32. I've Erased the Traces

7.5K 142 3
                                    

"Jangan menyentuhku, aku kotor." Nora bergumam dengan menjauhkan dada Aldrich yang menindih tubuhnya. Wanita itu terus saja menghapus air mata yang mengalir membasahi pipi merahnya.

Aldrich menatap datar, tak berniat merespon ucapan Nora.

"Apa yang dia lakukan padamu?"

Nora menggeleng-gelengkan kepala sembari memejamkan mata.

"Tidak ada gunanya bertanya." Nora memiringkan tubuh menghadap dinding kamar. Menghindari tatapan Aldrich.

"Pergilah, aku ingin tidur. Jangan menggangguku." Nora meremas ujung pakaiannya dengan kuat. Hal itu tak luput dari perhatian Aldrich.

Aldrich mengulurkan tangan, mengelus lembut bahu Nora yang terbuka, hal itu sontak membuat tubuh wanita itu bergetar kecil.

Aldrich tersenyum miring, semakin menekan tubuh hingga dadanya bidangnya kini menyentuh bahu Nora.

Nora memejamkan mata kuat, tubuhnya dalam sekejap menegang. Namun ia mencoba memberanikan diri.

Nora membalikkan badan menjadi telentang, mendorong tubuh Aldrich dengan sekuat tenaga. Namun gagal, tubuh Aldrich sama sekali tak bergerak menjauh barang sedikit pun.

Nora tak mau menyerah, wanita itu hendak kembali mendorong tubuh Aldrich namun Aldrich lebih sigap. Pria itu meraih kedua tangan mungil istrinya agar tak mendorong tubuhnya lagi.

"Jangan." Aldrich menegur dengan bergumam kecil, matanya menatap tajam Nora yang langsung memalingkan wajah ke samping sembari menghapus air mata yang meleleh di pipi.

"Apa yang dia lakukan padamu."

"Aku kotor," lirih Nora dengan menggigit bibir dalamnya kuat-kuat.

"Aku kotor."

"Aku kotor."

"Aku-"

"Aku akan menghapus jejaknya," potong Aldrich cepat.

Mendengar itu Nora dengan cepat menatap Aldrich. Bibirnya terbuka hendak bertanya namun bibir tebal Aldrich sukses membungkam bibirnya.

Aldrich mencium bibir Nora dengan lembut. Tak ada nafsu tersirat, hanya seperti ungkapan perasaan semata.

Nora mematung, wanita itu terdiam menerima. Bahkan tak menolak barang sedikitpun.

Cukup lama menikmati bibir istrinya, Aldrich menurunkan ciumannya.  Menggigit pelan bibir bawah Nora. Sontak wanita itu meringis, mulutnya terbuka. Aldrich tak menyia-nyiakan kesempatan. Pria itu memasukkan lidahnya ke dalam rongga mulut Nora, menjelajahi rongga mulut  istrinya.

Saat tangan Aldrich yang menggenggam tangannya lengah, Nora segera menjauhkan tangannya, melepas dari genggaman tangan Aldrich.

"Enggh ...." Nora melenguh di sela-sela ciuman keduanya. Tangannya meremas lembut rambut Aldrich untuk memperdalam ciuman pria itu.

Aldrich menjauhkan pangutan bibir keduanya, mengecup sekilas bibir Nora dan beralih mencumbu leher wanita itu.

Bibir Aldrich menelusuri setiap jengkal leher mulus Nora. Menghirup dalam-dalam aroma istrinya, sesekali lidahnya menjilati leher wanita itu.

Puas mencumbu leher istrinya, Aldrich menjauhkan wajah, melepas tali lingeri yang menempel di bahu Nora hingga menampakkan bra hitam yang tadi di gunakannya.

Saat Aldrich hendak membuka penutup terakhir itu Nora dengan cepat menahan tangan besar suaminya.

"Jangan," ujar Nora sambil menggeleng.

Aldrich tak menggubris, menepis pelan tangan Nora yang menggenggam tangannya, pria itu pun kembali melanjutkan kegiatannya.

Aldrich menatap intens gunung kembar yang ada di hadapannya. Sedetik kemudian, pria itu membenamkan wajahnya di sela-sela gunung kembar itu. Sesekali menghisap puncaknya dan memainkannya.

Nora memejamkan matanya sembari meremas erat sprei ranjang. Perasaannya campur aduk. Antara jijik, nafsu dan bahagia secara bersamaan.

Aldrich mencium gemas perut rata Nora sembari mengelus nya pelan. Dalam hati pria itu tersenyum hambar dan ... berusaha  melupakan sejenak rasa sakit yang menggerogoti hatinya.

Mencoba melupakan hal-hal yang membuatnya semakin marah, Aldrich dengan cepat membuka gasper celananya dan menghentakkan miliknya ke dalam milik Nora dengan pelan.

"Ahh!"

Nora mendesah, Aldrich menggeram menahan nikmat. Milik istrinya benar-benar sempit, sangat menjepit miliknya.

"Pelan," gumam Nora sedikit trauma jika teringat saat pertama kali ia melakukannya dengan Aldrich.

Semuanya atas dasar paksaan meski ia 'sedikit' menikmatinya. Namun Nora juga memiliki trauma tersendiri sejak itu. Ia seperti di 'perkosa' oleh suaminya sendiri.

Aldrich menggerakkan tubuh dengan pelan, meremas pelan dada Nora menggunakan satu tangan. Sedangkan tangannya yang lain terus mengelus bulir keringat yang jatuh dari kening istrinya, sikunya bertumpu di ranjang.

Nora melingkarkan kedua tangan di leher Aldrich, ikut menggerakkan tubuh saat ia merasa ingin mencapai puncaknya.

"Aku ... Aku-- Ahh!" Nora mendesah panjang saat mencapai puncak pertamanya.

Namun Aldrich sama sekali belum menghentikan gerakan tubuhnya di bawah sana, pria itu masih terus menggerakkan tubuh nya namun kali ini dengan tempo cepat untuk segera mencapai puncak.

Aldrich mencabut miliknya, dengan cepat membalikkan tubuh Nora, pria itu ingin mencoba posisi baru yang lebih nikmat.

Aldrich menarik pinggang Nora hingga bokong wanita itu menungging ke atas dan tanpa aba-aba Aldrich kembali memasukkan miliknya, menghentakkannya dengan cepat dan dalam.

Nora ikut mendesah, kedua sikunya menumpu ke ranjang untuk menahan bobot tubuhnya.

Aldrich  meremas payudara Nora dengan kedua tangan, semakin lama semakin menaikkan tempo dengan cepat.

"Ough," Aldrich menggeram  menghentakkan miliknya semakin dalam ke dalam milik Nora ketika pelepasan itu akhirnya datang juga. Dia saat yang bersamaan Nora juga ikut melenguh saat pelepasan kedua telah di raihnya.

Tubuh Aldrich yang mengkilap karena keringat ambruk di atas tubuh Nora. Keduanya terengah-engah merasa lelah karena percintaan panas yang baru saja terjadi.

Nora memejamkan mata lelah sedangkan Aldrich kembali mencumbu leher wanita itu.

Nora dengan pelan menjauhkan kepala Aldrich dari lehernya, dengan mata memejam wanita itu bergumam tanpa sadar.

"I'm tired. I want to sleep."

Aldrich menghentikan cumbuannya. Menatap intens Nora yang kini terpejam lelah dengan memeluk erat tubuh kekarnya. Dengan pelan pria itu menjauhkan tubuh. Menghapus jejak air mata Nora yang masih tersisa di pipi dan mengecup lembut kening istrinya itu.

Nora yang merasa terganggu kembali memeluk erat tubuh Aldrich, membenamkan wajahnya di dada pria itu dan mengendus dada berotot pria itu karena merasa terganggu.

Aldrich tersenyum tipis, meraih selimut tebal dan membungkus tubuh keduanya. Pria itu mengelus pelan pipi Nora sebelum benar-benar memejamkan mata untuk tertidur.

"Kau sudah bersih, aku sudah menghapus jejaknya," gumamnya sebelum benar-benar memejamkan mata, ikut menyusul alam mimpi bersama Nora

***

Vote+Komen

Follow, klik 👉meserrine

Meniduri Wanita Lain [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang