Duk!
Aldrich meringis ketika sesuatu mengenai kepala bagian belakangnya.
Pria itu menoleh, menatap sebelah sepatu seorang anak yang menjadi penyebab kepalanya bisa sakit.
"Aku membenci kalian, pergilah!" Suara teriakan yang tampak tak asing terdengar.
Aldrich berjalan mendekati objek suara dengan langkah yang sedikit cepat.
Terlihat Athes memarahi seorang anak lelaki yang langsung tertawa mengejek Athes sebelum bocah itu benar-benar pergi.
Aldrich mendekat, meraih tubuh mungil Athes yang sedang duduk di bangku taman dan membawanya ke dalam gendongan.
"Ada apa?" tanya Aldrich heran ketika melihat kejadian tadi.
"Aku membencinya!" tekan Athes dengan amarah, urat-urat lehernya menonjol keluar menunjukkan jika saat ini dia benar-benar sangat emosi.
"Apa yang terjadi Athes?" tanya Aldrich terus bertanya heran. Tatapannya kini beralih pada pipi Athes yang berdarah, ada tiga bekas cakaran di sana.
"Kenapa mereka menjauhiku jika aku tidak punya ayah?" gumam Athes dengan memeluk erat leher Aldrich.
Air mata kini mengalir di pipinya, Athes menangis kencang melampiaskan rasa sakit hatinya.
Aldrich terdiam, mengelus pelan punggung Athes yang kini tengah menumpukkan dagu di bahunya.
"Aku akan memberi tahu guru kalian tentang ini," gumam Aldrich yang di balas Athes dengan gelengan kepala lirih
"Jangan ... Aku tidak ingin di ejek lagi uncle, mereka benar-benar tukang nyinyir, laki-laki perempuan tidak ada bedanya," gumam Athes lirih.
Aldrich mengelus pelan puncak kepala Athes, pria itu mengalihkan tatapan pada Adrian untuk mengambilkan air minum.
Adrian yang melihat itu bukannya segera melakukan perintah Aldrich ia malah mengalihkan pandang ke arah anak buah Aldrich dan memerintahkannya untuk mengambil apa yang di inginkan pria itu.
Aldrich mendudukkan Athes kembali ke atas kursi taman, ia menatap balita itu dan menghapus air mata yang mengalir di pipi Athes.
Pipi Athes memerah, begitu juga dengan hidung mancungnya.
"Apa daddy-mu tidak pernah pulang?" tanya Aldrich memastikan yang di balas dengan gelengan kepalanya oleh Athes.
"Bukan hanya tidak pernah pulang, bahkan daddy-ku tak pernah ada. Dia sudah sangat lama tidak kembali bahkan semenjak aku kecil hingga sekarang. Bahkan aku tidak tau bagaimana wajah daddy-ku."
"I hate my dad! Bahkan sekarang aku tidak ingin lagi jika dia pulang," tekan Athes tak terima, balita itu kini sesunggukan setelah tangis kencang nya mereda.
Pria itu meraih botol air mineral yang di sodorkan sang anak buah padanya, membuka tutupnya segera dan memberikannya pada Athes agar balita itu bisa meminumnya.
Athes meraih minuman dari tangan Aldrich dan mulai meneguk minumannya hingga tandas. Setelahnya balita itu pun kembali meletakkan botol minumannya pada Aldrich.
Aldrich menerima dan kembali memberikannya pada sang anak buah.
"Apa ini sepatumu?" tanya Aldrich dengan mengulurkan setengah pasang sepatu di hadapan Athes.
Athes memperhatikan kemudian mengangguk.
"Kenapa bisa ada padamu Uncle?" gumamnya dengan suara serak.
Aldrich terkekeh pelan, "Tadi separuh ini tidak sengaja mengenai kepalaku."
Athes yang mendengar itu dengan cepat membulatkan mata, ia menatap Aldrich dengan tatapan tak enak hati, "I'm sorry Uncle," pintanya dengan memeluk erat tubuh Aldrich.
KAMU SEDANG MEMBACA
Meniduri Wanita Lain [END]
RomancePeringatan: Rate: 21+ Harap bijak dalam memilih bacaan. "Aaah ...." Sebuah desahan lolos dari bibir seorang wanita ketika seorang pria kini sedang mencumbu mesra dirinya. Wanita yang sedang duduk di atas pangkuan pria itu terus mendesah nikmat den...