gue dikira matre lagi."

"Nggak lah, Alfa kan sultan duitnya banyak."

Kaila menarik Abel keluar dari toilet. Bukannya terimakasih, temannya ini malah menyalahkan dirinya karena membeli pakaian yang mahal. Seharusnya Abel bersyukur jika temannya ini sudah bersusah payah mencarikan baju yang cocok untuknya. Dan yang paling penting, Abel harus bahagia karena Alfa lah yang membiayai pakaiannya itu. hal ini menandakan jika Alfa sudah peduli kepada Abel.

Menggunakan pakaian barunya, Abel menjadi pusat Abel perhatian di pesta ini. Pakaiannya begitu cocok dengan badan Abel, membuat Abel terlihat cantik malam ini. Abel kembali ke tengah ruangan yang masih ramainya dengan tadi. Kaila menuntut jalan Abel, menjaga Abel agar tidak terjatuh lagi.

Dari arah depan Alfa dan temannya datang menuju kearah mereka. Alfa melihat kearah Abel yang tampak berbeda dengan baju yang dikenakannya. Tampilannya begitu anggun dan menawan. Canggung dengan situasi yang terjadi, Abel mencoba untuk tersenyum kepada Alfa.

"Ayo cabut kita pulang," ajak Satya pada Kaila.

Sekarang ini Kaila benar-benar lelah, akan baik baginya Jika pulang lebih awal. Tetapi bagaimana dengan Abel? Siapa yang akan menemani dan mengantarkan Abel pulang?

"Bel Lo mau pulang kapan?"

"Bentar La, gue mau hubungi Abang gue biar bisa jemput gue disini."

Abel mengambil ponsel yang ada di tas selempangnya. Setelah berhasil meraih ponselnya, Abel menatap layar ponsel itu.

"Lo bareng Alfa aja. Kebetulan rumah Lo dan Alfa kan searah."

Irvan memberikan saran tanpa persetujuan Alfa. Alfa mendengus kesal saat namanya terus saja di ikut sertakan. Diliriknya wajah Abel, Abel menunduk saat mengetahui Alfa sengaja meliriknya.
Melihat wajah Abel yang begitu khawatir, rasa kemanusiaan Alfa muncul. Alfa kasian melihat Abel yang nantinya akan sendirian menunggu Abangnya datang. Abel cewek, mana mungkin Alfa tega meninggalkan sendirian tanpa teman-temannya.

***

Lampu-lampu jalan berpendar remang kekuningan. Angin semilir yang dingin menggelitik kulit. Meskipun sudah memakai sweater berajut tebal, badan Alfa masih kedinginan. Alfa sudah mencoba menggunakan sarung tangan, menutupi tangannya yang kedinginan. Tetapi tetap saja, hembusan angin masih bisa menembus ke pori-pori kulitnya.

Dari arah berlawanan, motor melaju begitu kencangnya. Mengharuskan Alfa untuk mengerem mendadak. Abel terjeduk kedepan punggung Alfa, tanpa disadari dirinya memeluk tubuh Alfa erat-erat. Alfa tegang saat tubuh Abel menempel di punggung nya. Ini pertama kalinya cowok itu di peluk erat-erat oleh teman lawan jenisnya.

Berusaha tenang Alfa mencoba untuk terbiasa dengan hal ini. Alfa mengerti akan kondisi Abel sekarang ini. Sadar dengan apa yang telah dilakukan, Abel melepaskan pelukannya. Buru-buru ia menaruhkan tangannya ke belakang motor.

"Pegangan aja gapapa takut jatuh."

Kata yang baru saja dilontarkan oleh Alfa membuat jantung Abel berdegup kencang. Apa yang terjadi dengan cowok ini? Kenapa sekarang ini dia sangat romantis?

Tak ingin membuang kesempatan, Abel memeluk Alfa erat-erat. Aroma tubuh Alfa Begitu harum berkelas, membuat siapapun akan betah bersamanya. Badannya hangat dan nyaman saat dirinya memeluk cowok itu. Oh Tuhan jangan Rasanya biarkan waktu ini cepat berlalu. Abel masih ingin merasakan pelukan hangat ini. Rasanya seperti sedang bermimpi.

Motor Alfa sudah tiba di depan gerbang rumah Abel. Sekarang ini waktunya bagi Abel untuk berpisah dengan Alfa.

Sejujurnya Abel masih ingin duduk diatas motor Alfa dan berkeliling berdua diatas motor itu. Tetapi sudahlah, Abel sudah sangat bersyukur dengan momen yang ia dapatkan berdua bersama Alfa di hari ini. Baginya ini adalah momen bahagia yang tak akan pernah bisa ia lupakan.

"Terimakasih banyak."

Abel tersenyum kearah Alfa membuat Alfa salting di buatnya. Alfa melajukan motornya, meninggalkan rumah Abel.

"Terimakasih juga dengan baju barunya," teriak Abel saat Alfa sudah melaju dihadapannya.

Alfa melambaikan satu tangannya, isyarat dirinya merespon perkataan Abel. Rasa bahagia ini benar-benar dirasakan olehnya. Direspon oleh orang yang ia cintai selama ini, benar-benar suatu keajaiban. Abel merasakan jatuh cinta bertubi-tubi. Ingin rasanya Abel berteriak dan memberitahu alam semesta jika dirinya sangat bahagia hari ini.

AlfAbel [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang